Monday 18 January 2016

Masa indah para remaja adalah masa sekolah. Apalagi masa abu-abu yang tak akan lepas kenangannya sampai akhir hayat. Kisah yang begitu indah bersama dengan teman-teman seolah-olah hidup itu tak ada beban. Emosional yang begitu labil dalam hal pencarian jati diri mungkin yang menjadi dasar kita berbuat kebebasan. Masa berkumpul bersama, nakal bersama, masa-masa pusing saat menghadapi ujian serasa menjadi sebuah kenangan tersendiri yang selamanya tak kan pernah hilang dalam momori indah anak muda meski kita telah berumur tua kelak. Namun, masa abu-abu adalah masa keemasan sepanjang kehidupan manusia.
Berikut saya sampaikan mengenai hal-hal apa saja yang pernah kita lakuin semasa sekolah.
1. terlambat masuk kelas
“kesiangan buk,ketiduran buk, ban bocor buk, kena tilang buk, air mampet buk, jam dinding mati lah, terjun jurang lah, tabrak mobil lah, wkwkkwkwk….” pasti alasan itu yang sering kita gunain pas ditanya guru alasan kita terlambat masuk kelas. 

Ya sebenernya sih bukan kesiangan, ban bocor atau apalah, hanya saja kita yang males-malesan aja beraktivitas dipagi hari. Air yang busyetttt weeeerrrrr dinginnnnnn itu yang bikin kita males banget mandi. Ya dari pada dingin gitu, mendingan lanjut tarik selimut lagi … ya gak sadar jarum jam udah sampe setengah delapan, gubrakkk…!!!!
2.  ngobrol dikelas
pas kita dapet pelajaran yang super duper sulit kayak fisika, matematika, kimia yang bikin males dan bikin otak mendidih kepanasan gara-gara kebanyakan otak-atik rumus sama angka yang tidak ada abisnya, mendingan kita ngobrol sama temen. Saking asyiknya, suasana satu kelas berubah jadi gaduh kayak piring pecah. Tapi anehnya, kadang-kadang walaupun suasananya gaduh bin birantakan, si Guru malah asyik sendiri ceramah sama nulis-nulis depan kelas, ya walaupun itu sama sekali tidak didengar sama muridnya, tapi kayak motor yang nerabas lampu lalu lintas…..”jalan terus”… Tapi moment-moment seperti itu yang bikin kita ketawa-tawa sendiri kalo dicitain dimasa depan, 
3. tidur dikelas
tengah hari yang panas, gak ada es teh… Upppsss, ya pas dapet pelajaran sejarah, yang isinya nyritain dongeng perjuangan para pahlawan, pas banget kan kayak kita didongengin mau tidur sama nenek, hehehe bikin ngantuk lah…..Ada pula yang malah sampe ngiler gitu, saking lelapnya . Sering banget teman satu kelasku dulu dapet lemparan kapur dari Bapak guru yang ketauan tidur dalem kelas.
4. nggak bayar di kantin
“Gorengan 5, soto 1, es jeruk 1, kerupuk 2, ambil jajanan ringan 3 bungkus, permen 7 buah, ngaku sama kasirnya cuma ambil gorengan 1, soto 1, sama es jeruk….. “ lhah sisanya? ngakak sendiri kalo inget, ya ngaku aja sih, anak sekolahan tuh soal uang mepet bangat, ya efeknya kayak gitu, sering korupsi makanan dikantin… Tapi sampe lulus 3 tahun, anehnya ya gak ketahuan gitu….. ya lumayan lah,wkwkwkwk tapi sekarang kebiasaan kayak gitu jangan dilakuin ya, kasian penjualnya yang Cuma ngambil untung gak seberapa
5. nyontek
Paling gak seneng tuh pas ujiandapet tempat duduk sebelahan sama orang yang pelit. Minta satu jawaban aja susahnya minta ampun. Malah pernah nih, suatu hari saya minta jawaban sama temen, tumben-tumbennya dia tajir banget ngasih jawabannya. Pas nilai udah keluar, yang aku contekin dapet nilai 95 sementara aku cuma dapet 40, sial, aku dibohongin !
6. bolos
Satu kebiasaan yang bikin kenangan indah yang bakal kamu rindukan pas waktu reunion itu pas kita bolos bareng-bareng. Ya padahal alasannya sepele, Cuma mau jalan-jalan keluar doang , wkwkwkwk ada juga bolos tuh karena males sama pelajarannya, males sama gurunya sih, ada juga karena pengen hal yang beda gitu, malah ada temen yang ketangkap basah sedang manjat pagar gara-gara mau bolos, eeee malah ketahuan sama satpam sekolahan. Tapi rasa tegangnya itu loh, sensasinya beda….
7. lupa gak bawa topi
Hal ini paling sering kalian lakukan pas waktu hari Senin. Alih-alih gk bawa topi, akhirnya kamu dihukum baris dipaling belakang, di skors pula, sial banget gan…. Hari Senin tuh menutut ane hari yang paling males, harus bangun pagi biar gak terlambat upacara bendera, harus rapi, harus pake sepatu item , kaos kaki item, pake ikat pinggang, rambut rapi, pokoknya paling ribet deh hari Senin tuh, pas sampe sekolahan , eeee malah lupa topi gak kebawa, kan sial banget gan.
8. masuk bp
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Ya masa ini masa kita bisa mengeksplor apa yang belum pernah kita lakuin sebelumnya. Ya walaupun sering kali itu melanggar aturan yang berlaku dan ujung-ujungnya masuk BP. Tapi kata senior tuh, kalo hidup kita lurus-lurus aje, gak bakalan asyik gan.
Itu aja gan, sekilas kenangan indah yang sering banget kita lakukan sewaktu sekolah yang bikin kangen kalau kita mengingatnya. Mungkin teman-teman dapat menambahkan di postingan komentar.
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambah pula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, ke masa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah datam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain: 
1. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas. 
2. Kemandirian vs tidak mandiri. 
3. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karier vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karier. 
4. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah). 
5. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri. 
Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas. 
Manusia yang hidup pasti menjumpai masalah. Masalah bisa sangat bermacam-macam dan berasal dari segala penjuru tergantung kondisi dari masing-masing individu. Sebuah ungkapan di atas telah dijelaskan, akan tetapi tentu saja tingkatannya berbeda-beda. Meskipun demikian, masalah sebenarnya tidak bisa dihindari, karena saat kita menghindari satu masalah maka akan muncul masalah baru yang setingkat atau bahkan lebih berat. Jadi, masalah sebaiknya dihadapi, apapun konsekuensi yang didapatkan karena itu merupakan langkah pendewasaan. 
Secara umum, kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh cara mereka menghadapi sebuah masalah. Ada beberapa tipe orang yang berkaitan dengan cara mereka menjumpai dan menyetesaikan masalah yang mereka temui. 
Bermacam-macam tipe orang yang dijumpai dalam menghadapi masalah, secara tidak langsung merefleksikan tingkat kedewasaan seseorang. Adapun beberapa tipe tersebut adalah sebagai berikut: 
1. Paranoid. 
Paranoid merupakan tingkatan terparah dalam kedewasaan yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut masih jauh dari kata dewasa. Paranoid sebenarnya berhubungan erat dengan traumatis, karena kebanyakan traumatislah yang menyebabkan seseorang menjadi paranoid. Namun ada jugs yang memang punya sifat paranoid sejak lahir. Orang yang paranoid cenderung memiliki sifat penakut, berusaha lari dari masalah, terlalu takut akan risiko dengan berkhayal-khayal tentang sesuatu yang besar yang akan terjadi. Parahnya orang seperti ini menganggap dirinya paling baik, menganggap dirinya orang paling terkenal, atau paling dewasa. Padahal semuanya hanya khayalan pribadi belakang. Orang seperti ini biasanya mencari kambing hitam atas sebuah permasalahan yang menimpa dirinya. Sehingga orang paranoid termasuk level kedewasaan yang paling rendah karena tidak mau menghadapi masalah yang erat kaitannya dengan plegmatis. 
2. Galau-ers. 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau didefinisikan sebagai "sibuk beramai-ramai, ramai sekali, atau kacau tidak keruan (untuk pikiran)". Kata galau mendadak menjadi populer dan menjadi trensetter di kalangan pemuda. Kata ini mendadak booming untuk menyebut kondisi hati atau pikiran yang lagi kalut, baik karena mengalami banyak masalah atau pekerjaan. Padahal, dalam bahasa psikologi, galau adalah ketidakmampuan seseorang untuk mendefinisikan masalah. Kegalauan akan timbul dan melanda orang-orang yang cenderung ingin menghindari masalah. Mereka yang sedang galau akan cenderung mencari-cari alasan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Orang galau juga akan cenderung menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam atas masalah yang menimpa dirinya. Parahnya, saat ini banyak sekali kaum galau yang membanjiri jejaring sosial. Sebuah penelitian psikologi menyebutkan bahwa facebook sekarang menjadi tempat berkeluh-kesah, sementara twitter menjadi tempat nggosip yang paling populer bagi kaum galau untuk mengalihkan kegalauannya. Aka kita amati lebih lanjut, faktanya memang demikian. Rata-rata status atau postingan generasi muda kita cukup miris, di mana sebagian besar berisikan hal-hal yang berlebihan. Semuanya bersumber dari kegalauan. Orang-orang galau ini berada dalam tingkat kedewasaan terendah kedua karena mereka mendahulukan emosi hati dalam menyelesaikan masalah serta memandang masalah hanya dari satu sisi serta menjustifikasi masalah tanpa ada pemikiran yang rasional terlebih dahulu, padahal jika mereka memandang jauh lebih bijak di sisi yang lain, mereka akan menemukan banyak jalan dan solusi pemecahan masalah, atau minimal masalah itu akan menjadi kelihatan lebih mudah. 
3. Mandiri. 
Sering kita jumpai beberapa orang yang mencoba memecahkan masalah mereka secara mandiri, dan tidak ingin ada campur tangan orang lain. Orang-orang seperti ini akan berusaha memecahkan masalah dengan bekerja keras dan memfokuskan diri untuk menemukan solusi dari setiap permasatahan yang dihadapinya. Orang-orang seperti ini biasanya memiliki keya.kinan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh akan memperoleh hasilnya (man jadda wa jada). Orang yang berada dalam tipe ini cenderung bersifat perfectionist atau berorientasi pada kesempurnaan. Mereka punya semangat dan standar tinggi dalam memandang sesuatu hal. Orang seperti ini sudah mulai masuk dalam taraf kedewasaan pertama, di mana sudah memiliki semangat untuk hidup mandiri dan sudah berani menghadapi masalah untuk diselesaikan, bukan untuk dihindari. Meskipun demikian, juga terdapat kekurangan dari memetihara sifat seperti ini, utamanya jika terlalu mandiri. ()rang yang terlalu mandiri butuh kapabilitas yang tinggi, karena mereka akan merasa kesulitan jika ada banyak masatah yang datang secara bersamaan. Selain itu, saat mereka telah menyelesaikan suatu masalah akan cenderung merasa sombong atau terlalu percaya diri. Parahnya, jika mereka belum dapat menyelesaikan masatah dalam waktu lama padahal sudah berusaha keras, maka itu akan berpotensi jenuh jika rasa ikhlas tidak diikutsertakan. Yang lebih buruk adatah jika sampai menyalahkan kehendak Tuhan dengan mengatakan Tuhan tidak adil, atau merasa tidak terima dengan banyaknya masatah yang menimpa dirinya. 
4. Supel. 
Terkadang kita akan sangat kesulitan dalam memecahkan masalah secara sendirian, oleh karena itu, diperlukan bantuan orang lain untuk ikut menyelesaikan. Di sinilah penting atau gunanya teman yang ada di saat kita membutuhkan. Orang-orang yang supel, mudah bergaul, dan banyak teman cenderung tidak mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena di sekelilingnya banyak orang yang bersedia membantu, kecuali untuk faktor masalah yang sangat pribadi yang biasanya disimpan untuk diri sendiri. Oleh karenanya, orang-orang seperti ini cenderung kelihatan tanpa beban, selalu ceria, dan seakan tanpa masalah. Orang yang berada dalam tipe ini sudah bisa dikatakan dewasa karena mereka sudah bisa mengatur masalahnya dengan di-outsource-kan ke orang lain. Mereka sudah bisa mencari sudut pandang atau jalan lain untuk memecahkan masalahnya. Namun yang menjadi kekurangan adalah karena terlalu sering meminta bantuan orang lain, maka ada kemungkinan kapabilitas individunya diragukan saat harus menyelesaikan masalah secara sendirian. 





Sunday 17 January 2016

Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal. Menurut R.J. Havighurst (1953), rumusan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa dini adalah sebagai berikut:
1. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri). 
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan taxman jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda. 
2. Belajar hidup bersama dengan suami istri. 
Dari pernikahannya, dia akan sating menerima dan memahami pasangan masing-masing, sating menerima kekurangan dan sating bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu sandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. lni lebih banyak diakibatkan oleh ketidaksiapan atau ketidakdewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama. 
3. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga. 
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20-40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru dan belajar mengasuh anak-anak.
4. Mengelola rumah tangga. Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelola rumah tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat metahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain. 
5. Mulai bekerja dalam suatu jabatan. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, dewasa muda umumnya memasuki dunia kerja guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belum cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi, terkadang ditemukan bahwa meskipun tidak cocok dengan latar belakang itmu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh ideatisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. 
6. Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak. Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti 
(1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), 
(2) membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air, pajak kendaraan bermotor, dan pajak penghasilan), 
(3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan 
(4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong-royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya). 
Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosiat-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (misalnya, hidup sendiri), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.
7. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya. Masa dewasa awal ditandai juga dengan membentuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian. 
Adapun faktor pendorong perkembangan masa dewasa dini, antara lain: 

1. Kekuatan fisik. 
Bagi banyak individu, puncak kekuatan fisik dicapai dalam usia pertengahan 20 tahun. Kekuatan fisik seseorang perlu dijaga dengan baik, hal tersebut dapat dituangkan dalam 7 kebiasaan hidup yang sehat antara lain: 
• Sarapan pagi. 
• Makan secara teratur. 
• Makan secukupnya untuk memelihara berat badan yang normal. 
• Tidak merokok. 
• Tidak minum minuman keras. 
• Otahraga secukupnya. 
• Tidur secara teratur 7 hingga 8 jam setiap malam. 

2. Kemampuan motorik. 
Kekuatan motorik orang dewasa mencapai puncak kekuatannya antara usia 20-an dan 30-an tahun. Kecepatan respons maksimal terdapat antara usia 20 dan 25 tahun kemudian sesudah itu kemampuan ini sedikit demi sedikit akan menurun. Di samping itu, orang dewasa yang memiliki kemampuan motorik yang baik cenderung akan dapat menyelesaikan dengan baik pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik. Hal ini memudahkan seseorang untuk bergaul dan berkomunikasi baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan pekerjaan. 
3. Kemampuan mental. 
Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru adalah mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogi dan berpikir kreatif. Kemampuan mental mencapai puncaknya pada usia 20 tahun dan akan menurun sedikit demi sedikit. Penelitian-penelitian terhadap kemampuan mental dengan menggunakan tes intelegensi, sangat jelas menggambarkan adanya kemampuan mental yang baik dalam masa dewasa awal (Arthur T. Jersid: 1978). 
4. Motivasi untuk berkembang. 
Apabila remaja telah mencapai usia dewasa secara hukum, mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang-orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka. Hal ini menjadi motivasi bagi orang-orang dewasa untuk mengembangkan dirinya. Pada masa dewasa, individu terdorong untuk mulai bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan tunangan untuk kemudian mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan. 
5. Model peran. 
Orang dewasa yang berinteraksi dengan orang dewasa lainnya mempunyai model peran untuk diteladani karena berinteraksi dengan orang dewasa lainnya. Mereka memperoleh motivasi untuk mencontoh perilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dianut oleh masyarakat orang dewasa dan sebaliknya, orang dewasa yang berinteraksi dengan remaja mengikuti garis-garis perilaku remaja akan tetap berperilaku seperti remaja dan bukan pola perilaku orang dewasa. 





Dewasa dini adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri. Pada masa dewasa dini, identitas diri ini didapat sedikit demi sedikit sesuai dengan umur kronologis. 
Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa ini. Dewasa dini adalah masa peralihan dari ketergantungan ke masa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. 
Teori-teori mengenai perkembangan dewasa dini adalah sebagai berikut: 
  1. Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam .bentuk keintiman, maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain). 
  2. Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. 
Secara umum, mereka yang tergotong dewasa muda (young) adalah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically transition), transisi secara intelektual (cognitive transition), serta transisi peran sosial (social role transition). 

Perkembangan sosial masa dewasa dini/awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa dini adalah masa beratihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. 
Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001), tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu ketuarga, mengetota rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan di mana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. 
Hurlock (1993) mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya. 
Dari segi fisik, masa dewasa dini/awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. 
Segi emosionat pada masa dewasa awat adalah masa di mana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oteh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada stereotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awat adalah masa di mana tebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masatah. Adapun ciri-ciri perkembangan masa dewasa dini adalah sebagai berikut: 
1. Masa dewasa dini sebagai "masa pengaturan". 
Masa di mana seseorang mulai menentukan jadi diri pada karakternya terhadap sebuah tanggung jawab. Pada generasi terdahulu, terdapat pandangan bahwa jika anak laki-laki dan perempuan mencapai kedew4saan secara sah, hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawabnya sebagai orang dewasa. Di masa ini, seseorang harus dapat menentukan kemantapan pitihan untuk memutuskan sesuatu yang telah ia pilih. Oleh sebab itu, seseorang yang mengalami masa dewasa dini akan terus mencoba berbagai pota kehidupan. Sekati seseorang menemukan pota hidup yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan mengembangkan pota-pota perilaku sikap dan nilai-nitai yang cenderung berubah. 
2. Masa dewasa dini sebagai "usia reproduksi". 
Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga. Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa yang betum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memutai karier mereka dalam suatu tapangan pekerjaan tertentu. 
3. Masa dewasa dini sebagai "masa bermasalah". 
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak slap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/ jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya. 
4. Masa dewasa dini sebagai "ketegangan emosional". 
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional sering kali ditampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketaku,tan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapaian penyesuaiannya terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam persoalan-persoalan yang muncul. 
5. Masa dewasa dini sebagai "keterasingan sosial". 
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan bersamaan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi, semua orang muda, bahkan yang populer pun akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis keterasingan. 
6. Masa dewasa dini sebagai "masa komitmen". 
Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock: 250) mengatakan: "Nampak tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggung jawab yang terlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika Anda menjadi orang tua, jadilah orang tua untuk selamanya; jika Anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan Anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika Anda mencapai gelar doktor, karena ada prestasi baik di sekolah sewaktu Anda masih muda, besar kemungkinan Anda sampai akhir, hidup Anda akan berkarier sebagai guru besar". 
7. Masa dewasa dini sebagai "masa ketergantungan". 
Masa dewasa awal ini adalah masa di mana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orang tua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau penuh atau dari pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka. 
8. Masa dewasa dini sebagai "masa perubahan nilai". Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima oleh kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. 
9. Masa dewasa dini sebagai" masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru". 
Dalam masa dewasa ini, gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan dan peran orang tua. Perkawinan sesudah kehamilan tidak dianggap hal yang perlu dirahasiakan seperti dulu, di antara berbagai penyesuaian diri yang paling umum adalah penyesuaian diri pada pola seks atas dasar persamaan derajat yang menggantikan pembedaan pola peran seks pola seks tradisional. 
10. Masa dewasa dini sebagai "masa kreatif". Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya nnelalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas. 
11. Masa dewasa dini sebagai "masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru". Di antara berbagai penyesuaian diri yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat (egalitarian) yang menggantikan pembedaan pola peran seks tradisional, serta pola-pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, serta berbagai pola baru. 
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare), terdapat tujuh ciri kematangan psikologi, yakni: 
  1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi. 
  2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefinisikannya secara cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya. 
  3. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain. 
  4. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. 
  5. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya. 
  6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan kepada orang lain untuk membantu usaha-usahanya dalam mencapai tujuan. Secara realistis, diakui bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sungguh, sehingga dia membutuhkan bantuan orang lain, tetapi tetap bertanggung jawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya. 
  7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru. 

Optimalisasi perkembangan masa dewasa dini, dewasa dini/awal adalah masa di mana seluruh potensi sebagai manusia berada pada puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu antara 20-40 tahun adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri individu. Jika masa ini bermasalah, itu akan mempengaruhi bahkan kemungkinan individu mengalami masalah yang paling serius pada masa selanjutnya. 
Menurut Vailant (1998), membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa pembentukan (20-30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa konsolidasi (30-40 tahun), yaitu masa konsolidasi karier dan memperkuat ikatan perkawinan. Masa transisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjaan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh. 






Thursday 14 January 2016

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 :shun. Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas oerkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi -,asatah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas Derkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain: 
  • Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif. Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya. 
  • Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua. Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orang tua sehingga remaja justru lebih percaya kepada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dapat berada dalam kesulitan besar. 
  • Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin. Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan taxman jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut. 
  • Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri. Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya, pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa devvasa atau bahkan sampai tua sekalipun). 
  • Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma. Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.


Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain: 
  • Pertumbuhan fisik yang sangat cepat. 
  • Emosinya tidak stabil. 
  • Perkembangan seksual sangat menonjol. 
  • Cara berpikirnya bersifat kausatitas (hukum sebab-akibat). 
  • Terikat erat dengan kelompoknya. 

Secara teoritis, beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakah tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adatah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh, maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu: 
1. Periode masa puber usia 12-18 tahun. 
a. Masa prapubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya: 
  • Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagL 
  • Anak mulai bersikap kritis. 

b. Masa pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awaL 
Cirinya: 
  • Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya. 
  • Memperhatikan penampilan. 
  • Sikapnya tidak menentu plin-plan 
  • Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib. 

c. Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dart masa pubertas ke masa adolesen. 
Cirinya: 
  • Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya. 
  • Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria. 


2. Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat panting pada masa ini adatah:
  • Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis. 
  • Mulai menyadari akan realitas. 
  • Sikapnya mulai jelas tentang hidup. 
  • Mulai nampak bakat dan minatnya. 
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orang tua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus ditalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat, baik kepribadian maupun jiwanya.

Wednesday 13 January 2016

Masa remaja juga rentan dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks dan pelik. Karena di masa inilah seseorang bertumbuh dan menjalani saat mencari jati diri untuk membentuk karakter kepribadian. Masa ini juga sering kali disebut sebagai masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sehingga, sifat kekanak-kanakan sering kali masih melekat dan pertimbangan kedewasaan pun belum sepenuhnya terbentuk. Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu proses bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi seorang dewasa. Pada saat ini, terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat perubahan hormonal. Selain itu, karakteristik seks primer dan sekunder menjadi matang sehingga membuat seseorang mampu untuk bereproduksi (Steinberg, 2002). Dorongan seksual yang meningkat ini menjadikan seseorang remaja mulai belajar untuk mengetahui dan mencari informasi terkait seksualitas itu sendiri. Kemudian penyaluran hasrat yang dimilikinya juga menyertai proses belajar ini. 
Di sinilah poin penting yang harus diperhatikan, bahwa proses ingin tahu seputar seksualitas harus benar-benar tepat dan benar. Karena sering kali keingintahuan tersalurkan kepada hal-hal yang merugikan diri sendiri. Contoh dari hal itu adalah akses pornografi melalui media. Dan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Peduli Remaja Kriya Mandiri, media online menjadi tempat terbanyak yang dijadikan sarana untuk mengetahui informasi mengenai seksualitas. Dan jumlah responden yang berjumlah 352 remaja yang masih berstatus pelajar di 10 sekolah tingkat atas di Surakarta, sebesar 56 Persen menyatakan bahwa media online menjadi sarana untuk mengetahui informasi tentang seks, kemudian terbanyak kedua adalah teman sebaya sebesar 15% diikuti orang tua (12 persen), guru (9 persen), serta organisasi remaja dan lainnya masing-masing sebesar 4 persen. 

Dari jumlah responden yang mengakses materi pornografi sebanyak 63 persen pernah mengakses materi pornografi baik berupa film, gambar maupun cerita porno. Meskipun penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mewakili seluruh populasi remaja berusia sekolah yang ada di kota Surakarta, akan tetapi cukup memberikan gambaran bahwa akses pornografi di kalangan remaja khususnya pelajar tingkat atas di kota Surakarta dapat dikatakan cukup mengkhawatirkan terhadap perkembangan seksualitas dan psikologisnya. 
Apabila dianalisis lebih jauh, akses pornografi yang kian marak merupakan dampak pendidikan seks yang salah dan kurang tepat dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab akan hal itu, seperti orang tua, guru serta pihak-pihak terkait lainnya. Kegagalan pendidikan seks ini umumnya adalah karena adanya anggapan seks merupakan sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan. Oleh karenanya, seorang remaja terkadang malu atau enggan untuk berkonsultasi dengan orang-orang dewasa yang lebih paham dengan masalah seksualitas. Sehingga mereka lebih nyaman menggunakan media online untuk mengakses informasi terkait dengan seksualitas. Masalah muncul karena keingintahuan seputar seksual ini tidak hanya berhenti pada informasi penting saja, akan tetapi lebih menjurus kepada hal-hal yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi (yakni, materi pornografi) yang mempunyai efek destruktif yang mempengaruhi perilaku seksualnya. Dalam penelitian Komunitas Jogja (2007), ditemukan bahwa 900 film porno buatan lokal dengan pemeran usia remaja Indonesia beredar di internet. Inilah bentuk shock culture yang terjadi dalam masyarakat kita. Dikatakan demikian karena budaya timur Indonesia yang sopan dan anggun mulai tergerus, dengan mengalami pergeseran nilai menjadi budaya yang tidak lagi mengindahkan moralitas dan nilai-nilai agama. Jadi, budaya permisivisme telah meracuni kehidupan remaja mulai cara berpakaian yang kurang sopan, yang cenderung menampakkan aurat tubuh lantaran dianggap seksi, berkata jorok, seks bebas hingga perilaku seks menyimpang semakin marak terjadi. 
Faktor kemajuan teknologi media informasi yang tidak diimbangi dengan penanaman nilai moral agama dan budi pekerti menyebabkan tumburl suburnya akses materi pornografi oleh berbagai kalangan termasuk remaja masa kini. Oleh karenanya, perlu upaya preventif untuk mencegah terjadinya dampak negatif yang lebih besar maupun upaya kuratif (mengobati), dengan melihat fakta bahwa jumlah remaja yang menjadi korban pornografi terbilang tidak sedikit. Institusi keluarga sebagai bagian inti sarana sosialisasi nilai terhadap anak serta sekolah sebagai institusi kedua setelah keluarga, seharusnya mampu menjalankan perannya untuk menanamkan budi pekerti maupun agama di dalam pembentukan moral remaja. Namun, fakta menunjukkan bahwa "seakan" kedua institusi itu mengalami kegagalan dalam proses sosialisasi nilai terhadap remaja. Di mana dalam poin pertanyaan kepada institusi apakah yang diharapkan remaja mampu berperan dalam pendidikan kesehatan reproduksi remaja, sebesar 52 persen menjawab lembaga sosiaVagama, 30% menjawab keluarga, 13 persen sekolah, dan 5 persen sisanya institusi lain. 
Harapannya, peran lembaga sosial/agama menjadi alternatif solusi yang dapat dilihat sebagai pihak ketiga yang mampu mendukung dua institusi utama (keluarga dan sekolah) dalam penanaman nilai moral kepada remaja. Salah satu model pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang patut dicoba untuk dilakukan, misalnya, melalui oembinaan kelompok sebaya (peer group). Karena tidak dapat dipungkiri bahwa usia remaja mempunyai <ecenderungan kuat untuk berkumpul dan bergaul dengan :eman sebaya. Sebagaimana temuan di atas, teman sebaya merupakan tempat kedua untuk bertanya dan bercerita derihal masalah seksual setelah media online. Model pendidikan terkait reproduksi melalui peer group bisa dilakukan dengan fasilitator dari lembaga sosial/agama maupun dari kalangan remaja sendiri yang dididik dan diproyeksikan sebagai fasilitator bagi teman sebayanya. 
Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat betas tahun) sampai usia sekitar detapan betas -masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa..Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sutit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:
  1. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Yang tak dapat dihindari, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselislhan, dan bisa menjauhkan is dari keluarganya.
  2. la lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah model pakaian, potongan rambut atau musik, yang kesemuanya harus mutakhir.
  3. Remaja mengalami perubahan fisik yang tuar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksuat yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
  4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, yang mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.


Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang menjemukan mereka dan orang tuanya, dan ini merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain:
  1. Variasi kondisi kejiwaan, di mana suatu saat, ia mungkin terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain, ia terlihat sebaliknya - periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. ltu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya. 
  2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, di mana hal ini adalah normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbutkan bentuk-bentuk perilaku seksual. 
  3. Membolos. 
  4. Peritaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Penyebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang satah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak - dan sering tidak ada sama sekali. 
  5. Penyalahgunaan obat bius. 
  6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.

Apa yang harus Anda lakukan bila Anda merasa cemas terhadap anak remaja Anda? Langkah pertama adalah bertanya kepada diri sendiri apakah perilaku yang mencemaskan itu adalah perilaku yang normal pada anak remaja. Contohnya adalah pemurung, suka melawan, lebih senang sendiri atau bersama teman-temannya daripada bersama anda. Anak remaja Anda ingin menunjukkan bahwa is berbeda dengan Anda. Hal ini dilakukan dengan berpakaian menurut mode mutakhir, begitu pula dengan kesenangannya pada potongan rambut dan musik. Semua itu sangat normal, dan asalkan perilaku tersebut tidak membahayakan, maka Anda tidak perlu prihatin. 
Tindakan selanjutnya adalah menetapkan batas dan mempertahankannya. Menetapkan batas itu sangatlah penting, tetapi batas-batas itu haruslah cukup lebar untuk memungkinkan eksplorasi yang sehat. 
  • Bila perilaku anak Anda membahayakan atau melampaui batas-batas yang Anda harapkan, langkah berikutnya adalah memahami apa yang tidak beres. 
  • Depresi dan perilaku yang membahayakan diri selalu merupakan respons terhadap stres yang tidak dapat diatasinya. 
  • Anak remaja yang berperilaku atau suka membolos sering kali akibat dari meniru dan mengikuti teman-temannya, dan merupakan respons dari sikap orang tua yang terlalu ketat atau terlalu longgar. 
  • Minum-minuman beralkohol dan menghisap ganja biasanya merupakan respons terhadap stres dan akibat meniru teman. Masalah seksual paling sering mencerminkan adanya kesulitan diri di dalam proses pendewasaan.

Secara umum, masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang tua yang "cukup balk". Donald VVinnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah "good enough mothering'. Beliau menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan memberi respons terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna. Sekarang laki-laki pun telah "diikutsertakan", sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang "menjadi orang tua yang cukup baik". 
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik adalah: 
  1. Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok, yakni sandang, pangan dan kesehatan: 
  2. Memberikan ikatan dan hubungan emosional. Hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak. 
  3. Memberikan suatu landasan yang kokoh. ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil. 
  4. Membimbing dan mengendalikan perilaku. 
  5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal. Hal ini diperlukan untuk membantu anak Anda agar matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami. 
  6. Mengajarkan cara berkomunikasi. Orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan amarah. 
  7. Membantu anak Anda menjadi bagian dari keluarga. 
  8. Memberi teladan.

Identitas remaja dapat diartikan sebagai berikut: 
  1. Identitas dapat diartikan sebagai suatu inti pribadi yang tetap ada walaupun mengalami perubahan bertahap seiring pertumbuhan umur dan perubahan lingkungannya. 
  2. Identitas juga dapat diartikan sebagai tata hidup tertentu yang sudah dibentuk pada masa-rnasa sebetumnya dan menentukan peran sosial yang harus dijalankan. 
  3. Identitas merupakan hasil yang diperolehnya pada masa remaja, tetapi masih akan terus mengalami perubahan dan pembaharuan. 
  4. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa identitas merupakan suatu kesatuan.

Persatuan yang terbentuk dari asas, cara hidup, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti seseorang yang menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan diri sendiri dalam pergaulan dan tinjauan di keluar dirinya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain: 
  1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. 
  2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Di sini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidaklah jetas. Keadaan ini memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. 
  3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan. 
  4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. 
  5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut. 
  6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita. 
  7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Dengan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, remaja cenderung mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Diharapkan, remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yakni: 
  1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. 
  2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan kematangan seksual. Perubahan ini terkadang membuat remaja merasa tidak . yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. 
  3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. 
  4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 
  5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi, mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain, mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. 

Ada beberapa faktor penting dalam perkembangan identitas diri remaja, yakni: 
  1. Rasa percaya diri yang telah diperoleh dan senantiasa dipupuk dan dikembangkan. 
  2. Sikap berdiri sendiri. 
  3. Keadaan keluarga dengan faktor-faktor yang menunjang terwujudnya identifikasi diri. 
  4. Kemampuan remaja itu sendiri, dan taraf kemampuan intelektualnya.


Selain faktor tersebut di atas, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan identitas diri remaja yaitu faktor eksperimentasi (coba-coba, berpetualang). 
Peranan orang tua dan sekolah sangat penting sebab remaja ini belum siap untuk bermasyarakat. Bimbingan orang tua dan guru sangat diperlukan agar remaja tidak salah arah, karena di masyarakat, amat banyak pengaruh negatif yang dapat menyengsarakan masa depan remaja. Setelah itu ajaklah mereka berdiskusi di mana pendidik dapat mendengarkan dengan sabar segala isi hati dan keluhan mereka. Biarkan mereka bebas berkarya dan berekspresi tapi dengan catatan mereka harus tetap dibimbing dan diawasi. Remaja juga cenderung bersikap agresif. Jika dipandang dari definisi emosional, perilaku agresif adalah hasil dari proses kemarahan. Banyak hal yang menyebabkan perbuatan agresif ini, yaitu: 
  1. Tindakan agresif disebabkan oleh naluri agresif. 
  2. Agresif disebabkan oleh situasi yang amat menjenuhkan atau tertekan. 
  3. Perbuatan agresif karena frustrasi. . 
  4. Perbuatan agresif karena adanya unsur atau rasa balas dendam.

Tuesday 12 January 2016

Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur betasan tahun. Pada masa remaja, manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Definisi
Menurut psikologi, remaja adatah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan datamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di tuar keluarga. Dilihat dari bahasa Inggris "teenage'', remaja artinya adalah manusia berusia betasan tahun. Di mana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. ()Leh sebab itu, orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting datam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan. 

Remaja juga berasal dari kata Latin "adolescence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi  dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosiat, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Caton (dalam Monks, dkk. 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan ticlak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23), remaja adalah masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berpikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja 'adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:
• 12-15 tahun.
• Masa remaja awal, 15-18 tahun.
• Masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun.
• Masa remaja akhir.

Tetapi, Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa praremaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

Manusia tidak dapat hidup dengan baik tanpa bantuan dari orang lain. Sejak dilahirkan, manusia mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu: keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.  Dalam menjalankan aktifitasnya, manusia behubungan dengan manusia lainnya dalam suatu kelompok. Kelompok tersebut dimnamakan kelompok social dimana kelompok social merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Dalam kelompok social, hubungan yang terjadi saling pengaruh mempengaruhi dan juga ada suatu kesadaran untuk saling tolong menolong. 
Kelompok social mempunyai persyaratan tertentu yaitu: Adanya kesadaran dari setiap  anggota kelompok, bahwa dia merupakan bagian dari kelompok, adanya hubungan timbal balik antara anggota satu dengan lainnya, adanya suatu factor bersama yang menjadikan hubungan mereka bertambah erat misalnya:(nasib, tujuan, idiologi yang sama), berstruktur berkaidah dan mempunyai pola perilaku, bersistem dan berproses.

Manusia hidup dalam kelompok social terkecil yang dinamakan keluarga. Selain itu manusia juga beraktifitas keluar dan berhubungan dengan kelompok-kelompok social lainnya. Pengalaman manusia yang berhubungan dengan kelompok-kelompok social lain dan kemudian dibagikan kepada keluarganya dinamakan Social Experiences. Hal ini selain berguna bagi keluarga juga secara tidak langsung menambah pengetahuan dan mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan kepribadian. Beberapa pembedaan kelompok social antara lain:
1.      In-group dan out-group. In-group adalah kelompok social di mana individu mengidentifikasikan dirinya. Hal itu menyebabkan seseorang yang merasa dalam kelompok in-group mempunyai perasaan dekat dan umumnya didasarkan factor simpati dan menganggap sebagai “kita” dan kelompok lain sebagai “mereka”. Perasaan in-group dan out-group didasarkan pada suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik dibandingkan kelompok yang lain. Out-group adalah kelompok social yang oleh individu diartikan sebagai lawan in-groupnya.
2.      Kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group). Charles Horton Cooley menyebutkan bahwa kelompok primer adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal (face to face group) antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yag bersifat pribadi. Agar masing-masing anggota kelompok primer saling mengenal secara dekat maka kelompok tersebut harus memenuhi syarat: anggota secara fisik saling berdekatan, kelompok tersebut kecil dan adanya suatu kelanggengan hubungan antar anggota kelompok. Salah satu sifat dari kelompok primer adalah adanya kesamaan tujuan, dan dalam banyak kasus, tujuan kelompok tersebut adalah hubungan yang erat diantara anggota kelompok itu sendiri. Kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak didasarkan pada pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng.
3.      Paguyuban (gemeinschaft) dan Patembayan (gesellschaft). Ferdinand Tonnies menjelaskan bahwa paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Contoh: keluarga, kelompok kerabat dan rukun tetangga. Patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, merupakan bentuk pikiran belaka. Contoh: perjanjian bisnis.
4.      Formal group dan informal group. Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama. Contoh: organisasi, yang biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administrative yang disebut birokrasi. Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok ini terbentuk karena pertemuan yang berulang kali yang didasari oleh kepentingan dan pengalaman yang sama. Contoh: klik (clique).
5.      Membership group dan reference group. Robert K. Merton menyebutkan bahwa membership group merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Walaupun batas-batas keanggotaan tersebut secara fisik tidak dapat dilakukan secara mutlak karena perubahan-perubahan keadaan. Reference group yaitu kelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang (yang bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
6.      Kelompok okupasional dan volunter. Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Mereka dari pendidikan yang sama, spesialisasi bidang pekerjaan yang sama akhirnya berusaha mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki sehingga mampu bermanfaat bagi masyarakat banyak dan membuat aturan aturan bagi mereka yang dikenal sebagai kode etik profesi. Contoh: kelompok profesi. Kelompok volunter yaitu kelompok yang mempunyai kepentingan yang sama namun tidak mendapat perhatian masyarakat, sehinga melalui kelompok ini diharapkan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individu tanpa mengganggu kepentingan masyarakat, contoh: kelompok rekreasi.

7.      Komunitas (masyarakat setempat). Komunitas adalah masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah(geografis) dengan batas-batas tertentu, dimana factor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggotanya, dibandingkan dengan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya. Hubungan yang erat dan  ikatan solidaritas yang kuat antar anggota masyarakat serta  ikatan dengan tanah dimana mereka tinggal, karena menganggap tanah tersebut memberikan kehidupan bagi mereka merupakan ciri komunitas yang dinamakan Community Sentiment (perasaan komunitas). Perasaan komunitas meliputi unsure: seperasaan (identifikasi, solider, kepentingan sama, selaras dengan kepentingan kelompok), sepenanggungan (sadar akan peran dalam kelompok dan kedududukan yang pasti dalan kelompok) dan saling memerlukan (perasaan tergantung dari anggota kepada komunitas untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis).
Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget