DIRI
A. Konsep
Diri
Konsep
diri (self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya.
Menurut Deaux, Dane, & Wringhtsman (1993), konsep diri adalah sekumpulan
keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai
dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan
lain sebagainya.
B. Pengetahuan
Tentang Diri
Konsep
diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisir
mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk mengintepretasikan pengalaman. Dengan
demikian, konsep diri adalah skema diri (self-schema), yaitu pengetahuan
tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil
tindakan (Vaughan & Hogg,2002). Menurut Higgins (1987), ada tiga jenis
skema diri antara lain :
·
actual self , yaitu bagaimana diri kita
saat ini,
·
ideal self, yaitu bagaimana diri yang
kita inginkan,
·
ought self, yaitu bagaimana diri kita seharusnya.
C. Identitas
Personal dan sosial
Pengetahuan
kita tentang diri bervariasi pada kontinum identitas personal dan sosial. Pada
identitas personal, seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan atribut
atau trait yang membedakan diri dengan orang lain dan hubungan interpersonal
yang dimiliki. Sedangkan pada identitas sosial, seseorang akan mendefinisikan
dirinya berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial atau atribut yang
dimiliki bersama oleh anggota kelompok (Vaughan & Hogg, 2002).
Menurut
BRewe & Gardiner (1996), tiga bentuk diri yang menjadi dasar bagi seseorang
dalam mendifinisikan dirinya adalah sebagai berikut :
·
individual self, yaitu diri yang
didefinisikan berdasarkan trait pribadi yang membedakan dengan orang lain,
·
relation self, yaitu diri didefinisikan
berdasakan hubungan interpersonal yang dimiliki dengan orang lain,
·
collective self, yaitu diri
didefinisikan berdasarkan keanggotaan dari kelompok tertentu
D. Harga
Diri
Harga
diri adalah penilaian atau evaluasi secara positive atau negative terhadap diri
seseorang. Setiap orang menginginkan harga diri yang positif karena :
·
harga diri yang positive membuat orang
merasa nyaman dengan dirinya di tengah kepastian akan kematian yang suatu waktu
akan dihadapinya,
·
harga diri yang positive membuat orang
dapat mengatasi kecemasan, kesepian, dan penolakan sosial.
E. Perbandingan
Sosial
Menurut
Festinger (1954), untuk mengetahui seperti apa dirinya, orang akan melakukan
perbandingan dengan orang lain karena tidak adanya patokan yang objective untuk
menilai. Dengan demikian, orang lain menjadi sumber informasi mengenai diri
kita. Kita dapat melakukan perbandingan dengan orang lain yang lebih baik
(upward social comparison) maupun yang lebih tidak baik (downward social
comparison). Namun, motif dasar melakukan perbandingan dengan orang lain adalah
lebih karena kita ingin memperoleh gambaran yang positive tentang diri kita,
bukan karena kita ingin memperoleh gambaran yang akurat tentang diri kita
(Baumeister, 1998).
F. Presentasi
Diri
Saat
berinteraksi dengan orang lain, sering kali perhatian kita tertuju pada
bagaiman orang akan menilai kita. Kita berusaha mengontrol bagaimana orang lain
berpikir mengenai kita, sehingga kita perlu melakukan impression management,
yaitu usaha untuk mengatur kesan yang orang lain tangkap
mengenai kita baik secara disadari maupun tidak (Schlenker, 1980). Sebagai
bagian dari impression management kita melakukan presentasi diri (self
presentation) seperti yang kita inginkan dengan berbagai macam tujuan. Menurut
Jones & Pittman (1982), lima strategi presentasi diri yang memiliki tujuan
yang berbeda adalah sebagai berikut :
1.
Integration
Dengan tujuan agar disukai, kita
menampilkan diri sebagai orang yang ingin membuat orang lain senang,
2.
self-promotion
Dengan tujuan agar dianggap
kompeten, kita menampilkan diri sebagai orang yang memiliki kelebihan atau
kekuatan baik dalam hal kemampuan atau trait pribadi,
3.
intimidation
Dengan tujuan agar ditakuti, kita
menampilkan diri sebagai orang yang berbahaya dan manakutkan,
4.
supplication
Dengan tujuan dikasihani, kita
menampilkan diri sebagai orang yang lemah dan tergantung.
5.
exemplification
Dengan tujuan dianggap memiliki
integritas moral tinggi, kita menampilkan diri sebagai orang yang rela
berkorban untuk orang lain.
Selain lima strategi diatas, ada
strategi presentasi diri yang lain, yaitu self handicapping yang merujuk pada
segala tindakan yang dilakukan agar dapat mengeksternalisasi apabila mendapat
hasil negative dan menginternalisasi apabila mendapat hasil yang positive
(Berglas & Jones, 1978).
good sangat membantu
ReplyDeletehttp://blog.binadarma.ac.id/yantox_ska