Psikologi merupakan ilmu jiwa. Terkadang dan sangat sering seorang mahasiswa psikologi sering disebut sebut sebagai juru ramal,dukun, ahli jiwa, suka menebak-nebak,dll. Namun perlu kita ketahuai bahwa psikologi itu merupakan proses belajar memahami perilaku orang lain. Ingat...!!! Belajar mempelajari perilaku orang lain. Seorang ahli psikologi kebanyakan dari mereka ingin tahu segalanya tentang diri orang lain. Bukan berarti melupakan dirinya sendiri, hanya saja sebagian besar waktunya ia gunakan untuk memperhatikan orang lain.
ILMU JIWA
1 Ketertiban, Perintah, dan Paksaan
Mendidik
berarti suatu usaha yang dilakukan secara sengaja untuk memajukan
hidup, yaitu budi pekerti dan badan anak melalui pembelajaran, teladan,
dan pembiasaan yang tidak disertai dengan perintah dan paksaan. Sehubungan
dengan itu, Dr. Maria Montessori mengusulkan faham pendidikan merdeka,
yaitu pendidikan yang menolak perkataan perintah dan paksaan. Perintah
mengandung arti semua perintah dari guru untuk melakukan kebaikan.
Paksaan mengandung arti segala aturan yang dapat mencegah kejahatan,
termasuk hukuman dan ganjaran. Dalam hal ini, perkataan perintah ditolak sebab jangan
sampai anak hanya biasa belajar untuk melakukan perintah, bukan merasa
berkewajiban. Ganjaran dan hukuman ditolak sebab menjaga jangan sampai
anak hanya biasa belajar kalau mendapat ganjaran dan hukuman.
Maksud faham pendidikan merdeka seperti di atas dirasa ganjil. Pendidikan seharusnya mementingkan tertib dan damai, tata lan tentrem, laras dan wirama,
merdeka dan berdiri sendiri, mandiri dan mribadi. Oleh sebab itu,
perkataan merdeka seharusnya diartikan dengan (a) tidak hidup
diperintah, (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri, dan (c) cakap
mengatur hidupnya dengan tertib.
Sejalan dengan itu, hukuman dalam pendidikan merupakan suatu syarat untuk mengertikan anak bahwa segala perbuatan akan berakibat
sendiri-sendiri. Syaratnya adalah (a) hukuman harus selaras dengan
kesalahannya, (b) hukuman harus dilakukan dengan adil, dan (c) hukuman
harus lekas dijatuhkan. Dalam hubungannya dengan pendidikan merdeka, syaratnya adalah (a) ganjaran
dan hukuman itu harus datang sendiri sebagai hasil dari perbuatan dan
keadaan, (b) si pendidik hanya boleh membantu kodrat-irodatnya
“keadilan”, (c) membantu keadilan, (d) anak-anak yang salah harus
mengerti kesalahannya, (e) anak-anak lainnya harus dididik membenci
kejahatan, (f) anak-anak harus dimengertikan faham kemerdekaan, (g)
anak-anak harus dididik menghormati kemerdekaan orang lain, (h) kalau
terdapat anak yang mengganggu keamanan, seketika itu juga harus diurus
permasalahannya, (i) pada kesalahan pertama, guru boleh mengampuni
dengan maksud agar sikapnya mendidik pada anak, (j) segala hukuman harus
selaras dengan keadaannya.
2 Garis Hidup Berlingkaran
Garis
hidup ini berlingkaran, dimulai dengan permulaan hingga akhir secara
berurutan yang sistematis. Demikian juga dalam hal pendidikan dan
pengajaran, baik bidang pengajaran maupun materi pelajaran dan organisasinya
juga berlingkaran. Misalnya tentang bahasa, dimulai dengan belajar
bahasa daerah untuk komuniaksi tingkat keluarga dan lingkungan tinggaal
kemudian belajar bahasa Indonesia untuk komunikasi tingkat nasional.
Selanjutnya belajar bahasa bangsa-bangsa Asia untuk komunikasi tingkat negara tetangga di Benua Asia dan bahasa persatuan manusia-manusia di
seluruh dunia untuk komunikasi tingkat dunia. Dalam pelajaran tambo,
kesenian, keadaban umum, adat istiadat, ilmu alam, ilmu bumi dan
sebagainya diutamakan yang terdekat dengan anak-anak guna permulaannya
kemudian melebar dan meluaskan pelajaran itu berangsur-angsur hingga
meliputi alam yang lebih besar dan luas. Dalam bidang organisasi
pendidikan terbagi atas Taman Anak, Taman Antara, Taman Muda, Taman
Dewasa, dan sebagainya dengan syarat khusus bagi tiap-tiap bagian itu.
3 Watak Ditinjau secara Sintesis dan Analitik
(1) Watak atau karakter merupakan paduan segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.
(2) Karakter itu terjadi karena perkembangan dasar yang telah dipengaruhi oleh pembelajaran.
(3) Dasar karakter yang biologis atau yang telah bersatu dengan kodrat hidup manusia berhubungan dengan kodrat turunan, daya upaya, dan keadaan di tempat kelilingnya.
(4) Di
dalam jiwa, karakter adalah imbangan yang tetap antara hidup batin
seseorang dengan segala perbuatan lahir; oleh sebab itu, seolah-olah
karakter menjadi sendi di dalam hidupnya, lalu mewujudkan sifat yang
khusus bagi satu-satunya manusia.
(5) Oleh karena karakter sebagai imbangan tetap antara asas kebatinan dan perbuatan lahir, maka baik dan tidaknya perangai itu bergantung pada kualitas batin, yakni jiwa atau subjeknya dan barang di luar jiwa, yakni objek.
(6) Kebatinan atau jiwa manusia berwujud gabungan dari angan-angan, rasa, dan kemauan.
(7) Kualitas jiwa manusia, secara analitis maupun sintetis berhubungan
dengan subjek dan objek yang di luar jiwa manusia bergantung pada
kualitas pancaindera, yakni alat untuk memasukkan gambar objek dari luar
ke dalam jiwa.
4 Tabiat Perusak Lahir dan Perusak Batin (Vandalisme dan Terrorisme)
Manusia pada umumnya memunyai tabiat yang jahat dan yang baik. Tabiat-tabiat
itu sudah ada di batin sejak anak-anak. Pada masa anak-anak, seorang
anak belum memunyai kemampuan yang cukup untuk menahan hawa nafsunya,
sehingga tabiat-tabiat itu sering terlahir dengan leluasa. Dalam hal
ini, dikhawatirkan terlahir watak jahat.
Watak
jahat dikelompokkan ke dalam kejahatan yang merugikan diri sendiri dan
kejahatan yang merugikan masyarakat. Watak jahat pada umumnya terlihat
sebagai watak yang merusak. Watak yang merusak terbagi atas yang merusak barang atau vandalisme dan merusak jiwa atau terrorisme.
Vandalisme
dan terrorisme bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
Misalnya vandalisme dalam mencoret-coret tembok dan merusak rambu-rambu
lalu lintas yang dirasa tidak cocok. Misalnya terrorisme oleh seorang
anak atau dewasa yang berbuat seenakmenangnya sendiri di dalam
masyarakat. Dalam dunia pendidikan, vandalisme dan terrorisme harus
diinsyafkan dengan cara tertentu sehingga dapat menimbulkan rasa
keadilan dan kedamaian pada masyarakat.
5 Soal Nafsu dan Naluri Keturunan
Segala
tabiat manusia bersumber dari dua pangkal, yaitu tabiat memertahankan
diri dan tabiat memertahankan keturunan. Kedua tabiat itu juga terlihat
di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dalam tumbuhan, dua tabiat
itu tidak karena kekuatan dari dalam ke arah keluar, tetapi sebaliknya,
yaitu kekuatan kodrati dari luar menarik dan memengaruhi kehidupan
tumbuh-tumbuhan. Dalam hewan, kedua tabiat itu akibat hidup batin,
tetapi belum teratur oleh angan-angan, rasa, dan kemauan yang tertib,
masih berwujud nafsu dan naluri. Dalam manusia, kedua tabiat itu
terlihat dengan teratur dan jelas oleh geraknya pikiran, rasa, dan kemauan,
yakni dengan insyaf Di dalam kehidupan manusia beradab, kedua tabiat
itu disahkan oleh anggapan umum beserta syarat-syarat dalam adat, agama,
dan hukum.
Ketiga jenis syarat, yakni adat, agama, dan hukum mengandung maksud bahwa berkumpulnya laki (suami)-istri itu sempurna dalam adat, bersifat suci dalam agama, dan hak dalam hukum untuk menurunkan. Dalam menurunkan
itu, semua perempuan diminta kesucian dan laki-laki diminta
kekuatannya. Di dalam pendidikan, kedua syarat untuk menuju kesucian
perempuan dan kekuatan laki-laki itu (lahir dan batin) harus diutamakan
dengan mengingat bibit, bebet, dan bobot. Dengan demikian, dalam
pendidikan harus diperhatikan keadaan jiwa anak, pilihan pekerjaan bagi
laki-laki dan perempuan, katarsis yang baik, motivasi anak, dan adat
istiadat.
6 Kursus Psikologi untuk Kaum Ayah Ibu di dalam Keluarga
(1) Macam-macam Teori tentang Jiwa
Dalam
bahasa Yunani, psikologi berarti jiwa, yang mula-mula berarti napas.
Dalam bahasa Belanda, paikologi berarti ilmu yang memelajari segala
keadaan jiwa manusia. Dalam animisme diyakini bahwa jiwa bukan milik manusia semata, melainkan pohon,
batu-batu, keris, gunung, dan lain-lain. Dalam materialisme, jiwa
manusia dianggap tidak kekal, sedangkan dalam idealisme dianggap kekal.
Di
antara ilmu pengetahuan yang ada, psikologi dianggap ilmu yang paling
tua. Di dalamnya terdapat bermacam-macam teori tentang jiwa manusia,
yaitu teori yang menganggap bahwa (a) jiwa bersifat halus yang sama
rupanya dengan pemiliknya, tetapi tidak bertubuh kasar, dan bersifat
sebagai warnanya sinar matahari; (b) jiwa hanya bersifat rasa; (c) teori
yang mengganggap bahwa jiwa adalah angan-angan, (d) jiwa adalah kemauan
belaka; (e) jiwa adalah kumpulan kekuatan; dan (f) jiwa adalah roh
manusia yang bisa meninggalkan tubuh secara sementara (Misanya pada saat
orang tidur atau mati yang kemudian dianggap menjelma).
(2) Ilmu Pengetahuan atau Wetenschap
Kebenaran
dalam ilmu pengetahuan bukan bersifat hakiki, melainkan bersifat
ilmiah, bahkan cenderung sementara. Ilmu pengetahuan di dalam semua
penyelidikannya harus meniadakan adanya jiwa keinginan pribadi
penyelidik atau subjektivitas ke dalam hasilnya.
(3) Paikologi Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
Menurut
ilmu pengetahuan, hakikat jiwa tidak akan dapat diketahui orang dengan
positif. Ilmu pengetahuan tidak boleh menetapkan bahwa sesuatu benar
atau salah, sebelum melakukan penyelidikan. Ilmu pengetahuan dibolehkan
menetapkan hipotesis, yaitu anggapan sebab teori-teori
ilmu pengetahuan tidak hanya berdasarkan penyelidikan yang positif.
Anggapan, kepercayaan, keyakinan, dan lain-lain menurut ilmu pengetahuan
dinakan spikulatif.
Menurut
ilmu pengetahuan, psikologi tidak memelajari hakikat jiwa, tetapi hanya
memberi petunjuk-petunjuk tentang bekerjanya jiwa manusia, yang setiap
waktu boleh dibuktikan dan disaksikan. Sejalan dengan itu, psikologi
menurut ilmu pengetahuan terdiri atas pasikologi spikulatif atau
pasikologi metafisi dan psikolgi positif, yaitu psikologi yang
memberikan petunjuk-petunjuk tentang bekerjanya jiwa manusia.
(4) Psikolgi Analitis dan Psikolgi Totalitas
Psikologi analitis merupakan psikologi yang mengutakan pengajian pada bagian-bagian jiwa. Psikologi analitis beranggapan bahwa
sifat jiwa manusia terdiri atas bagian-bagian jiwa, yaitu kecakapan
pancaindera, kecakapan menggabung-gabungkan dan membeda-bedakan atau
asosiasi, mengingat, menimbang-nimbang berpikir, menyatakan pendapat dan
keputusan, merasa-rasakan, dan berkehendak. Sejalan dengan itu, bagian-bagian jiwa
manusia adalah pikiran, perasaan, dan kemauan. Dalam psikologi
analitis, kesuksesan belajar diukur berdasarkan pengetahuan dan
kecakapan analitis.
Psikologi
totalitas atau globalitas merupakan psikologi yang mengutamakan
pengajian pada utuhnya roh atau jiwa. Psikologi totalitas menetapkan
bahwa utuhnya jiwa adalah segala benda atau keadaan. Menurut psikologi
totalitas, utuhnya jiwa tidak hanya tahu atau pandai dalam bidang
tertentu, tetapi juga berisi hidup perasaan dan hidup kemauan. Dengan
demikian, kesuksesan belajar diukur berdasarkan totalitas dari perasaan
dan kemauan.
(5) Bedanya Jiwa Hewan dan Jiwa Manusia
Hewan
dan menusia berbeda dalam keadaan jiwanya. Hewan hanya memunyai nafsu
dan naluri. Manusia memunyai budi, yakni berkumpulnya angan-angan atau
pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan. Manusia juga memunyai
nafsu namun beradab.
(6) Insting
Insting
atau naluri adalah kecakapan semua makhluk dalam berperi laku yang
bermanfaat untuk hidupnya. Naluri merupakan bawaan dari lahir yang
dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan.
Pada masa dulu jiwa diartikan dengan perasaan dan kemauan. Pada masa sekarang, jiwa dianggap memunyai
tiga bagian pangkal, yaitu pikiran, perasaan, dan kemauan. Selain itu,
jiwa juga diartikan dengan (i) semangat atau jiwa-perasaan, (ii)
kumpulan macam-macam kekautan atau kecakapan dalam hidup batin manusia.
Menurut psikologi positif, jiwa diartikan dengan (i) kekuatan yang
menyebabkan hidupnya manusia, (ii) serta menyebabkan manusia dapat
berpikir, berperasaan, dab berkehendak, dan (iii) lagi pula menyebabkan
orang mengerti atau insyaf akan segala gerak jiwanya.
9. Kortsluiting, Ansteckung dan Hilangnya penguasaan Diri di Dalam Jiwa Manusia
Kortsluiting
dalam ilmu jiwa berarti hubungan langsung antara pengaruh dan tenaga
(dengan menghilangkan penguasaan jiwa) di dalam jiwa manusia. Misalnya,
orang yang mengamuk atau membunuh sesama manusia, membunuh anak istrinya
dan lain-lain. Ansteckung adalah penarik yang amat keras, hingga orang
dengan sendiri terkena sebelum mengerti apa-apa. Misalnya, ada orang
tertawa, lalu orang lain ikut tertawa; ada orang menangis lalu orang
lain turut menangis dengan sendirinya dan sebagainya
Penguasaan
diri diumpamakan dengan penguasa di dalam negeri. Di dalamnya terdapat
badan legislatif, pelaksananya, justisinya, dan pusatnya adalah
pemerintahnya.
Kumpulan penguasa itu yang mengadakan ketertiban, dan bagi tiap-tiap berbeda-beda.
10 Naluri, Intuisi, Peri laku, dan Ilmu dalam Hal Pendidikan
Pendidikan bukan hanya permasalahan yang bersifat pengetahuan dari para pakar, melainkan permasalahan
setiap orang di dalam masyarakat, bahkan pekerjaan yang dilakukan oleh
setiap orang, terutama yang berputra. Dalam arti luas, pendidikan adalah
berlakunya pengaruh orang dan bukan orang (pengalaman, keadaan, dan
lingkungan) terhadap orang lain dengan maksud memberi kemajuan dalam hal
apa pun.
Saat
ini pendidikan sudah merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Di dalamnya
dibahas berbagai hal, yakni pengetahuan pendidikan, kecakapan mendidik
(yang sering bersumber dari intuisi maka disebut pula dengan intuisi
pendidikan), naluri pendidikan (kecakapan semua makhluk yang terdapat
dari kodratnya sendiri).
Tiap
orang dapat melakukan pendidikan. Meskipun demikian, tidak berarti
pendidikan dapat dilakukan hanya bersandar pada naluri dan intuisi yang
menekankan pendidikan dalam bentuk praktik menurut kodratnya tanpa
memerhatikan teori. Pendidikan harus dilaksakan secara berimbang antara
praktik dan teori sebab pendidikan, yaitu segala pemeliharaan lahir dan
batin terhadap anak-anak untuk dapat memajukan hidupnya lahir dan
batinnya. Dengan demikian, hasil pendidikan adalah objektif.
11 Dasar dan Ajar
Dasar diartikan sebagai kodrat, yakni segala sesuatu yang merupakan bawaan sejak lahir. Ajar diartikan sebagai pendidikan.
Dalam teori tabularasa disebutkan bahwa anak lahir dalam keadaan kosong, seperti kertas putih yang masih bersih. Dalam teori tabularasa, pendidikan atau ajar sangat berpengaruh kepada pengisian jiwa anak. Berbeda dengan teori tabularasa, teori
negatif menyatakan bahwa pendidikan tidak dapat memengaruhi dasar.
Sehubungan dengan dua teori itu, ditemukan teori lain yang mengakomodasi
teori tabularasa dan teori negatif. Teori itu dinamakan teori
konvergensi, yaitu teori yang menyatakan bahwa dasar dan ajar dapat
saling memengaruhi.
12 Masuknya Pengaruh-Pengaruh ke Dalam Jiwa Anak
Dalam
ilmu jiwa atau psikologi, perkembangan usia anak dibagi atas tiga masa,
yaitu (i) masa kanak-kanak mulai lahir hingga usia 7 tahun, (ii) masa
muda (masa sekolah, masa intelektual, waktu pikiran tumbuh): 7-14 tahun,
(iii) masa dewasa (waktu akil balik, masa pubertas, masa sosial, karena
anak-anak akan masuk ke dalam masyarakat): yaitu usia 14-21 tahun.
Pada masa anak-kanak mulai lahir sampai usia 3½
tahun pada dasarnya hanya bersifat pemeliharaan keselamatan hidup
jasmani (pendidikan rohani sebenarnya sudah ada namun hanya bersifat
pembiasaan terhadap peri laku, tidak dengan pengertian, malah dengan hukuman). Pada usia 3½ tahun hingga usia 7 tahun dasar kecakapan bawaan tumbuh kuat untuk menjadi tabiat jiwa. Di situlah tumbuh naluri-naluri yang
berpengaruh. Pada usia 7-14 tahun, pikiran anak mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhannya tidak dengan pembiasaan semata, seperti masa yang kesatu.
13 Trisakti Jiwa
Ada
tiga sifat jiwa pemuda, yaitu sifat bergelora, sifat bertentangan, dan
sifat bercita-cita (terhadap keluhuran dan keindahan atau kesucian).
Dalam jiwa juga terdapat tiga kekuatan, yaitu pikiran, rasa, dan
kemauan.
Cipta
adalah daya berpikir yang bertugas mencari kebenaran sesuatu, dengan
jalan membanding-bandingkan, hingga diketahui beda dan samanya. Dalam
proses kejiwaan diperlukan adanya pengalaman-pengalaman tentang
kebenaran dan kesalahan.
Rasa
adalah segala gerak-gerik hati kita, yang menyebabkan kita mau atau
tidak mau, merasa senang atau susah, sedih, atau yang gembira, malu,
atau bangga, puas, atau kecewa, berani atau takut, marah atau belas
kasihan, benci atau cinta.
14 Disiplin
Disiplin
ialah peraturan tata tertibyang dilakukan dengan tegas dan keras.
Disiplin menghendaki dilaksanakannya segala peraturan dengan teliti dan
murni, sampai dalam hal-hal yang kecil-kecil, tidak boleh menyimpang.
Syarat disiplin adalah keharusan dan kewajiban tiap-tiap anggauta
sesuatu kesatuan, untuk takluk sepenuhnya kepada segala perintah dari
pemimpinnya.
Disiplin
tidak bertentangan dengan kemerdekaan jiwa manusia sebab (i) disiplin
biasanya diperlukan untuk usaha perjuangan pada umumnya, baik perjuangan
ketentaraan dan kepolisian sebagai alat-alat kekuasaan dan kedaulatan
negara maupun perjuangan politik; (ii) pendidikan budi pekerti juga
mengajarkan keharusan manusia yang cerdas dan berbudi, dan untuk dapat
memerintah diri sendiri.
makasih ilmunya sangat bermanffaat
ReplyDeleteKak, bahas tentang apa saja perkembangan psikologi bayi usia 9 bulan dong. Penting buat saya.
ReplyDelete