Thursday, 10 September 2015

KONSEP DIRI


Konsep diri adalah jawaban-jawaban seseorang atas pertanyaan "siapa ya". Aspek yang paling penting dari kita adalah diri kita sendiri, dimana kita mengetahui siapa kita, apa jenis kelamin kita, apa yang kita rasakan dan memori apa yang telah kita alami, dan sebagainya. Seorang ilmuwan neurosains menyatakan bahwa ada sebuah bagian syaraf yang terietak di celah antara kedua hemisfer otak kita tepat dibelakang mata, yang nampaknya membantu kita untuk tetap memiliki kesadaran akan diri kita sendiri. Bagian ini disebut sebagai "korteks prefrontal medial", dimana bagian ini menjadi lebih aktif ketika kita memikirkan diri kita sendiri (Myers, 2012:47).

Self memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita mengelola informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan lain-lain. Bagaimana kita melindungi citra diri kita dari informasi yang mengancam, mempertahankan konsistensi diri dan untuk menemukan alasan pada setiap inkonsistensi (Baron & Byrne, 2004:165). Elemen konsep diri merupakan sebuah keyakinan spesifik yang kita gunakan untuk mendefinisikan skema diri (selfschemas). Skema diri adalah keyakinan-keyakinan tentang diri yang mengatur dan memandu pemrosesan informasi yang relevan dengan diri. Contoh skema diri adalah bagaimana kita mendefinisikan diri kita sebagai seorang yang atletis, cantik, cerdas dan sebagainya. Persepsi ini akan sangat kuat mempengaruhi kita tentang bagaimana kita mengevaluasi orang lain, memersepsi dan mengingat. Skema diri membantu kita mengorganisasi dan mengingat kembali pengalaman-pengalaman kita.

Sekides & Skowronski (dalam Baron & Byrne, 2004: 165-166) menyatakan bahwa self berevolusi sebagai karakteristik adaptif dengan memunculkan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kesadaran diri subjektif (subjective self-awareness), yang melibatkan kemampuan organisme untuk membedakan dirinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Sebagian besar hewan memiliki karakteristik ini dan hal ini meningkatkan kemungkinan bertahan hidup.
b. Kesadaran diri objektif (objective self-awareness) yaitu kapasitas organisme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, menyadari keadaan pikirannya sendiri dan "mengetahui bahwa ia tahu, mengingat bahwa ia ingat".
c. Kesadaran diri simbolik (symbolic self-awareness) yaitu kemampuan untuk membentuk representasi kognitif diri yang abstrak melalui bahasa. Representasi ini akan menciptakan kemungkinan bagi individu untuk berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan tujuan, mengevaluasi hasil, membangun sikap yang berhubungan dengan dirinya, dan membela diri terhadap komunikasi yang mengancam. Sepanjang kehidupan individu, interaksi dengan orang lain dalam banyak konteks akan terus berlanjut dalam mempengaruhi berbagai aspek kehidupannya.

Konsep diri kita tidak hanya skema diri, namun juga mencakup kemungkinan diri. Kemungkinan diri (possible selves) adalah gambaran tentang apa saja yang kita impikan dan sebalilcnya, apa yang kita takutkan, tentang akan menjadi apa diri kita nantinya (Markus &Nurius, 1986 dalam Baron & Byrne, 2004:171 dan dalam Myers, 2012:48). Kemungkinan diri adalah representasi mental terhadap kemungkinan akan menjadi apakah kita atau seharusnya menjadi apakah kita dimasa depan. Kemungkinan diri kita meliputi visi-visi kita mengenai diri yang kita impikan — diri yang kaya, selalu dicintai, cantik, ganteng, dan lain-lain. Juga meliputi apa yang kita takutkan kita yang pengangguran, tidak dicintai, gagal secara akademis dan sebagainya. Kemungkinan diri yang seperti ini akan memotivasi kita dengan sebuah visi tentang kehidupan yang kita inginkan.

Konsep diri menjadi fokus utama dalam psikologi sosial karena kon'sep diri membantu mengorganisasi pemikiran kita dan memandu perilaku sosial kita. Myers (2012:48) menyatakan bahwa pengaruh-pengaruh yang berdasarkan pengalaman sosial ini adalah sebagai berikut:
a. Peran yang kita mainkan, dimana ketika kita memainkan peranan ini selanjutnya berubah menjadi realitas.
b. Identitas sosial yang kita bentuk.
c. Perbandingan yang kita buat terhadap orang lain.
d. Kesuksesan dan kegagalan kita.
e. Bagaimana kita menilai orang lain.
f. Budaya di sekitar kita.


Perbandingan sosial (social comparison) adalah mengevaluasi kemampuan sesorang dan opini seseorang dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Pengalaman kita sehari-hari, mengalami hal-hal menyenangkan yang kita anggap sebagai kesuksesan serta hal-hal yang tidak menyenangkan atau sebuah kegagalan. Masalah dan kegagalan dapat menyebabkan rendahnya harga diri. Ketika orang lain berpikir baik mengenai diri kita, hal ini akan membantu kita untuk berpikir baik juga tentang diri kita sendiri. Konsep budaya seperti individualisme dan kolektivisme, akan mempengaruhi pula terhadap bagaimana kita memahami siapa diri kita. 

1 comment:

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget