Tuesday, 14 July 2015

Perbedaan Individual dan Prinsip-prinsip Perkembangan dalam Proses Belajar

2.3.1 Landasan Teori
2.3.1.1 Keragaman Kecakapan
Tatkala guru untuk pertama kali berada di muka kelas, mungkin baru akan menyadari bahwa dari sekian banyak siswa yang dihadapinya itu ternyata beragam dalam hal karakteristik fisiknya, gaya dan cara bertindak, berbicara, berkomunikasi, mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan sebagainya. Bagi para guru, dua di antara sekian banyak keragaman psikologis yang sangat penting untuk dipahaminya ialah keragaman siswa dalam hal kecakapan dan kepribadiannya.
Terhadap seseorang yang tampak dapat bertindak secara cepat (waktunya singkat), tepat (hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan) dan dengan mudah (tanpa menghadapi hambatan dan kesulitan yang berarti), lazim disebut cakap. Dalam term psikologis dipakai sebutan, orang itu berperilaku inteligen[1].



2.3.1. 2 Keragaman kepribadian
Apabifa kecakapan hanya mewujudkan kualifikasi inteligensi dari perilaku individu, kepribadian menunjukkan kepada kualitas total perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri- nya tertiadap lingkungan secara unik.
Adapun yang dimaksudkan dengan unik di sini ialah menjelaskan bahwa kualitas perilaku itu ber­sifat khas sehingga dapat dibedakan individu yang satu dengan yang lainnya.Keunikan ini didukung oleh struktur organisasi ciri-ciri jiwa-raganya (psychophysicalsystems) yang terbentuk secara dinamis[2].
2.3.1.3 Pengertian dan Determinan Perkembangan
Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitatif, mengacu pada fungsi organ-organ jasmaniah. Penekanannya lebih kepada penyempurnaan fungsi psikologis yang terdapat pada organ-organ fisik dan hal ini akan berlanjut terus hingga raga melepas hayat. Pertumbuhan adalah proses perubahan yang bersifat kuantitatif yang mengacu pada jumlah,besar, dan luas yang bersifat kongkret (material-biologis), dan hal ini hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik/maturasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: pembawaan/keturunan/herediter, lingkungan, dan pengalaman, dan gabungan antara bakat/bawaan dengan lingkungan/pendidikan[3].

2.3.1.4 Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan
Proses Perkembangan
Secara umum,proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam perkembangan siswa ialah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan-tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai terjadi “person”(dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan, yakni :
a)      Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah),
b)      tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari Rahim ibu kea lam dunia bebas),
c)      Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas (development or selfhood).
Hurlock (1980) memberi istilah “stages in the life span” (tinkatan-tingkatan dalam rentang waktu kehidupan) bagi seluruh proses perkembangan individu. Life span ini menurutnya berlangsung dalam 10 tingkatan atau fase, bermula dari prenatal period (masa sebelum bayi lahir) sampai old (masa tua)[4].

Tugas Perkembangan
Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar[5].Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembagan merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar keterampilan melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal. Disamping hal-hal tersebut,hal-hal lain yang menimbulkan tugas-tugas perkembangan tersebut adalah :
Ø  karena ada kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu,
Ø  karena adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri,
Ø  kerena ada tuntutan kultural masyarakat sekitar.

Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yangmenyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan. Dapat juga diartikan, hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia (Muhibbin Syah,2010). Hukum-hukum perkembangan tersebut antara lain : hukum konvergensi, hukum perkembangan dan pengembangan diri, hukum masa peka, hukum keperluan belajar, hukum kesatuan anggota badan, hukum tempo perkembangan, hukum irama perkembangan,serta hukum rekapitulasi.

2.3.1.5 Perkembangan Psikofisik Peserta Didik
Proses-proses perkembangan pada tahap ini meliputi :
a)      Perkembangan motor (motor development)
Yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skill).
b)     Perkembangan kognitif (kognitive development)
Yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak.
c)      Pekembangan social dan moral (social and moral development)
Yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok[6].

2.3.1.6 Urgensi Perkembangan Kognitif Bagi Peserta Didik
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif.ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini,dalam perspektif psikologi kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya,yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tidak seperti organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktifitas akal pikiran ,melainkan juga pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan[7]. Oleh karenanya, pengembangan kognitif siswa secara terarah, baik oleh orang tua maupun guru sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri , melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor.

2.3.2 Analisa Teori
2.3.2.1 Keragaman Kecakapan
Keragaman berasal dari kata ragam yang berari berjemis-jenis.Yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam peserta didik dimana terdapat perbedaaan-perbedaan dalam berbagai bidang.C.P. Chapelin memberikan pengertian bahwa intelegensi atau kecakapan itu adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Carl Whitherington mengemukakan enam indicator dari perbuatan yang cerdas (kecakapan) yaitu :
a.       memiliki kemampuan yang cepat dalam bekerja dengan bilangan,
b.      efisiensi dalam berbahasa,
c.       kemempuan mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan yang cukup cepat,
d.      kemampuan mengingat yang cukup cepat dan tahan lama,
e.       cepat dalam memahami hubungan dengan manusia lain,
f.       memiliki daya imajinasi yang tinggi .
Kecakapan yang dimiliki individu ini diperoleh bukan karena keturunannya semata, tetapi juga ka- rena perkembangan dan pengalamannya. Sesungguhnya ia memang dianugerahi potensi dasar atau kapasitas (capacitiy) untuk berperilaku fcligen; adapun kecakapan individu (abilitas) itu dapat dibeda- kan ke daiam dua kategori:
(1)     kecakapan nyata atau aktual (actual ability), yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diujt- sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dalam hal tertentu yang telah dijalaninya (achievement, prestasi).
(2)          kecakapan potensial(potensia! ability). Menunjukkan pada aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang bersangkutan, dan yang diperolehnya secara herediter/pembawaan kelahiran- nya, yang mungkin dapat merupakan: (a) abilitas dasar umum (general intelligence), dan (b) abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes)[8].

2.3.2.2 Keragaman kepribadian
Menurut Agus Sujianto (2004) kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu sehingga Nampak dari tingkah lakunya yang unik.[9] Dalam hal ini, keragaman individu berarti kualitas total perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik.Hal itu meliputi :
Ø  konsekuen tindakannya dalam mematuhi aturan etika perilaku, atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, konsisten tidaknya tindakannya dalam menghadapi situasi lingkungan yang serupa atau berbeda-beda, yang lazim dikenal sebagai karakter.
Ø  cepat atau lambatnya mereaksi (response, bukan masalah penyelesaian tugas pekerjaan saja) terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungannya (sensitivity and responsiveness) yang lazim dikenal sebagai temperamen.
Ø  positif atau negatif atau ambivaiensi sambutannya terhadap objek-objek (orang, benda, peristiwa, norma atau nilai etis, estetis, dan sebagainya) yang lazim dikenal sebagai sikap(attitude).
Ø  mudah tidaknya tersinggung, marah, menangis atau putus asa, yang disebut stabilitasemosional(emotionalstability).
Ø  menerima atau cud tangan, melarikan diri dari resiko, atas tindakan dan perbuatannya, yang dikenal sebagai tangqunoiawab(responsibility).
Ø  keterbukaan atau ketertutupan dirinya serta kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain, yang dikenal sebagai sosiabilitas(sodability), dan sebagainya[10].

2.3.2.3  Pengertian dan Determinan Perkembangan
Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan yang terus berlangsung selama masa hidup manusia.[11]
Perkembangan yang dimaksud disini adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturity) yang berlangsung secara sistematis (Lefrancois, 1975:197), progresif (Witherington, 1952:57), dan bersinambungan (Hurlock, 1956:7), baik mengenai fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)[12].
2.3.2.4  Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan
A.    Proses Perkembangan
Secara factual, perkembangan dimulai sejak terjadinya konsepsi (sejak terjadinya pembuahan) berlanjut pada fase bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai akhir hayat. Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan individu, ialah faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah (nature), faktor lingkungan (environment) yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan (nurture), dan faktor waktu (time) yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan (maturation)[13].
B.     Tugas Perkembangan
a.    Tugas perkembangan fase bayi dan kanak – kanak
Tugas perkembangan fase bayi dan kanak – kanak. Secara kronologis masa bayi berlangsung sejak seorang individu manusia  dari rahim ibunya sampai usianya sekitar setahun. Masa kanak – kanak adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia antara lima atau enam tahun.
Tugas – tugas perkembangan pada fase ini meliputi :
·         Belajar berdiri dan berjalan,
·         Belajar memakan makanan keras seperti bubur beras, nasi.
·         Belajar berbicara misalnya mulai menyebut kata ibu, ayah
·         Belajar membedakan jenis kelamin antara laki – laki dan perempuan
b.   Tugas perkembangan fase anak-anak.
Masa anak – anak  berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun
Tugas – tugas perkembangan pada masa perkembangan kedua meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal – hal sebagai berikut :
·         Belajar bergaul dengan teman – teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakat.
·         Belajar memainkan peran sebagai seorang pria dan sebagai serang wanita.
·         Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain seperti lompat jauh.
·         Mengembangkan dasar – dasar keterampilan membaca, menulis dan menghitung.
c.    Tugas perkembangan fase remaja
Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai etika yang berlaku dimasyarakat.Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab ditengah-tengah masyarakatnya. Mencapai peranan sosial bagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan peranan sosial seorang wanita (jika dia seorang wanita) selaras dengan tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya.
d.   Tugas perkembangan dewasa
Masa dewasa awal  ialah fase perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki masa dewasa yakni usia 20 – 40 tahun. Mulai bekerja mencari nafkah, khususnya apabila dia tidak melanjutkan karir akademik.Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga.Mulai memasuki kehidupan berumah tangga.Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menyenangkan.
e.    Tugas perkembangan setengah baya
Masa setengah baya adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun.  Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa.Membantu anak-anak berusia belasan tahun agar berkembang menjadi orang- orang dewasa yang bertanggung jawab.Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainya.
f.    Tugas perkembangan fase usia tua
Masa tua adalah fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini berlangsung antara usia 60 tahun keatas sampai menghembuskan napas terakhir. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmaninya.Menyesuaikan diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya penghasilan.Menyesuaikan diri dengan kematian pasanganya[14].

C.    Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yangmenyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan. Dapat juga diartikan, hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia (Muhibbin Syah,2010). Hukum perkembangan tersebut antara lain :
a)      Hukum Konvergensi
hukum ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan.
b)      Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri
Setiap manusia dan organisme lainnya , memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative, seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian, dan juga kepunahan, dan juga seterusnya. Untuk itulah mereka memerlukan sandang, pangan, papan, dan pendidikan.
c)      Hukum Masa Peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus.Masa peka artinya masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara dan membaca, fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya.Masa “mudah dirangsang” ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam menerima pelajaran.Artinya , jika seorang siswa belum sampai pada masa pekanya untuk mempelajari suatu meteri pelajaran, meteri pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan diolah oleh system memorinya.
d)     Hukum Keperluan Belajar
Antara perkembangan dan belajar terdapat hubungan sangat erat, sehingga hamper semua proses perkembangan memerlukan belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap anak biasanya berkembang karena belajar.
e)      Hukum Kesatuan Anggota Badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian, suatu tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan pancaindra, misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat, berbicara , dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berfikir, bersikap, dan berprasangka.

f)       Hukum Tempo Perkembangan
Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain. Dengan kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam kategori : cepat, sedang, dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau lambat biasanya menunjukkan kelainan yang relative sangat jarang terjadi.
g)      Hukum Irama Perkembangan
Disamping ada tempo, perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya proses perkembangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun. Pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yang tenang, sedangkan pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
h)      Hukum Rekapitulasi
Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi dokrin yang menyatakan bahwa proses perkambangan individual manusia adalah sebuah mikrokosmotik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan pada teori ini, yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber, 1988)[15].

2.3.2.5  Perkembangan Psikofisik Peserta Didik
Proses-proses perkembangan pada tahap ini meliputi :
a.      Perkembangan motor (motor development)
Yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skill).[16]
proses perembangan fifik anak berlangsung kurang lebih selama dua decade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun.Menurut Gleitman (1987), ada dua bekal yang dibawa anak sejak lair sebagai dasar perkembangan kehidupan, yakni bekal kapasitas motor (jasmani) dan bekal kapasitas pancaindra (sensori). Selanjutnya, selain kedua bekal bawaan tadi, ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu :
Ø  pertumbuhan dan perkembangan sisiem syaraf (nerveous system)
Ø  pertumbuhan otot-otot
Ø  perkembangan dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin (endocrine glands)
Ø  perubahan structur jasmani
b.      Perkembangan kognitif (kognitive development)
Yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak. Istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin,1972)[17]. Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan anak menjadi empat tahapan, anatara lain :
Ø  tahap sensori motor (0-2 tahun)
Ø  tahap pra operasional (2-7 tahun)
Ø  tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Dalam Intelegensi operasional anak yang sedang berada pada tahap operasional konkret terdapat system operasi yang meliputi :
a)      conservation
b)      addition of classes
c)      multiplication of classes
Ø  tahap opersional formal (11-15 tahun)
c.       Pekembangan social dan moral (social and moral development)
Yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok[18].
Ø  Perkembangan moral versi Piaget dan kohlberg
Piaget dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seorang anak, terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.sedangkan di sisi lain, lingkungan social merupakan pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah kognitif anak secara aktif. dalam interaksi social dengan teman-teman sepermainan sebagai contoh, terdapat dorongan social yang menantang anak tersebut untuk mengubah orientasi moralnya. Untuk memperjelas teori dua tahap perkembangan moral versi Piaget, penulis sajikan dalam sebuah tabel :
Tabel 1
Teori dua tahap perkembangan moral versi Piaget
Usia
Tahap
Ciri Khas
4-7 tahun
Realisme moral
(pra-operasional)
1.memusatkan pada akibat-akibat perbuatan
2.Aturan-aturan tak berubah
3.Hukuman atas pelanggaran bersifat otomatis
7-10 tahun
Masa transisi
(konkret-operasional)
Perubahan secara bertahap ke pemikiran moral tahap kedua
11 tahun keatas
Otonomi moral, realisme, dan resiprositas
(formal-operasional)
1.Mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral
2.Menyadari bahwa aturan moral adalah
kesepakatan tradisi yang dapat berubah

Selanjutnya, Kohlberg menemukan tiga tingkat pertimbangan moral yang dilalui manusia prayuwana, yuwana, dan pascayuwana.setiap tingkat perkembangan terdiri atas dua tahap perkembangan sehingga secara keseluruhan perkembangan moral manusia itu terjadi dalam enam tahap.
Penjelasan selengkapnya mengenai perkembangan moral versi Kohlberg tersebut akan saya sajikan dalam tabel :
Tabel 2
Teori enam tahap perkembangan pertimbangan moral versi Kohlberg
Tingkat
Tahap
Konsep Moral
Tingkat I
Moralitas prakonvensional
(usia 4-10 tahun)
Tahap 1: memperhatikan ketaatan dan hukum


Tahap 2: memperhatikan pemuasan kebutuhan
1.   Anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan tersebut.
2.   Perilaku baik di hubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
1.   Perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Tingkat II
Moralitas konvensional
(usia 10-13 tahun)
Tahap 3: memperhatikan citra “anak baik”



Tahap 4: memperhatikan hukum dan peraturan
1.   Anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari hukuman
2.   Perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya. Jadi, ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan.
1.   Anak dan remaja memiliki sikap pasti terhadap wewenang dan aturan.
2.   Hukum harus ditaati oleh semua orang.
Tingkat III
Moralitas pascakonvensional
(usia 13 tahun ke atas).
Tahap 5: memperhatikan hak perseorangan.



Tahap 6: memperhatikan prinsip-prinsip etika
1.   Remaja dan dewasa mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan dan patokan social.
2.   Perubahan hukum dan aturan dapat diterima jika diperlukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik.
3.   Pelanggaran hukum dan aturan dapat terjadi karena alas an-alasan tertentu.
1.   Keputusan mengenai perilaku-perilaku social didasarkan atas prinsip-prinsip moral pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
2.   Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat, meskipun sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk mengekalkan aturan social.
Contoh: seorang suami yang tak beruang boleh jadi akan mencuri untuk menyelamatkan nyawa istrinya dengan keyakinan behwa melestarikan kehidupan manusia itu merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi daripada mencuri itu sendiri.
Alhasil, menurut Kohlberg perkembangan social dan moral manusia itu terjadi dalam tiga tingkatan besar meliputi :
1.   tingkat moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana (usia 4-10 tahun) yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi social,
2.   tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana (usia 10-13 tahun) yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi social,
3.   tingkat moralitas pascakonvensional , yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana (usia 13 tahun ke atas) yang memandang moral lebih dari sekedar kesepakatan tradisi social.
Ø  Perkembangan social dan moral menurut teori belajar social
Yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun kelompok[19]. Menurut Barlow (1985), sebagian besar upaya belajar manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Dalam hal ini, seorang siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus tertentu. Siswa ini juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang tuanya.
Pendekatan teori belajar social terhadap proses perkembangan social dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan respons0 dan imitation (peniruan).
Selanjutnya, saya sajikan mengenai proses perkembangan social/moral siswa sekaligus membandingkan teori versi psikologi kognitif dengan teori belajar social :

Tabel 3
Teori perkembangan social dan moral siswa menurut A. Bandura dan L. Kohlberg
Aspek
A.Bandura
(Teori Belajar Sosial)
L.Kohlberg
(Teori Psi.Kognitif)
1.   Tekanan dasar
Perilaku bergantung pada pengaruh orang lain dan kondisi stimulus
Pemikiran sebagai perilaku kualitas dalam perkembangan
2.   Mekanisme perolehan moralitas
Hasil dari conditioning dan modeling
Berlangsung dalam tahap-tahap yang teratur dan berkaitan dengan perkembangan kognitif
3.   Usia perolehan moralitas
Belajar berlangsung sepanjang hayat da nada perbedaan usia perolehan
Proses belajar berkesinambungan sampai masa dewasa dan dapat ditetapkan dalam usia-usia tertentu
4.   Kenisbian kebudayaan
Moralitas bersifat nisbi secara kultural
Nilai-nilai moral dalam tahapan perkembangan bersifat universal
5.   Perilaku sosialisasi
Model-model yang sangat berpengaruh, orang-orang dewasa dan teman-teman yang dapat menyalurkan ganjaran dan hukuman
Orang-orang yang berada pada tahap perkembangan yang lebih tinggi dan memiliki pengaruh yang sangat besar
6.   Implikasi untuk pendidikan
Guru harus menjadi taladan yang baik dan mengganjar setiap perilaku siswa yang memadai
Guru harus berusaha menerangkan siswa agar mencapai tahap perkembangan selanjutnya dan menjelaskan ciri-ciri perilaku moral pada tahap tersebut

2.3.2.6 Urgensi Perkembangan Kognitif Bagi Peserta Didik
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Tidak seperti organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktifitas akal pikiran ,melainkan juga pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan[20]. Oleh karenanya, pengembangan kognitif siswa secara terarah, baik oleh orang tua maupun guru sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri , melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor.

2.3.3 Kritik dan Saran Terhadap Materi
A. Kritik Terhadap Materi
Pada perkembangan social dan moral ada satu hal perkembangan yang masih kurang terkait dengan aspek social dan moral yaitu perkembangan penghayatan keagamaan. Oleh karena itu, penulis akan menambahkan terkait hal itu. Perkembangan penghayatan keagamaan tatkala fungsi-fungsi afektif disertai fungsi-fungsi kognitif, pada saat tertentu meyakini , menerima tanpa ragu bahwa diluar dirinya terdapat kekuatan Maha Agung yang melebihi dirinya. Hal tersebut dinamakan pemahaman religi. Pemahaman religi akan terus berkembang sejalan dengan kualitas social-moral setiap individu[21].

B. Saran Terhadap Materi
Materi perkembangan sangat lengkap, namun alangkah baiknya jika materi tersebut disederhanakan lagi agar pemahaman mahasiswa dapat diperoleh lebih optimal.

2.3.4 Kritik dan Saran Terhadap Dosen Pengampu
A. Kritik
Pada bab ini, dosen hanya membahas sepintas saja yang saya yang saya rasa masih butuh penjelasan lebih banyak lagi.


B. Saran
Untuk kedepannya, alangkah baiknya jika dosen membahas lebih detail lagi pada bab ini, walaupun sebenarnya materi ini sudah dibahas lebih lanjut dalam mata kuliah Psikologi Perkembangan

2.3.5 Kesimpulan
Perkembangan merupakan tahapan perubahan psiko-fisik manusia yang progresif sejak lahir hingga akhir hayat. Setiap fase perkembangan selalu melibatkan proses pembelajaran bagi setiap individu.




[1]Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm.53
[2]Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm.56
[3]Indra Ratna, “Replika”Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UMBY, 2009 hlm 3
[4]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.47
[5]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.48
[6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.59
[7]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.82
[8]Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm.54
[9]http://sumberilmupsikologi.blogspot.com–kecakapanindividu
[10]Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm.57
[11]John W. Santrock, Life-Span Development, Jakarta: Erlangga,2011  hlm.6
[12]AbinSyamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm.79
[13]AbinSyamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm.81
[14]Fernandus Sinaga, Makalah Perkembangan Individu dan Hubungannya dengan Proses Belajar,Palangkaraya: Universitas Palangkaraya, 2014 hlm.7
[15]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.58
[16]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.59
[17]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.65
[18]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.59
[19]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.78
[20]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.82
[21]Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm.108

2 comments:

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget