Sunday, 2 August 2015


Gender : Menjadi Laki-laki atau Perempuan

Jenis Kelamin
                Adalah bentuk kejantanan dan kewanitaan yang ditentukan oleh faktor genetik yang berperan pada saat konsepsi dan menghasilkan perbedaan dalam fisik dan anatomi.
                Misal : laki-laki dan perempuan Gender
                Adalah atribut, tingkah laku, karakteristik kepribadian, dan harapan yg berhubungan dengan jenis kelamin biologis seseorang dalam budaya yg berlaku.
Ø  Perbedaan gender dapat didasarkan pd faktor biologis, proses belajar (lingkungan) atau kombinasi keduanya.
Misal:
       Perimata muda (termasuk anak anak manusia) cenderung bermain dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama, pembagian ini berdasarkan biologis.
       Saat di dalam kelompok, anak anak belajar ketrampilan sosial, gaya dan kecenderungan yg berbeda, misal: anak laki2 bermain bedil2an, perempuan bermain boneka.

Identitas Gender & Stereotipe Gender
Setiap orang memiliki identitas gender.
Ø  Identitas Gender
                adalah  sebagian dari konsep diri yg melibatkan identifikasi seseorang sebagai laki2 atau perempuan. Kesadaran thd identitas gender biasanya berkembang pd usia 2 tahun.
                Misalnya : Sekolah KB (kelompok bermain) terdapat anak yang melihat alat genital temannya, dan dia bertanya kenapa miliknya berbeda dengan Toni.
               
Ø  Konsistensi gender : konsep yg menyatakan bhw gender adl atribut dasar dan menetap pd setiap individu. Ketetapan konsistensi gender biasanya berkembang antara usia 4 – 7 tahun.
                Misal :
       Anak anak belajar karakteristik gender yang pantas dan tidak pantas dilakukan.
       Anak lakii laki bermain perang-perangan dan perempuan bermain boneka bonekaan.

Ø  Tipe jenis kelamin :pemahaman thd stereotip yg dihubungkan dg menjadi seorang laki2 atau perempuan dalam budaya seseorang.
                Misalkan : Pedoman istri yang baik

Karakteristik Stereotipe laki2 & Perempuan
Stereotype
adalah keyakinan bahwa semua anggota kelompok sosial tertentu memiliki karakteristik atau sifat yang sama.
Sterotipe Laki-laki
Stereotipe Perempuan
Bertindak sebagai pemimpin
Penuh perasaan
Agresif
Ceria
Ambisius
Penuh kasih sayang
Analitis
Menentramkan perasaan
Asertif
Feminim
Atletis
Ingin disanjung
Kompetitif
Lugu
Dominan
Lemah lembut
Ø  Diperkenalkan Androgini sebagai salah satu peran gender.
Ø  Androgini adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Sandra Bem, seorang psikolog Universitas Stanford, Ia mengeluarkan pengukuran gender The Bem Sex Role Inventory.
Ø  Berdasarkan responnya, individu diklasifikasikan memiliki salah satu dari orientasi gender, yaitu maskulin, feminin, androgini dan undifferentiated.
Ø  Androgini adalah identitas gender di mana seseorang tidak masuk dengan jelas ke dalam peran maskulin atau feminin yang ada di masyarakat.
Kelebihan Androgini, yaitu:
Ø  Lebih disukai
Ø  Lebih kreatif dan optimis
Ø  Lebih mampu menyesuaikan diri
Ø  Lebih mampu mengadaptasi tuntutan berbagai situasi
Ø  Lebih fleksibel dalam mengatasi stres
Ø  Lebih nyaman dengans eksualitas mereka
Ø  Lebih puuas dengan hubungan interpersonal mereka.
Selain itu terdapat
Ø  Hipermaskulinitas
            Adalah Identifikasi peran gender yang ekstrem, yaitu versi peran laki laki tradisional yang berlebihan.
            Misal: 
            Termasuk di dalamnya sikap seksual yang dingin terhadap wanita, keyakinan bahwa kekerasan berarti kejantanan, dan kenikmatan akan bahaya adl sumber rasa senang.
         Hiperfeminimitas :
            Adalah identifikasi peran gender yang ekstrem, yaitu versi peran perempuan tradisional yang berlebihan.
            Misal:
      Termasuk di dalamnya keyakinan bahwa hubungan dengan pria adalah pusat kepentingan hidupnya,
      Daya tarik & seksualitas seharusnya digunakan untuk memperoleh seorang pria dan mempertahankannya, dan
      Sah sah saja untuk terkadang berkata tidak yang artinya ya.

Aspek-Aspek Identitas Sosial : Self 


GARIS BESAR PEMBAHASAN
  1. Identitas sosial
  2. The Self : Komponen identitas unik seseorang
a. Konsep self
b. Self esteem : sikap terhadap diri sendiri
c. Aspek lain dari fungsi self : memfokuskan, memonitor, dan menilai

Identitas Sosial
Ø  Awal kehidupan, setiap orang memulai pandangan tentang siapa dirinya misal sebagai laki-laki atau perempuan.
Ø  Setiap orang membangun sebuah identitas self.
Definisi Identitas Sosial
Baron & Byrne (2004)
Identitas social (social identity) adalah definisi seseorang yang memandu bagaimana kita mengonseptualisasikan &mengevaluasi tentang siapa dirinya, termasuk di dalamnya atribut pribadi (self concept) serta keanggotaan dalam berbagai kelompok (saya adalah mahasiswa IPB ).
Identitas sosial mencakup nama, konsep diri, gender (laki-laki/ perempuan), hubungan interpersonal (anak perempuan, anak laki-laki, pasangan, orang tua, dll), afiliasi politik/ idiologi (feminis, pecinta lingkungan demokrat, vebetarian, dll), atribut khusus (homoseksual, cerdas,MR, pendek, tampan, dll) afiliasi etnis/ religius (Katolik, Orang Selatan, Hispanik, Yahudi, dll).
Ø  Sebagian aspek identitas kita ditentukan oleh faktor genetik.
Ø  Karakteristik fisik seperti jenis kelamin, warna kulit, jenis rambut, dll.
Ø  Efek genetik terbesar adalah pada persepsi popularitas diri dan penampilan fisik.
Ø  Aspek lainyang berpengaruh adalah persepsi kecemasan, kebahagian, dan kemampuan akademik.
Ø  Faktor genetik memainkan peran terhadap identitas diri, konsep diri, yang sebagian besar didasarka pada interaksi dengan orang lain yang dipelajari
Menurut Jackson & Smith (1999), identitas sosial dikkonseptualisasikan menjadi 4 dimensi, yaitu:
  1. Persepsi dlm konteks antar kelompok : hubungan antara in-group ss dengan kelompok perbandingan yang lainnya.
  2. Daya tarik in-group (kelompok sosial di mana indv mengidentifikasi dirinya, sifatnya didasarkan pd faktor simpati, memiliki perasaan dekat dengan anggota lain) : perasaan yang ditimbulkan oleh in-group seseorang.
  3. Keyakinan yang saling tertarik : norma dan nilai yang menghasilkan tingkah laku anggota kelompok ketika mereka berusaha mencapai tujuan dan berbagi keyakinan yang sama
  4. Depersonalisasi : memandang dirinya sendiri sebagai contooh dari kategori social yang dapat digantikan dan bukannya individu yang unik.
Proses Pembentukan Identitas Diri
  1. Interaksi social dengan keluarga langsung.
                Misal: dalam kelurga Susi selalu dinasehati: “Kita ini keluarga terpelajar, jadi jangan sampai nilai kamu kalah dari yang lainnya!”, maka dalam diri Susi ada konsep diri keluarga terpelajar dan tekun belajar.
  1. Interaksi sosial dengan orang lain sepanjang hidup.
                Misal : teman-teman Susi selalu mengatakan, “Susi baik sekali yah”, “dia anak yang baik yah”, maka dalam diri Susi terbentuk konsep diri orang baik, sebaliknya.

The Self  (Diri) : Komponen Identitas Unik Seseorang
Ø  Berfikir mengenai diri sendiri adalah aktivitas manusia yang tidak dapat dihindari.
Ø  Self merupakan pusat dari dunia sosial setiap orang.
Ø  Konsep diri (self): adalah identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi.
Ø  Self memberikan kerangka  berpikiryang menentukan bagaimana kita mengolah informasi ttg diri kita sendiri, motivasi, evaluasi diri, kemampuan.
Ø  Kita bekerja keras untuk melindungi citra diri kita dari informasi yang mengancam dan mempertahankan pada konsistensi diri.
Ø  Orang cenderung menolak perubahan dan meluruskan informasi yang tidak konsisten dengan konsep self-mereka.
Ø  Apabila perhatian ssorang difokuskan pd aspek yang tdk berhubungan dengan self, maka lebih terbuka dengan informasi dan rendah sikap defensifnya
Menurut Sedikides & Skowronski (199&), self berevolusi sebagai karakteristik adaptif, yaitu:
  1. Kesadaran diri subjektif : kemampuan membedakan diri dan lingkungan fisik dan sosialnya. Tahap ini terjadi saat kita masih kecil.
                Misal: ketika kita mulai bisa membedakan diri kita dengan lingkunga. dan orang lain.
2.            Kesadaran diri objektif : kemampuan menjadikan diri sendiri sebagai obyek perhatian, kesadaran akan pikirannya (mengetahui dan mengingat). Tahap ini terjadi ketika kita mulai dewasa.
                Misal: saat kita berkata kasar dengan orang lain, seringkali kita berpikir: “seharusnya saya tidak sejudes itu tadi, saya kasar sekali yah.”
3. Kesadaran diri simbolik : kemampuan membentuk representasi kognitif diri yang absrak melalui bahasa yang memungkinkan manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya.
                Misal:
       Konsep diri Rudi: Saya adalah seorang OB (office boy).
       Maka konsep diri seorang OB yang dimiliki oleh Rudi itu akan membantunya bersikap sebagai seorang OB di kantornya (mau disuruh-suruh, dll).

Elemen Pembentuk Konsep Diri
  1. Identitas sosial, Identitas kita sebagai anggota kelompok tertentu,
                Misal: saya adalah mahasiswa IPB, saya orang Jawa.
2.            Atribut personal, apa yang saya miliki. Misal: saya tampan memiliki tinggi 167cm
3.            Pengalaman masa lalu
4.            Kondisi saat ini, à Rudi baru saja di PHK, maka saat ini konsep diri Rudi adalah “saya orang yang di PHK dan pengangguran.”
  1. Harapan di masa depan, pengetahuan dan imajinasi tentang diri sendiri,
                Misal: Susi ingin menjadi Pragawati ketika dewasa, maka konsep diri “saya calon pragawati” telah tertanam di diri Susi dan membentuk tingkah lakunya: jalan berlenggak-lenggok & tegap.

Skema Diri
Ø  Skema diri
                Adalah rangkuman dari semua yang diingat, pengetahuan dan imajinasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya.
Ø  Skema mempengaruhi tingkah laku.perlunya memiliki konsep diri yang jelas untuk menjadi seseorang yang diinginkan.
                Misal: Keinginan menurunkan berat badan, namun akan dihadapkan dengan kenyataan tidak menyenangkan (tidak makan, berolahraga di hari yang panas) à menuntut kesungguhan dan upaya yang konsisten.
Ø  Dengan memiliki konseptualisasi yang jelas thd siapa kita skr, dan seperti apa keinginan yang akan dtg, mnejadikan kita teguh pada pendirian kita.
Ø  Self merupakan pusat dunia sosial setiap orang,.
Ø  Efek self–reference adalah efek dari perhatian dan memori yang terjadi karena pemrosesan kognitif terhadap informasi yang relevan terhadap diri lebih efisien daripada pemrosesan terhadap informasi jenis lain,
                Misal:
       Orang lebih tertarik dengan orang yang memiliki nama yang sama dengan nama kita, atau menyukai hal-hal yang huruf awalnya sama dengan huruf awal nama kita.
       Nisa mahasiswi IPB membaca artikel tentang Mahasiswa berprestasi di seluruh Indonesia, pastinya hal pertama yang Nisa cari adalah mahasiswa dari IPB.

Konsep Diri Terstruktur
Konsep diri terstruktur dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
  1. Konsep diri sentral, yaitu konsep diri inti dan cenderung ekstrem, yang bisa positif/ negatif dan relative sulit dirubah karena dielaborasi lebih detil, di konsolidasi lebih kuat, dan diyakini dengan kepastian yang lebih besar.
  2. Konsep diri peripheral, yaitu konsep diri yang tidak terlalu kuat terbentuk dan relative mudah dirubah.
Misal
          Susi sangat ahli di bidang matematika, kalau soal matematika dia pakarnya. Sementara di bidang seni, olahraga dan lainnya dia tidak begitu hebat.
          Di sini, konsep diri sentral Susi adalah ahli matematika, sedangkan bidang lainnya adalah konsep diri periferalnya.

Skema Diri Seksual
Ø  Skema diri seksual adalah representasi kognitif terhadap aspek seksual diri sendiri (negative/positif) yang mempengaruhi perilaku seksualnya.
                Misal    
       Skema diri seksual positif à pria dengan penuh gairah/ cinta à menunjukan gairah yang besar selama aktivitas seksual, lebih mencintai pasangan dan cenderung membentuk hubungan jangka panjang.
       Skema diri seksual negatif à wanita, malu-malu dan konservatif à merasakan kecemasan selama aktivitas seksual dan  perasaan bersalah dlm hub seksualnya.

Konsep Diri Sosial
Ø  Konsep diri sosial yaitu suatu identitas kolektif yang menyangkut hubungan interpersonal dan aspek identitas yang berasal dari keanggotaan dalam kelompok yang lebih besar dan tidak personal, yang didasarkan pada ras, etnis, dan budaya.
                Misal: saya orang Indonesia.
       Konsep diri social ini terdiferensiasi dan didefinisikan dengan baik seiring pertambahan usia.
       Waktu kecil konsep diri sosial Susi hanya saya murid SD Angkasa,
       setelah dewasa konsep diri social Susi berkembang/bertambah: saya karyawan PT CNI, saya ibu di keluarga x, saya anggota arisan Z, dst, dst.

Budaya à Konsep Diri
Ø  Budaya dapat mempengaruhi konsep diri seseorang.
Ø  Misalnya budaya Individualistik pada masyarakat Amerika dan budaya kolektivitas pada masyarakat Jepang dan Cina.
Ø  Budaya individualistis menghasilkan konsep diri sebagai pribadi unik dan memiliki atribut positif menjadi diri sendiri tidak peduli pada konteks apapun.
                Misal: Susi dari budaya individualis, ketika orang memuji dia pintar, dia akan bilang bahwa itu karena saya memang hebat, itu semua berkat kerja keras saya.
Ø  Sementara budaya kolektivis menghasilkan konsep diri yang selalu mendefinisikan diri pada situasi dan orientasi kritik pada diri sendiri.
                Misal: Rudi dari budaya kolektivitas, ketika orang memujinya karena prestasinya, dia akan bilang ‘itu semua berkat doa dan dukungan kalian.’

Kemungkinan Diri (Self)
Ø  Berdasarkan budaya individualistik, diri (self) relatif tetap, namun self dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Ø  Sering kita membandingkan diri sendiri sekarang dengan dengan diri sendiri masa lalu yang berbeda dan mengarah pada perbaikan yang terus menerus.
Ø  Bahkan kita bukanlah orang yang sama sepuluh tahun yang akan datang, banyak perbaikan yang terjadi seiring berjalannya waktu.
Konsep diri mencakup :
  1. Konsep diri saat ini
  2. Possible selves:
       Adalah representasi mental terhadap kemungkinan akan menjadi apa atau seharusnya menjadi apa, seseorang di masa depan.
       Possible selvesbisa memotivasi diri kita sendiri.
                Misal : Susi sejak kecil suka bermain piano à orang-orang sering memuji kemahirannya bermain piano. à Tumbuh possible selves dalam dirinya bahwa: saya calon maestro piano yang terkenal, à selanjutnya possible selves ini memotivasi Susi mencapai cita-citanya.
  1. Working self-concept :
Ø  Adalah konsep diri pada saat tertentu.
                Misal :
       Susi menjadi koordinator medis di kepanitiaan penggalangan dana,
       maka “saya adalah seorang koor medis” adalah konsep diri Susi saat itu sehingga dia tahu apa tugas-tugas & kewajibannya.

Faktor Pengaruh Konsep Diri
  1. Faktor biologis (hormonal à bipolar)
  2. Keinginan diri sendiri (minat berubah)
  3. Perubahan hidup yang besar (tragedi/ musibah)
  4. Perubahan kerja (pegawai à usaha mandiri)
  5. Significant other (orang yang berarti buat diri pribadi) yang berpengaruh pada interaksi socsal.
                Misal : dulu sebelum berpacaran dengn Susi, Rudi adalah pria yang pendiam dan kalem. Setelah mengenal dan berpacaran dengan Susi, Rudi lebih PD dan berani show up.
6.            Intensitas hubungan sangat berperan dalam perubahan konsep diri

Self-Esteem
Ø  Adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu; sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif dan negative.
                Misalnya :
       Meremehkan bakatnya sendiri (merasa selalu tidak bisa)
       Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya.
       Merasa tidak berdaya (tidak mau berusaha keras untuk menghadapi masalah)
Sedikides (1993), terdapat tiga motif seseorang mengevaluasi diri, yaitu:
  1. Self-assesment (memperoleh pengetahuan yang akurat tentang diri sendiri), lebih banyak terjadi pada masyarakat kolektivistis.
  2. Self-enhancement (mempoeroleh innformasi positif), lebih banyak terjadi pada masyarakat individualistis.
  3. Self verification (melakukan konfirmasi atas sesuatu yang sudah diketahui), terjadi pada orang yang esteem nya rendah dan berpandangan negative tentang dirinya sendiri dan tidak mau berubah.
MENGEAVALUASI DIRI SENDIRI
Ø  Memiliki self-esteem tinggi berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri.
Ø  Sikap terhadap diri sendiri dimulai dengan interaksi paling awal antara bayi dengan ibu yang mengasuhnya.
Ø  Self esteem rendah bila ada kesenjangan antar self dengan ideal self.
Ø  Sumber utama untuk evaluasi diri adl orang lain, perbandingan sosial (social comparisons).
Ø  Pemilihan kelompok pembanding sangat menentukan self esteem kita.
Ø  Ketika kompetensi actual seseoranng tidak sesuai dengan evaluasi dirinya, hasilnya disebut self-esteem paradox..
Ø  self-esteem paradox—yaitu self-esteem yang tidak realistis, baik tinggi maupun rendah.
                Contoh:
                Rudi dengan tim futsal underdognya akan melawan tim pro, tim underdog itu berpikir positif bahwa mereka pasti bisa mengalahkan tim pro tersebut yang jelas-jelas jauh lebih hebat dari mereka.
Ø  Self-esteem tinggi umumnya lebih disukai daripada self-esteem rendah,
Ø  Kebanyakan orang berusaha mengubah self-esteem mereka kearah evaluasi diri yang lebih positif yaitu melalui psikoterapi yang bertujuan meningkatkan self-esteem dan menurunkan perbedaan antara self dan self ideal dengan memberikan penghargaan positif tanpa syarak (unconditional positif regard) pada klien.

CLIENT CENTERED THERAPY (CARL ROGERS)
          Bertujuan untuk meningkatkan self-esteem dan menurunkan perbedaan antara self dan ideal self
          Komponen utamanya adl memberikan penghargan positif tanpa syarat (unconditional positif regard).
          Tingkah laku yang mungkin tdk dapat diterima, ttp individu dievaluasi secara positif.
          Memakai pakaian yang disukai dan memikirkan apa yang menyenangkan dpt meningkatkan self esteem.
          Pengalaman diejek saat kanak2 dpt menurunkan self esteem (misal : citra tubuh).
          Pergaulan dpt membentuk self esteem kita, termasuk iklan2 tv.
Fungsi self ada 3, yaitu:
Ø  Self focusing (memfokuskan perhatian pada diri atau pada dunia eksternal)
                Adalah tingkah laku yang mengarahkan perhatian seseorang kepada diri sendiri daripada sekelilingnya.Self focusing ini bagus, tapi jangn terlalu berlebihan sehingga menyebabkan kita tidak mempedulikan lingkungan sekitar.
Ø  Self monitoring (memonitor tingkah laku dengan menggunakan tanda-tanda internal atau eksternal)
                Yaitu pengaturan tingkah laku seseorang dengan dasar situasi eksternal, seperti bagaimana orang lain bereaksi (self-monitoring yang tinggi) atau dengan dasar factor internal, seperti keyakinan, sikan, dan nilai (self-monitoring yang rendah). Contoh: jaim
Ø  Self efficacy (percaya pada diri sendiri) yaitu keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, mencapai tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan.
                Misal : Kita menilai diri kita bisa atau tidak melakukan sesuatu.



Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget