Freud menyatakan bahwa anak-anak melalui/melewati beberapa tahap
perkembangan psikoseksual, nama dikaitkan dengan bagian tubuh yang dihubungkan
dengan bagian tubuh yang dihubungkan dengan kesenangan sesuai tahap tersebut.
· Tahun pertama atau
sering disebut sebagai tahap oral karena makan, menghisap, menggigit dan
aktivitas oral lainnya merupakan sumber utama kesenangan.
· Jika penyapihan
tertunda/terlalu lama atau terlalu dini, kebutuhan oral yang terhalangi
atau terlalu berlebihan, maka anak akan gagal melalui tahap oral tanpa
terpakuatau menjadi fiksasi pada tahap tersebut, sehingga perilakunya akan
terkait dengan tahap tersebut.
· Orang dewasa yang
perilakunya tergantung pada pola perilaku oral seperti merokok, terlalu banyak
makan berarti ia mengalami fiksasi pada tahap oral.
· Freud mengemukakan bahwa
semakin kuat fiksasi individu pada tahap psikoseksual tertentu, perilaku yang
khas pada tahap tersebut ditunjukkan dikemudian hari dan kemungkinan akan
mengalami regresi pada tahap tersebut ketika mengalami tekakan/berada dibawah
tekanan.
· Seseorang yang menjadi
sangat tergantung atau tertekan (depresi) ketika kebutuhan untuk tergantung
tidak terpenuhi maka berarti orang tersebut mengalami regresi pada tahap oral.
· Tahun ke-2 sering disebut
dengan tahap anal, karena Freud melihat anus dan rangsangan/stimuli yang
dikaitkan dengan membersihkan dan menahan tinja/kotoran sebagai sumber penting
dari kesenangan pada tahap ini.
· Ciri yang paling
penting pada tahap ini adalah toilet training, dimana ada pertentangan kemauan
antara orang tua dan anak.
· Fiksasi anal
diperkirakan berasal dari cara pelatihan ini/toilet training ini baik terlalu
ketat ataupun terlalu permisif/bebas.
· Orang dewasa yang kikir,
keras kepala, sangat menekankan keteraturan dan juga terlalu menekankan pada
kebersihan, atau orang yang tidak rapi, tidak teratur dan sangat pemurah hati
berarti mengalami fiksasi pada tahap ini.
· Anak masuk pada tahap
phallic kira-kira pada umur 3 atau 4 tahun, akrena genital menjadi sumber utama
kesenangan.
· Freud mengemukakan bahwa
selama tahap phallic, anak mulai memiliki keinginan seksual atas ibunya dan
ingin melakukan kompetesi/persaingan dengan ayahnya. Situasi ini dikenal dengan Oedipal . Konflik oedipal secara normal diubah dengan menekan keinginan
seksual terhadap ibunya, dengan mengidentifikasi dengan ayah dan nantinya pada
akhirnya menemukan pasangan seksual wanita.
· Meskipun Freud
menekankan perkembangan psikoseksual laki-laki, ia membicarakan kompleks Oedipus, dimana seorang anak perempuan menderita penis envy dan perasaan rendah diri karena ia percaya ia
telah “dikebiri” karena mencintai/menginginkan ayahnya. Anak perempuan mengubah
perasaan ini dengan mengganti keinginan punya anak dengan keinginan memiliki
penis sehingga kemudian melakukan identifikasi terhadap ibunya.
· Freud percaya bahwa
pemecahan konflik yang baik pada tahap ini merupakan sesuatu yang penting bagi
perkembangan psikologis yang sehat dan bahwa fiksasi pada tahap ini akan
mempengaruhi perilaku interpersonal pada waktu dewasa yaitu perilaku
memberontak, agresi dan penyimpangan perilaku seksual antara lain homoseksual, exhibitionism, fetishism.
· Freud mempercayai bahwa
periode/tahap latency merupakan tahap setelah phallic. Selama latency, dorongan id berkurang/menyusut dan prinsip
realitas menjadi kekuatan yang lebih kuat dalam kehidupan anak-anak, setelah
anak memfokuskan pada perkembangan social dan keterampilan akademik.
· Tahap latency diperluas
sampa masa remaja, ketika kemasakan fisik individu mengantarkan ke tahap
genital. Akhir tahap ini yaitu sepanjang masa dewasa, kesenangan kembali
berfokus pada daerah genital, tetapi ketika semua tahap sebelumnya berjalan
dengan baik, minat seksual tidak hanya diarahkan pada karakteristik kepuasan
diri pada tahap phallic, tetapi diarahkan pada hubungan yang stabil, hubungan
dalam jangka panjang dimana kebutuhan-kebutuhan orang lain menjadi
pertimbangan.
0 comments:
Post a Comment