Aspek-Aspek Identitas
Sosial : Self
GARIS BESAR PEMBAHASAN
- Identitas sosial
- The Self : Komponen
identitas unik seseorang
a. Konsep self
b. Self esteem : sikap
terhadap diri sendiri
c. Aspek lain dari fungsi self :
memfokuskan, memonitor, dan menilai
Ø
Awal kehidupan, setiap orang memulai pandangan
tentang siapa dirinya misal sebagai laki-laki atau perempuan.
Ø
Setiap orang membangun sebuah identitas self.
Definisi Identitas Sosial
Baron & Byrne (2004)
Identitas social (social identity) adalah definisi
seseorang yang memandu bagaimana kita mengonseptualisasikan &mengevaluasi
tentang siapa dirinya, termasuk di dalamnya atribut pribadi (self
concept) serta keanggotaan dalam berbagai kelompok (saya adalah mahasiswa
IPB ).
Identitas sosial mencakup nama, konsep diri, gender
(laki-laki/ perempuan), hubungan interpersonal (anak perempuan, anak
laki-laki, pasangan, orang tua, dll), afiliasi politik/ idiologi (feminis,
pecinta lingkungan demokrat, vebetarian, dll), atribut khusus (homoseksual,
cerdas,MR, pendek, tampan, dll) afiliasi etnis/ religius (Katolik, Orang
Selatan, Hispanik, Yahudi, dll).
Ø
Sebagian aspek identitas kita ditentukan oleh faktor
genetik.
Ø
Karakteristik fisik seperti jenis kelamin, warna
kulit, jenis rambut, dll.
Ø
Efek genetik terbesar adalah pada persepsi
popularitas diri dan penampilan fisik.
Ø
Aspek lainyang berpengaruh adalah persepsi
kecemasan, kebahagian, dan kemampuan akademik.
Ø
Faktor genetik memainkan peran terhadap
identitas diri, konsep diri, yang sebagian besar didasarka pada interaksi
dengan orang lain yang dipelajari
Menurut Jackson & Smith (1999), identitas sosial dikkonseptualisasikan
menjadi 4 dimensi, yaitu:
- Persepsi dlm konteks
antar kelompok : hubungan antara in-group ss dengan kelompok
perbandingan yang lainnya.
- Daya tarik in-group
(kelompok sosial di mana indv mengidentifikasi dirinya, sifatnya
didasarkan pd faktor simpati, memiliki perasaan dekat dengan anggota lain)
: perasaan yang ditimbulkan oleh in-group seseorang.
- Keyakinan yang
saling tertarik : norma dan nilai yang menghasilkan tingkah laku
anggota kelompok ketika mereka berusaha mencapai tujuan dan berbagi keyakinan
yang sama
- Depersonalisasi :
memandang dirinya sendiri sebagai contooh dari kategori social yang dapat
digantikan dan bukannya individu yang unik.
Proses Pembentukan Identitas Diri
- Interaksi social dengan
keluarga langsung.
Misal: dalam kelurga
Susi selalu dinasehati: “Kita ini keluarga terpelajar, jadi jangan sampai nilai
kamu kalah dari yang lainnya!”, maka dalam diri Susi ada konsep diri keluarga
terpelajar dan tekun belajar.
- Interaksi sosial dengan
orang lain sepanjang hidup.
Misal : teman-teman
Susi selalu mengatakan, “Susi baik sekali yah”, “dia anak yang baik yah”, maka
dalam diri Susi terbentuk konsep diri orang baik, sebaliknya.
The Self (Diri) : Komponen Identitas Unik Seseorang
Ø
Berfikir mengenai diri sendiri adalah aktivitas
manusia yang tidak dapat dihindari.
Ø
Self merupakan pusat dari dunia sosial
setiap orang.
Ø
Konsep diri (self): adalah
identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari kumpulan
keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi.
Ø
Self memberikan kerangka berpikiryang menentukan bagaimana kita mengolah informasi ttg diri
kita sendiri, motivasi, evaluasi diri, kemampuan.
Ø
Kita bekerja keras untuk melindungi citra diri
kita dari informasi yang mengancam dan mempertahankan pada konsistensi diri.
Ø
Orang cenderung menolak perubahan dan meluruskan
informasi yang tidak konsisten dengan konsep self-mereka.
Ø
Apabila perhatian ssorang difokuskan pd aspek yang
tdk berhubungan dengan self, maka lebih terbuka dengan informasi dan rendah
sikap defensifnya
Menurut Sedikides & Skowronski (199&), self berevolusi sebagai
karakteristik adaptif, yaitu:
- Kesadaran diri
subjektif : kemampuan membedakan diri dan lingkungan fisik dan
sosialnya. Tahap ini terjadi saat kita masih kecil.
Misal: ketika kita
mulai bisa membedakan diri kita dengan lingkunga. dan orang lain.
2. Kesadaran diri
objektif : kemampuan menjadikan diri sendiri sebagai obyek perhatian,
kesadaran akan pikirannya (mengetahui dan mengingat). Tahap ini terjadi ketika
kita mulai dewasa.
Misal: saat kita
berkata kasar dengan orang lain, seringkali kita berpikir: “seharusnya saya
tidak sejudes itu tadi, saya kasar sekali yah.”
3. Kesadaran diri simbolik : kemampuan membentuk representasi kognitif
diri yang absrak melalui bahasa yang memungkinkan manusia berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungannya.
Misal:
•
Konsep diri Rudi: Saya adalah seorang OB (office
boy).
•
Maka konsep diri seorang OB yang dimiliki oleh
Rudi itu akan membantunya bersikap sebagai seorang OB di kantornya (mau
disuruh-suruh, dll).
Elemen Pembentuk Konsep Diri
- Identitas sosial,
Identitas kita sebagai anggota kelompok tertentu,
Misal: saya adalah
mahasiswa IPB, saya orang Jawa.
2. Atribut personal,
apa yang saya miliki. Misal: saya tampan memiliki tinggi 167cm
3. Pengalaman masa
lalu
4. Kondisi saat ini,
à Rudi baru saja di PHK,
maka saat ini konsep diri Rudi adalah “saya orang yang di PHK dan
pengangguran.”
- Harapan di masa
depan, pengetahuan dan imajinasi tentang diri sendiri,
Misal: Susi ingin menjadi
Pragawati ketika dewasa, maka konsep diri “saya calon pragawati” telah tertanam
di diri Susi dan membentuk tingkah lakunya: jalan berlenggak-lenggok &
tegap.
Skema Diri
Ø
Skema diri
Adalah rangkuman
dari semua yang diingat, pengetahuan dan imajinasi yang dimiliki seseorang
tentang dirinya.
Ø
Skema mempengaruhi tingkah laku.perlunya
memiliki konsep diri yang jelas untuk menjadi seseorang yang diinginkan.
Misal: Keinginan
menurunkan berat badan, namun akan dihadapkan dengan kenyataan tidak
menyenangkan (tidak makan, berolahraga di hari yang panas) à menuntut kesungguhan
dan upaya yang konsisten.
Ø
Dengan memiliki konseptualisasi yang jelas thd
siapa kita skr, dan seperti apa keinginan yang akan dtg, mnejadikan kita teguh
pada pendirian kita.
Ø
Self merupakan pusat dunia sosial setiap orang,.
Ø
Efek self–reference adalah efek dari perhatian
dan memori yang terjadi karena pemrosesan kognitif terhadap informasi yang
relevan terhadap diri lebih efisien daripada pemrosesan terhadap informasi
jenis lain,
Misal:
•
Orang lebih tertarik dengan orang yang memiliki
nama yang sama dengan nama kita, atau menyukai hal-hal yang huruf awalnya sama
dengan huruf awal nama kita.
•
Nisa mahasiswi IPB membaca artikel tentang
Mahasiswa berprestasi di seluruh Indonesia, pastinya hal pertama yang Nisa cari
adalah mahasiswa dari IPB.
Konsep Diri Terstruktur
Konsep diri terstruktur dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
- Konsep diri sentral,
yaitu konsep diri inti dan cenderung ekstrem, yang bisa positif/ negatif
dan relative sulit dirubah karena dielaborasi lebih detil, di konsolidasi
lebih kuat, dan diyakini dengan kepastian yang lebih besar.
- Konsep diri
peripheral, yaitu konsep diri yang tidak terlalu kuat terbentuk dan
relative mudah dirubah.
Misal
•
Susi sangat ahli di bidang matematika, kalau soal
matematika dia pakarnya. Sementara di bidang seni, olahraga dan lainnya dia
tidak begitu hebat.
•
Di sini, konsep diri sentral Susi adalah ahli
matematika, sedangkan bidang lainnya adalah konsep diri periferalnya.
Skema Diri Seksual
Ø
Skema diri seksual adalah representasi
kognitif terhadap aspek seksual diri sendiri (negative/positif) yang
mempengaruhi perilaku seksualnya.
Misal
•
Skema diri seksual positif à pria dengan penuh
gairah/ cinta à
menunjukan gairah yang besar selama aktivitas seksual, lebih mencintai pasangan
dan cenderung membentuk hubungan jangka panjang.
•
Skema diri seksual negatif à wanita, malu-malu dan
konservatif à
merasakan kecemasan selama aktivitas seksual dan perasaan bersalah dlm hub seksualnya.
Konsep Diri
Sosial
Ø
Konsep diri sosial yaitu suatu identitas
kolektif yang menyangkut hubungan interpersonal dan aspek identitas yang
berasal dari keanggotaan dalam kelompok yang lebih besar dan tidak personal,
yang didasarkan pada ras, etnis, dan budaya.
Misal: saya orang
Indonesia.
•
Konsep diri social ini terdiferensiasi dan
didefinisikan dengan baik seiring pertambahan usia.
•
Waktu kecil konsep diri sosial Susi hanya saya
murid SD Angkasa,
•
setelah dewasa konsep diri social Susi
berkembang/bertambah: saya karyawan PT CNI, saya ibu di keluarga x, saya
anggota arisan Z, dst, dst.
Budaya à Konsep Diri
Ø
Budaya dapat mempengaruhi konsep diri seseorang.
Ø
Misalnya budaya Individualistik pada masyarakat
Amerika dan budaya kolektivitas pada masyarakat Jepang dan Cina.
Ø
Budaya individualistis menghasilkan konsep diri
sebagai pribadi unik dan memiliki atribut positif menjadi diri sendiri tidak
peduli pada konteks apapun.
Misal: Susi dari
budaya individualis, ketika orang memuji dia pintar, dia akan bilang bahwa itu
karena saya memang hebat, itu semua berkat kerja keras saya.
Ø
Sementara budaya kolektivis menghasilkan konsep
diri yang selalu mendefinisikan diri pada situasi dan orientasi kritik pada
diri sendiri.
Misal: Rudi dari
budaya kolektivitas, ketika orang memujinya karena prestasinya, dia akan bilang
‘itu semua berkat doa dan dukungan kalian.’
Kemungkinan Diri (Self)
Ø
Berdasarkan budaya individualistik, diri (self)
relatif tetap, namun self dapat berubah seiring dengan berjalannya
waktu.
Ø
Sering kita membandingkan diri sendiri sekarang dengan
dengan diri sendiri masa lalu yang berbeda dan mengarah pada perbaikan yang
terus menerus.
Ø
Bahkan kita bukanlah orang yang sama sepuluh
tahun yang akan datang, banyak perbaikan yang terjadi seiring berjalannya
waktu.
Konsep diri mencakup :
- Konsep diri saat
ini
- Possible selves:
•
Adalah representasi mental terhadap kemungkinan
akan menjadi apa atau seharusnya menjadi apa, seseorang di masa depan.
•
Possible selvesbisa memotivasi diri kita
sendiri.
Misal : Susi sejak
kecil suka bermain piano à
orang-orang sering memuji kemahirannya bermain piano. à Tumbuh possible selves dalam
dirinya bahwa: saya calon maestro piano yang terkenal, à selanjutnya possible selves
ini memotivasi Susi mencapai cita-citanya.
- Working self-concept
:
Ø
Adalah konsep diri pada saat tertentu.
Misal :
•
Susi menjadi koordinator medis di kepanitiaan
penggalangan dana,
•
maka “saya adalah seorang koor medis” adalah
konsep diri Susi saat itu sehingga dia tahu apa tugas-tugas & kewajibannya.
Faktor Pengaruh Konsep Diri
- Faktor biologis (hormonal
à
bipolar)
- Keinginan diri
sendiri (minat berubah)
- Perubahan hidup
yang besar (tragedi/ musibah)
- Perubahan kerja (pegawai
à
usaha mandiri)
- Significant other (orang
yang berarti buat diri pribadi) yang berpengaruh pada interaksi socsal.
Misal : dulu sebelum
berpacaran dengn Susi, Rudi adalah pria yang pendiam dan kalem. Setelah
mengenal dan berpacaran dengan Susi, Rudi lebih PD dan berani show up.
6. Intensitas hubungan
sangat berperan dalam perubahan konsep diri
Self-Esteem
Ø
Adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap
individu; sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi
positif dan negative.
Misalnya :
•
Meremehkan bakatnya sendiri (merasa selalu tidak
bisa)
•
Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya.
•
Merasa tidak berdaya (tidak mau berusaha keras untuk
menghadapi masalah)
Sedikides (1993), terdapat tiga motif seseorang mengevaluasi diri, yaitu:
- Self-assesment
(memperoleh pengetahuan yang akurat tentang diri sendiri), lebih banyak
terjadi pada masyarakat kolektivistis.
- Self-enhancement
(mempoeroleh innformasi positif), lebih banyak terjadi pada masyarakat
individualistis.
- Self verification
(melakukan konfirmasi atas sesuatu yang sudah diketahui), terjadi pada
orang yang esteem nya rendah dan berpandangan negative tentang dirinya
sendiri dan tidak mau berubah.
MENGEAVALUASI DIRI SENDIRI
Ø
Memiliki self-esteem tinggi berarti seorang
individu menyukai dirinya sendiri.
Ø
Sikap terhadap diri sendiri dimulai dengan
interaksi paling awal antara bayi dengan ibu yang mengasuhnya.
Ø
Self esteem rendah bila ada kesenjangan antar
self dengan ideal self.
Ø
Sumber utama untuk evaluasi diri adl orang lain,
perbandingan sosial (social comparisons).
Ø
Pemilihan kelompok pembanding sangat menentukan
self esteem kita.
Ø
Ketika kompetensi actual seseoranng tidak sesuai
dengan evaluasi dirinya, hasilnya disebut self-esteem paradox..
Ø
self-esteem paradox—yaitu
self-esteem yang tidak realistis, baik tinggi maupun rendah.
Contoh:
Rudi dengan tim
futsal underdognya akan melawan tim pro, tim underdog itu berpikir positif bahwa
mereka pasti bisa mengalahkan tim pro tersebut yang jelas-jelas jauh lebih
hebat dari mereka.
Ø
Self-esteem tinggi umumnya lebih disukai
daripada self-esteem rendah,
Ø
Kebanyakan orang berusaha mengubah self-esteem
mereka kearah evaluasi diri yang lebih positif yaitu melalui psikoterapi yang
bertujuan meningkatkan self-esteem dan menurunkan perbedaan antara self dan
self ideal dengan memberikan penghargaan positif tanpa syarak (unconditional
positif regard) pada klien.
CLIENT CENTERED THERAPY (CARL ROGERS)
•
Bertujuan
untuk meningkatkan self-esteem dan menurunkan perbedaan antara self dan
ideal self
•
Komponen utamanya adl memberikan penghargan
positif tanpa syarat (unconditional positif regard).
•
Tingkah laku yang mungkin tdk dapat diterima,
ttp individu dievaluasi secara positif.
•
Memakai
pakaian yang disukai dan memikirkan apa yang menyenangkan dpt
meningkatkan self esteem.
•
Pengalaman diejek saat kanak2 dpt menurunkan
self esteem (misal : citra tubuh).
•
Pergaulan dpt membentuk self esteem kita,
termasuk iklan2 tv.
Fungsi self ada 3, yaitu:
Ø
Self focusing (memfokuskan perhatian pada diri
atau pada dunia eksternal)
Adalah tingkah laku
yang mengarahkan perhatian seseorang kepada diri sendiri daripada
sekelilingnya.Self focusing ini bagus, tapi jangn terlalu berlebihan sehingga
menyebabkan kita tidak mempedulikan lingkungan sekitar.
Ø
Self monitoring (memonitor tingkah laku dengan
menggunakan tanda-tanda internal atau eksternal)
Yaitu pengaturan
tingkah laku seseorang dengan dasar situasi eksternal, seperti bagaimana orang
lain bereaksi (self-monitoring yang tinggi) atau dengan dasar factor internal,
seperti keyakinan, sikan, dan nilai (self-monitoring yang rendah). Contoh: jaim
Ø
Self efficacy (percaya pada diri sendiri) yaitu
keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang
diberikan, mencapai tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan.
Misal : Kita menilai
diri kita bisa atau tidak melakukan sesuatu.