Sunday 27 December 2015

Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, kita berusaha menemukan informasi-informasi tentang orang itu. Bisa saja kita bertanya kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Akan tetapi, cara ini tidak selalu memberikan hasil yang tepat. Orang bisa saja mengatakan sesuatu yang berbeda, bahkan bertentangan dari yang dialaminya. Apalagi jika orang lain itu adalah orang yang baru kita kenal. Orang-orang cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain yang baru dikenalnya. Mereka bahkan berusaha menutupi atau membantah informasi tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya, terutama pada saat mereka merasakan emosi negatif. Usaha untuk menutupi dan menyembunyikan pikiran dan perasaan juga dilakukan pada orang-orang yang melakukan kejahatan. Usaha untuk menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakan hampir selalu ditampilkan orang-orang yang sedang melakukan negosiasi, juga pada orang yang sedang berjudi. Kita tidak dapat mengandalkan informasi verbal mereka untuk mengetahui serta mengerti apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Apa yang mereka katakan, tidak jarang bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.
Dalam keadaan seperti itu, untuk memahami orang lain kita mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh penampilan fisik mereka; kita mencoba mengenali mereka melalui tingkah laku nonverbal mereka, seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan gerakan badan. Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai beragam tujuan (Patterson, 1983) sebagai berikut.
1. Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek. Contohnya, emosi sedih yang dialami seseorang dapat dikenali dari ekspresi wajahnya meskipun orang itu menyatakan is tidak sedang sedih.
2. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi. Sebagai contoh, dalam kegiatan diskusi, ekspresi wajah atau seseorang yang mengangkat tangan dapat menjadi tanda bahwa orang itu hendak ikut berbicara dalam diskusi sehingga peserta diskusi lainnya dapat memberi kesempatan padanya.
3. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengungkapkan keintiman, misalnya melalui sentuhan, rangkulan, dan tatapan mata.
4. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali, seperti kita kenal dalam ancaman nonverbal seperti mata melotot, rahang yang dikatupkan rapat-rapat, dan gerakan-gerakan yang diasosiasikan sebagai tindakan agresif tertentu.
5. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan, dengan cara menunjuk, memberi tanda pujian dengan mengangkat jempol, dan menampilkan senyum sebagai tanda memberi dukungan positif.
Dari penampilan fisik tersebut, kitdmengenali tanda-tanda nonverbal untuk mencari tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Di sisi lain, orang lain juga mencoba mengenali kita melalui tingkah laku nonverbal. Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal itu disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal didefinisikan sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata, balk secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam komunikasi nonverbal, kita mencermati tekanan suara, sentuhan, gestur (gerakan-gerakan tubuh), ekspresi wajah, dan tanda-tanda nonverbal lainnya. Tingkah laku nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi, menunjukkan sikap, mengomunikasikan sifat-sifat kepribadian, dan memfasilitasi atau memperbaiki komunikasi verbal.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan komunikasi nonverbal. Contohnya, saat melewati rumah tetangga dan orangnya sedang duduk di teras depan, kita tersenyum kepadanya dan is juga membalas dengan senyum. Di situ kita telah melakukan komunikasi nonverbal dengan tetangga kita. Orang juga sering menggunakan komunikasi nonverbal pada saat tertarik kepada lawan jenisnya. Tatapan mata, senyuman, ekspresi wajah yang terarah kepada orang lain untuk menunjukkan kekaguman atau kepedulian merupakan tanda-tanda nonverbal yang sering digunakan dalam komunikasi nonverbal.
Penelitian-penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi nonverbal banyak dilakukan oleh psikolog social (di antaranya Ekman & Frieson, 1974; Izard, 1991; Keltner, 1995; Forest & Fieldman, 2000; Neumann & Strack, 2000; DePaulo et al., 2003). Dari penelitian-penelitian itu diperoleh pamahaman bahwa tanda-tanda nonverbal yang ditampilkan orang lain dapat memengaruhi perasaan kita, bahkan ketika kita tidak memberi perhatian kepada hal itu secara sadar. Pengaruh tanda-tanda nonverbal bekerja meskipun kita tidak memfokuskan atau memikirkannya. Contohnya, ketika kita tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang menampilkan ekspresi wajah marah dan tekanan suara yang tinggi, kita bisa dengan tiba-tiba juga menampilkan ekspresi wajah marah atau kesal dan tekanan suara kita pun meninggi. Kita bisa juga menjadi takut jika orang lain itu adalah atasan kita. Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional. Neumann dan Strack (2000) menunjukkan terjadinya penularan emosional itu melalui penelitiannya. Mereka menemukan bahwa ketika orang mendengarkan orang lain membaca pidato, tekanan suara orang yang membaca itu (senang, netral, atau sedih) dapat memengaruhi mood atau suasana hati si pendengar meskipun si pendengar berkonsentrasi kepada isi dari pidato yang dibacakan. Penularan emosional adalah sebuah mekanisme transfer perasaan yang seakan-akan berlangsung secara otomatis dari satu orang ke orang lain.

Saluran Komunikasi Nonverbal
Ketika orang mengalami perasaan tertentu, apa yang mereka rasakan terlihat dalam tingkah laku nonverbal mereka. Secara sadar atau tidak sadar, mereka menyalurkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan melalui bagian-bagian tubuh tertentu. Pada bagian-bagian tubuh itu, aktivitas nonverbal berlangsung dengan memanfaatkan fungsi-fungsi bagian tubuh itu masing-masing. Aktivitas-aktivitas nonverbal pada bagian-bagian tubuh itu disebut saluran-saluran nonverbal karena semuanya menyalurkan tanda-tanda nonverbal yang dapat menjadi petunjuk tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang. Penelitian-penelitian tentang komunikasi nonverbal menemukan ada lima saluran komunikasi nonverbal: ekspresi wajah, kontak mata, gerakan badan, postur, dan sentuhan.

Ekspresi Wajah sebagai Tanda dari Emosi Orang Lain
Melalui ekspresi wajah, kita dapat mengenali dan mengerti emosi orang lain. Penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah dengan emosi menunjukkan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili oleh ekspresi wajah: marah, takut, bahagia, kaget, dan jijik (Izard, 1991; Rozin, Lowery, & Ebert, 1994). Ekspresi wajah, selain mengungkapkan emosi secara sendiri-sendiri, juga dapat mengungkapkan kombinasi emosi, seperti marah bercampur kaget dan sedih bercampur takut. Persoalan tentang apakah ekspresi wajah sebagai cerminan emosi berlaku secara universal, banyak dikaji oleh para ahli komunikasi nonverbal. Riset-riset awal tentang ekspresi emosi memberikan hasil yang memperkuat pernyataan bahwa ekspresi wajah adalah universal (seperti yang dikemukakan oleh Ekman & Friesen, 1975). Akan tetapi, beberapa temuan yang lebih mutakhir memperkuat pernyataan bahwa ekspresi wajah tidak universal (di antaranya Russell, 1994; Carol & Russel, 1996). Perbedaan budaya ikut berperan dalam menentukan ekspresi wajah seperti apa yang ditampilkan pada situasi emosional tertentu (Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).

Kontak Mata sebagai Tanda Nonverbal
"Mata adalah jendela jiwa." Pernyataan dari penyair kuno ini mendapat penguatan dari penelitian-penelitian tentang hubungan antara kontak mata dan tatapan sebagai tanda-tanda nonverbal dengan keadaan emosional. Kontak mata menyediakan informasi sosial dan emosional (Zimbardo, 1977; Kleinke, 1986). Orang secara sadar atau tidak sadar sering melakukan aktivitas yang melibatkan kontak mata. Contoh, pada saat orang ingin mengetahui apakah suasana hati orang lain yang sedang ditemuinya bervalensi negatif atau positif, orang melihat kepada mata orang lain itu.
Dalam beberapa konteks, pertemuan dua mata membangkitkan emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia, kontak mata dapat menimbulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau kebangsaan yang berbeda. Mempertahankan kontak mata dengan supervisor di perusahaan atau dengan orang yang lebih tua dapat membuat kita dianggap kasar, tidak sopan, dan agresif. Hal ini berbeda dengan di masyarakat Barat.
Untuk masyarakat Barat, pada level yang tinggi, kontak mata mencerminkan persahabatan dan rasa suka. Kontak mata merupakan unsur penting dalam penjajakan hubungan intim dan percintaan. Kontak mata yang lama juga menjadi tanda dari ketertarikan dan keinginan mengenal lebih jauh.

Gerak-gerik, Gerakan Badan, dan Postur
Ingatlah sebuah kejadian yang membuat Anda marah. Pikirkan apa yang Anda lakukan waktu itu. Lalu ingatlah kejadian lain yang membuat Anda sedih. Pikirkan juga apa yang Anda lakukan saat itu. Kemudian bandingkan gerak-gerik badan Anda pada saat marah dan gerak gerik badan Anda saat sedih. Apakah gerak badan Anda sama pada kedua situasi itu? Umumnya orang menampilkan gerakan badan yang berbeda pada saat marah dengan pada saat sedih. Orang mengubah gerakan badannya ketika perasaannya berubah. Posisi tubuh berubah, gerakan berubah baik dari bentuk maupun kecepatannya. Gerakan badan mencerminkan keadaan emosionalnya. Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal, gerakan badan memberikan kita tanda-tanda nonverbal sehingga ketika dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional orang lain. Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur biasa disebut juga bahasa tubuh (body language).
Bahasa tubuh dapat menunjukkan kepada kita keadaan emosional orang lain. Banyaknya gerakan yang dilakukan orang dapat memberi kita petunjuk tentang keadaan terangsang yang sedang dialami orang tersebut. Gerakan dalam jumlah besar dan berulang-ulang (menyentuh, menghentak, menggaruk) yang ditampilkan seseorang menunjukkan bahwa orang itu dalam keadaan terangsang (contohnya: menghasrati objek seksual, bersemangat, gatal). Semakin besar frekuensi gerakan, semakin tinggi pula tingkat keterangsangan atau kegelisahan yang dialami. Gerakan-gerakan kecil (gesture) yang berulang-ulang dapat mencerminkan perasaan cemas dari orang yang melakukannya.
Gerakan besar yang melibatkan seluruh tubuh dapat juga menjelaskan perasaan orang yang menampilkannya (Aronoff, Woike, & Hyman, 1992). Gerakan semacam itu dapat menunjukkan perasaan terancam, keterbukaan, keinginan untuk menantang, rasa hormat, kagum, dan sebagainya. Sebagai contoh, posisi tangan yang terbuka dengan wajah yang menghadap ke depan menunjukkan keterbukaan terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Contoh lain, posisi bertopang dagu dapat memberi petunjuk tentang perasaan bosan orang yang melakukannya.
Gestur dapat memberikan informasi yang lebih banyak tentang perasaan orang lain. Salah satu yang terpenting dari gestur adalah emblem, yaitu gerakan tubuh yang membawa makna khusus dalam budaya tertentu. Contoh, di budaya tertentu gerakan meloncat setelah mencapai keberhasilan dianggap sebagai cara yang baik untuk menampilkan kegembiraan, sedangkan pada budaya lain, gerakan seperti itu bisa saja dianggap ungkapan dari kesombongan.
Gestur tertentu memiliki makna yang berbeda untuk perempuan dan laki-laki (Schubert, 2004). Untuk laki-laki, gestur yang menunjukkan kekuatan seperti menghentakkan Redua tangan yang mengepal merupakan ungkapan kekuatan, sedangkan untuk perempuan mengungkapkan perasaan lemah atau panik.


Sentuhan
Sentuhan orang lain pada kita, dapat membantu memahami apa yang dirasakan orang lain terhadap kita. Sentuhan bisa menjadi petunjuk dari afeksi, kepedulian, minat seksual, dominansi, atau agresi. Pemahaman terhadap apa yang hendak diungkapkan melalui sentuhan bergantung pada beberapa faktor yang terkait dengan:
(1) siapa yang menampilkan sentuhan (keluarga, teman, orang asing, orang sesama jenis kelamin, atau berbeda jenis kelamin);
(2) jenis kontak fisik (lama atau sebentar, lembut atau kasar, bagian tubuh mana yang disentuh); dan
(3) konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan (situasi bisnis, situasi sosial, atau ruang praktik dokter).
Pengenalan serta pemahaman terhadap pikiran dan perasaan orang lain melalui sentuhan merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Namun, dalam beberapa budaya, jenis-jenis sentuhan tertentu secara konvensional dipahami sebagai ekspresi dari pikiran dan perasaan tertentu. Pada masyarakat Barat, sentuhan sering kali menghasilkan reaksi positif pada orang yang disentuh (Alagna, Whitcher, & Fisher, 1979; Smith, Gier, & Willis, 1982). Sedangkan pada masyarakat lain, reaksi terhadap sentuhan bisa berbeda.
Bentuk sentuhan yang umum di berbagai budaya ketika bertemu dengan orang lain adalah berjabat tangan. Dari informasi tentang bagaimana orang berjabat tangan, ada banyak pengetahuan yang kita dapat tentang orang lain. Bahkan, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang kepribadian orang dari caranya berjabat tangan. Jabat tangan yang mantap merupakan cara yang baik untuk memberikan kesan positif terhadap orang lain (Chaplin, et al., 2000). Semakin mantap dan lama jabat tangan dilakukan, semakin kuat kesan positif yang dihasilkan.

Komunikasi Nonverbal melalui Multi-saluran

Dalam interaksi sehari-hari, kita biasanya menerima informasi dari beragam saluran dalam waktu bersamaan. Archer dan Akert (1991) menunjukkan bahwa orang mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi nonverbal dengan cukup tepat, dengan memanfaatkan berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang. Misalnya, orang yang ekstrovert lebih baik kemampuannya dari pada orang yang introvert. Perbandingan antara informasi dari saluran-saluran yang berbeda dapat meninikatkan ketepatan penafsiran terhadap tingkah laku nonverbal. Dengan mencermati beragam tanda dari beragam saluran komunikasi nonverbal, dapat diperoleh pengenalan dan pemahaman yang lebih komprehensif tentang apa yang dirasakan orang lain. 
Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan, dan mood kita saat ini. Manusia cenderung beroperasi di bawah bias-bias tertentu ketika membentuk kesan tentang orang lain. Contohnya, ketika cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpakaian rapi sebagai orang baik (baik hati, dermawan, pintar, atau menyenangkan) daripada orang yang pakaiannya berantakan.
Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut dengan efek halo. Di sisi lain, kita juga bisa menilai orang yang berpakaian tidak rapi, mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan, serta cara bicara yang apa adanya sebagai orang yang tidak baik, sembarangan, atau tidak berpendidikan. Apa yang ditampilkan orang lain secara fisik memengaruhi cara kita menilai aspek psikologisnya. Meskipun kecenderungan ini tidak serta-merta memberikan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang orang lain, orang-orang cenderung mempertahankannya sebab setiap orang membutuhkan pegangan dan petunjuk tentang siapa orang lain yang sedang dihadapinya.
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan-penyimpulan dari tanda-tanda nonverbal.


Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku nonverbal dan verbal, kita membentuk kesan-kesan tentang orang lain. Kita bisa mendapat kesan apakah orang lain yang kita temui ramah, baik hati, judes, pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya. Kesan-kesan itu tidak kita kenali secara sendiri-sendiri, melainkan kita perbandingkan satu sama lain untuk mendapatkan kesan yang lebih menyeluruh tentang orang lain. Asch (1946) menunjukkan bahwa orang melakukan persepsi terhadap sifat-sifat dalam hubungannya satu sama lain, sehingga sifat-sifat itu dipahami sebagai bagian yang terintegrasi dengan kepribadian orang yang memilikinya. Sekali kita membentuk kesan tentang orang lain, kita cenderung tidak suka mengubahnya bahkan jika kita menemukan fakta yang bertentangan dengan kesan itu. Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi. Dalam proses persepsi sosial, atribusi merupakan langkah awal dari pembentukan kesan. lstilah atribusi secara umum merujuk pada proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain dan sekaligus memperoleh pengetahuan tentang sifat-sifat serta disposisi-disposisi yang menetap pada orang lain (lihat di antaranya Heider, 1958; Jones & Davis, 1965; Kelley, 1972; Graham & Folkes, 1990; Read & Miller, 1998). 
Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.
Secara umum, pesepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain dan apa yang membuatmereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain (Teiford, 2008). Teori-teori dan penelitian persepsi sosial berurusan dengan kodrat, penyebab-penyebab, dan konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri sendiri, individu lain, kategori-kategori sosial, dan kumpulan atau kelompok tempat seseorang tergabung atau kelompok lainnya. Persepsi sosial juga merujuk pada bagaimana orang mengerti dan mengategorisasi dunia. Seperti persepsi lainnya, persepsi sosial merupakan sebuah konstruksi. Sebagai hasil konstruksi, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari persepsi sosial tidak selalu sesuai dengan kenyataannya.
Isi dari persepsi bisa berupa apa saja. Atribut-atribut individual dapat mencakup kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik, dan kemampuan menilai. Atribut-atribut kelompok dapat mencakup prop erti-properti seperti ukuran, kelekatan, sifat-sifat budaya, pola stratifikasi, pola-pola jaringan, legitimasi, dan unsur-unsur sejarah. Akan tetapi, ruang lingkup persepsi sosial biasanya ditekankan pada sisi mikro, terarah kepada penyimpulan individual berkaitan dengan karakteristiknya sendiri atau karakteristik individu lain.

Lebih khusus lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha:
(1) mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan orang lain;
(2) membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka;

(3) menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut. 

Wednesday 23 December 2015

Dalam teori konvergensi, telah dikemukakan bahwa lingkungan mempunyai peranan yang penting datam perkembangan individu, dan teori ini pada umumnya menunjukkan kebenarannya. Secara garis besar, tingkungan dapat dibedakan menjadi:
1. Lingkungan fisik, yaitu tingkungan yang berupa atam, misatnya, keadaan tanah, keadaan musim dan sebagainya. Lingkungan atam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu, misatnya, daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang penuh dengan musim panas.
2. Lingkungan sosial, yaitu merupakan tingkungan masyarakat, di mana datam tingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan individu Lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.
Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan:
1) Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu sating kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain. Karena di antara anggota telah ada hubungan yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan tebih mendatam bita dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.

2) Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar. Pada umumnya, anggota satu dengan anggota lain kurang atau tidak sating kenal mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Individu menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini, lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini, individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan, misalnya, akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini, dibuatlah tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehingga orang tidak menerima begitu saja pengaruh lingkungan tetapi orang menolak atau mengatasi pengaruh lingkungan demikian itu. Dalam kehidupan bermasyarakat, kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan pengaruh terhadap lingkungannya.
b) Individu menerima lingkungan.
Dalam hat ini, keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada datam diri individu. Dengan demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
c) Individu bersikap netral.

Dalam hal ini, individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan status quo terhadap lingkungan. 
Faktor endogen adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. 'Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Karena individu terjadi karena bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah, maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di atas, faktor endogen dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktor eksogen. Apa saja faktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu dilahirkan, telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor jasmaniah, misalnya, bagaimana kulitnya putih, hitam atau cokelat; bagaimana keadaan rambutnya hitam, pirang dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang mereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel. Faktor pembawaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Seberapa besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih bersih tidaklah memungkinkan kalau karena faktor keturunan kulitnya berwarna cokelat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.

Di samping itu, individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologis yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat pembawaan yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologis seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Di samping individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan temperamen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat (aptitude). Bakat bukan merupakan satu-satunya faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan, melainkan hanya merupakan salah satu faktor yang dibawa sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi-potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang telah jadi, yang telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi-potensi saja. Agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktuatisasikan bakat-bakat tersebut.

Faktor eksogen merupakan faktor yang datang dari Liar diri individu, merupakan pengataman-pengataman, alam sekitar pendidikan dan sebagainya yaitu yang sering dikemukakan dengan pengertian milieu. Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan. Pada umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa tingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu. Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oteh tingkungan tergantung kepada individu yang bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan pendidikan. Pendidikan dijatankan dengan penuh kesadaran dan dengan secara sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun yang ada pada individu sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan itu bersifat aktif, penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu ke suatu tujuan tertentu. 
Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam psikologi perkembangan sebagai salah satu psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang akan menentukan dalam perkembangan manusia. Mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat bermacam-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat itu menimbulkan bermacam-macam teori mengenai perkembangan manusia. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lain, bahkan ada yang bertentangan satu dengan yang lain. 
Teori-teori Derkembangan tersebut adalah:
a. Teori nativisme. 
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktar keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini, sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopen Hauer (Bigot, Kohstamm, Potland, 1950). Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebetumnya, yang tidak dapat diubah, sehingga individu akan sangat tergantung kepada sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Bila orang tuanya baik seseorang akan menjadi baik, dan sebaliknya, bila orang tuanya jahat seseorang akan menjadi jahat; sifat baik atau jahat itu tidak dapat diubah oleh kekuatan-kekuatan lain. Teori ini me-nimbulkan konsekuensi pandangan bahwa manusia bila dilahirkan baik akan tetap baik, sebaliknya, bila manusia dilahirkan jahat akan tetap menjadi jahat, yang tidak dapat diubah oleh pendidikan dan lingkungan. Karena itu teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistis, yang memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya menghadapi perkembangan manusia. Teori ini lebih jauh dapat menimbulkan suatu pendapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil adalah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan keturunan yang tidak baik pula. Tetapi, teori ini ternyata tidak dapat diterima oleh ahli-ahli lain. lni terbukti dengan adanya teori-teori lain, di antaranya seperti yang dikemukakan oleh William Stern.
b. Teori empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian itu, pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini, individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya. Karena itu, peranan para pendidik dalam hal ini sangat besar. Pendidiktah yang akan menentukan keadaan individu itu di kemudian hari. Karena itu, aliran atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering dikenal dengan teori tabularasa, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan. Kedua teori di atas merupakan teori-teori yang sating bertentangan satu dengan yang lain. Teori nativisme sangat menitikberatkan pada segi keturunan atau pembawaan, sebaliknya teori empirisme sangat menitikberatkan pada empiri atau pada lingkungan. Keduanya merupakan teori yang berat sebelah. Terkait dengan hal tersebut, adanya usaha untuk menggabungkan kedua teori ini merupakan teori konvergensi.


c. Teori konvergensi. 
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergensi) dari kedua teori tersebut di atas, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern. Menurut W. Stern, pembawaan, pengalaman dan lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk pengalaman dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen. Penyelidikan dari W. Stern memberikan bukti tentang kebenaran dari teorinya. W. Stern mengadakan penyelidikan dengan anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor endogen atau faktor genetik anak yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang dapat dikatakan sama. Anak-nak tersebut dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan yang lain. Pemisahan itu segera dilaksanakan setelah kelahiran. Akhirnya, anak-anak itu mempunyai sifat-sifat yang berbeda satu dengan yang lain, sekalipun secara keturunan mereka dapat dikatakan relatif mempunyai kesamaan. Perbedaan sifat yang ada pada anak itu disebabkan karena pengaruh lingkungan di mana anak tersebut berada. Dengan keadaan ini dapat dinyatakan bahwa faktor pembawaan tidak menentukan secara mutlak, pembawaan bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi atau struktur kejiwaan seseorang. Penyelidikan semacam itu banyak dilakukan di tempat-tempat lain di antaranya di Chicago dan di Texas. Dart uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perkembangan individu itu akan ditentukan baik oleh faktor pembawaan (dasar) atau faktor endogen, maupun oleh faktor keadaan atau lingkungan atau eksogen. 

Tuesday 22 December 2015

Sebagaimana yang telah dgelaskan di atas, psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan sudah ada sejak lama. Psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos berarti ilmu. Secara harfiah, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu kejiwaan. Lebih jauh, Chaplin (1972), dalam Dictionary of Psychology mengungkapkan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang perilaku hewan dan manusia, dan juga terhadap organisme dalam segala kerumitannya ketika bereaksi terhadap arus dan perubahan gam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.
Orang yang menekuni psikologi, atau yang biasa disebut psikolog, mempelajari kejiwaan manusia melalui pengamatan terhadap tingkah laku mereka. Pengamatan ini didasarkan atas anggapan bahwa tingkah laku manusia (atau hewan) mencerminkan kondisi kejiwaannya, dan juga memiliki hasil yang Lebih baik atas proses observasi, pencatatan, dan aengukurannya. Pengamatan perilaku ini juga meliputi Tatar oelakang, imajinasi, fantasi, contoh, proses, dan sebagainya, yang Kesemuanya menjadi penyebab timbulnya tingkah laku tersebut.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, ilmu psikologi dibagi menjadi beberapa cabang. Pembagian ini terjadi dengan tujuan agar dicapainya pemahaman yang lebih baik ketika psikologi dipelajari dan diterapkan dalam cabang ilmu lain.   Pembagian tersebut meliputi:
  1. Psikologi abnormal (abnormal psychology). Cabang ilmu psikologi ini menggali lebih jauh tentang penyakit kejiwaan dan perilaku abnormal, seperti: depresi, OCD, perilaku seks menyimpang dan perilaku menyendiri. ,
  2. Biopsikologi (biopsychology). Cabang ilmu ini mempelajari tentang fungsi otak dan syaraf dalam pengaruhnya terhadap perasaan dan perilaku.. Biopsikologi menggabungkan neuroscience dan ilmu dasar psikologi.
  3. Psikologi klinis (clinical psychology. Fokus dari cabang itmu ini adalah penilaian dan perawatan yang tepat terhadap penyakit mental dan perilaku abnormal.
  4. Psikologi kognitif (cognitive psychology. Cabang ilmu ini terfokus pada persepsi dan proses mental. Contohnya adalah: fokus pada "bagaimana orang berpikir dan memproses pengalaman dan kejadian tertentu-termasuk di dalamnya adalah refleks dan dasar kepercayaannya." Selain itu, di dalamnya juga termasuk "bagaimana mereka belajar, menghafal, dan mengingat kembali sebuah informasi."
  5. Psikologi komparatif (comparative psychology. Cabang itmu ini mempelajari tentang perilaku hewan. Psikologi komparatif sangat berkaitan erat dengan ahli biologi, ekologi, antropologi, dan genetika.
  6. Psikologi konseling (counselling psychology). Dalam cabang ilmu ini, fokusnya adalah penyediaan terapi intervensi kepada klien yang sedang berjuang dengan masalah mental, sosial, dan perilaku. Psikologi konseling juga memperhatikan cara-cara hidup yang baik, dengan tujuan agar orang mampu mencapai potensi maksimat mereka dalam hidupnya.
  7. Psikologi perkembangan (developmental psychology). Cabang ilmu ini terfokus terhadap perkembangan manusia semenjak lahir hingga mati. Perhatian juga difokuskan terhadap hal-hal yang berubah, tetap, ataupun yang memburuk. Selain itu, fokusnya juga termasuk perkembangan dan perubahan yang berkelanjutan, atau yang berkaitan dengan umur dan tingkat hidup manusia. Fokus lain dari psikologi perkembangan juga tertuju pada interaksi dari gen dan lingkungan.
  8. Psikologi pendidikan (educational psychology). Cabang ilmu ini terfokus pada belajar, mengingat, mempertunjukkan, dan mendapatkan ilmu. Psikologi pendidikan juga termasuk efek-efek dari perbedaan individu, pelajar berbakat, dan ketidakmampuan dalam belajar.
  9. Psikologi eksperimental (experimental psychology). Walaupun psikologi menekankan pada pentingnya metode ilmiah, namun pelaksanaan proses pendesainan, dan pengimplementasian dari teknik-teknik ekperimental, dan menganalisa serta menginterpretasi hasil merupakan tugas utama dari psikolog eksperimental. Psikolog ini bekerja dalam ruang lingkup dan Tatar belakang yang luas, termasuk sekolah, kampus, universitas, laboratorium, organisasi pemerintah, dan bisnis pribadi.
  10. Psikologi forensik (forensic psychology). Psikologi dan hukum bersinggungan pada cabang ilmu ini. lni merupakan cabang ilmu yang para psikolog (semisal psikolog klinis, ahli syaraf, psikolog konseling, dan lain-lain) berbagi kepintaran profesionalnya dalam kasus legal maupun
  11. Psikologi kesehatan (health psychology). Cabang ilmu ini menganjurkan kesehatan fisik, mental, dan emosional, termasuk strategi pencegahan dan pengobatan. Cabang ilmu ini terfokus terhadap bagaimana orang berhadapan dengan stres, dan mengatasi dan memulihkan diri dari penyakit.
  12. Psikologi faktor manusia (human factors psychology). Cabang ilmu memayungi berbagai kategori, yang meliputi ergonomi, keselamatan tempat kerja, kesalahan manusia, desain produk, dan interaksi-interaksi antara mesin.
  13. Psikologi organisasi-industri •(industrial-organizational psychology). Cabang ilmu ini melingkupi psikologi teoritis terhadap tempat kerja. Tujuan dari cabang ilmu ini adalah peningkatan kepuasan, performa, produktivitas dan kesesuaian posisi dengan keterampilan pekerja. Keterkaitannya yang lainnya juga termasuk dinamika grup, dan perkembangan dari kemampuan memimpin.
  14. Psikologi sosial (social psychology). Psikologi sosial merupakan asumsi dari apa yang dipikirkan ketika mendengarkan kata psikologi. Cabang ilmu ini juga meliputi penelitian terhadap tingkah laku grup, norma sosial, kecocokan, prasangka, perilaku nonverbal/bahasa tubuh, dan perilaku kasar manusia.
  15. Psikologi olahraga (sports psychology). Cabang ilmu ini menyelidiki tentang bagaimana meningkatkan dan mempertahankan motivasi, faktor yang berperan dalam puncak performa, dan bagaimana menjadi aktif dapat meningkatkan taraf hidup kita.
Namun begitu, terdapat juga gagasan tentang cabang-cabang besar datam ilmu psikologi. Setidaknya ada lima cabang besar dalam itmu psikologi, yaitu:
1. Psikologi sosial.
Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti pengaruh sosial terhadap peritaku manusia. Cabang ilmu psikologi memiliki 3 lingkup studi yaitu:
  • Studi yang mempetajari tentang pengaruh sosial terhadap proses mental suatu individu seperti studi tentang sifat (atribusi), motivasi dan juga persepsi.
  • Studi yang mempelajari tentang proses-proses individual yang dilakukan bersama atau dalam suatu kelompok seperti bahasa, perilaku meniru dan sikap sosial.
  • Studi yang mempelajari suatu interaksi dalam kelompok seperti kepemimpinan, kerja sama, persaingan dan konflik.
2. Psikologi perkembangan.
Psikotogi perkembangan adalah suatu cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses perkembangan manusia dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi peritaku seseorang sejak dia lahir hingga berusia lanjut. Cabang psikologi yang satu iii sangat berkaitan dengan psikologi sosial dan psikologi (epribadian.
3. Psikotogi klinis.
Psikologi klinis adalah cabang psikologi yang menerapkan csikologi untuk memahami dan memulihkan kembali (keadaan psikologi seseorang ke dalam psikologi normal serta mencegah terjadinya perilaku abnormal.
4. Psikologi pendidikan.
Psikologi pendidikan yaitu suatu cabang psikologi yang mempelajari bagaimana suatu individu dalam rinelakukan kegiatan belajar dan juga meninjau keefektifan suatu cara pengajaran. Psikologi pendidikan sebenarnya merupakan perkembangan dan pengabungan antara psikologi sosial dan psikologi perkembangan.
5. Psikologi industri dan organisasi.
Psikologi industri adalah ilmu psikologi yang difokuskan tentang bagaimana perkembangan, prediksi kinerja dan evaluasi kerja yang dilakukan seseorang. Sedangkan psikologi organisasi adalah ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana sebuah organisasi dalam berinteraksi dan mempengaruhi para anggotanya.

Monday 21 December 2015

Istilah Gestalt berasal dari bahasa Jerman. dalam bahasa Inggris berarti form, shape, configuration, whole. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti, keseluruhan, esensi, totalitas, hal peristiwa dan hakikat. Aliran ini dikembangkan di sekolah Berlin oleh tokoh-tokohnya seperti M. Weitheimerm K. Koffka, dan W. Kohler. Aliran ini memandang yang utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Metode kerjanya adalah menganalisis unsur-unsur kejiwaan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis ke dalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna keseluruhan. Artinya, makna Gestalt bergantung pada unsur-unsurnya dan sebaliknya arti unsur-unsur itu bergantung pula pada gestalt.

Guna menjelaskan secara mudah mengenai konsep Gestalt ini, Weitheimer menjelaskan bahwa apa yang sedang dilihat oleh seseorang merupakan efek dari keseluruhan peristiwa, yang tidak terkandung dalam total bagian-bagian itu. Seseorang yang sedang melihat untaian lampu yang mengalir, sekalipun hanya melihat satu lampu yang bersinar pada satu waktu, sebab keseluruhan peristiwa mengandung hubungan-hubungan di antara masing-masing lampu yang kita alami juga.
Dalam hal persepsi, salah satu prinsip Gestalt adalah hukum pragnanz. Pragnanz dalam bahasa Jerman juga memiliki arti yang sama dalam bahasa Inggris pregnant yang berarti hamil. Hukum ini berkata bahwa kita pada dasarnya digiring untuk mengalami segala hal yang sebagus mungkin dalam pengertian Gestalt. "Bogus" bisa berarti banyak di sini, seperti keteraturan, ketertiban, kesederhanaan, simetri, dan seterusnya, yang kemudian merujuk pada prinsip-prinsip Gestalt yang spesifik.

Psikologi Gestalt memandang keberadaan totalitas batiniah yang mengorganisasi yang memosisikan totalitas sebagai sesuatu yang utama, sedangkan elemen-elemen kejiwaan merupakan sesuatu yang sekunder. Lebih lanjut, gejala-gejala psikis yang khusus menurut Gestalt merupakan totalitas dari seluruh keadaan psikis yang menentukan bangkitnya tenaga batiniah dalam psikis manusia. 
Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya, ini sering disebut sebagai tekanan ketiga (the third force) (tekanan pertama adalah behaviorisme, sedangkan tekanan kedua adalah psikoanalisis).
A. Prinsip Utama

  • Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya, apa yang sangat tidak disetujui adalah usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal nonfisik, misalnya nilai ataupun sikap.
  • Metode yang digunakan adalah life history, yang berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
  • Mengakui pentingnya kebebasan pribadi (personal freedom) dan tanggung jawab (responsibility) dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini, intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensilah yang menentukan eksistensi manusia.
  • Akal (mind) bersifat aktif, dinamis. Melalui akal, manusia dapat mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, yang terwujud dalam aspek kognisi, kemauan (willing), dan pertimbangan (judgement). Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
  • Pandangan humanistik banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri.
B. Tokoh
1. Carl Rogers (1902)

  • Lahir di Illinois dan sejak kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher Arsquos College di Columbia Uni, di mana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
  • Rogers bekerja sebagai psikoterapi dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-Centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien).
  • Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirinya sendiri sehingga akhirnya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
  • Keseluruhan pengalaman eksternal dan internal psikologis individu membentuk organisme. Organisme adalah kenyataan yang dihayati individu, dan disebut sebagai realitas subyektif (subjective reality), yang unik dari satu individu ke individu lainnya. Diri (sell) berkembang dari organisme. Semakin koheren organisme dan diri, maka semakin sehat pribadi tersebut dan sebaliknya.
  • Sebagaimana ahli humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah ,days yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

2. Abraham Maslow (1908-1970)
Maslow dikenal dengan teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis manusia didorong oleh hierarki kebutuhannya, yaitu kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan akan cinta dan kasih sayang (love & belonging needs), kebutuhan untuk dihargai (esteem needs), dan aktualisasi diri (selfactualization).


Aliran psikoanalisis muncul pada tahun 1900 sebagai upaya memperdalam pandangan-pandangan psikologis dan mengaitkannya melatui berbagai kemajuan dalam bidang kedokteran. Tokoh yang disebut sebagai bapak psikoanalisis adalah Sigmun Freud. Freud tahir tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia. Freud berusaha mereduksi psikotogi menjadi ke dalam neurologi karena pada dasarnya, is adalah seorang ahli saraf.
Teori dasar dari sigmun adalah ide tentang atam sadar (conscious mind versus alam bawah sadar (unconscious mind). Alam sadar merupakan apa yang seseorang sadari pada saat-saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, dan perasaan yang Anda miliki. Hal yang berkaitan erat dengan atam sadar adalah alam prasadar, yaitu apa yang disebut saat ini dengan "kenangan yang sudah tersedia" (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah untuk dipanggil ke alam sadar. Kenangan yang wataupun tidak Anda ingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah dipanggil lagi. Menurut Freud keduanya adalah bagian terkecil dari pikiran.
Adapun bagian terbesar dari pikiran adalah alam bawah sadar (unconscious mind. Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya dari alam bawah sadar seperti nafsu dan insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana seperti makanan atau seks, atau motif-motif yang mendorong seniman atau ilmuwan berkarya.
Konsep lain dari freud adalah struktur kepribadian. Struktur kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu: Id, Ego, dan Superego, yang masing-masing merupakan tahapan-tahapan kepribadian dan masing-masing juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Id merupakan struktur kepribadian yang paling mendasar, yang hanya berdasarkan atas dorongan nafsu atau kenikmatan belaka. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan Id menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat atau sebagai kepribadian yang mengontrol kesadaran. Superego merupakan Kesadaran tertinggi manusia, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral.

Tokoh lain dari psikoanalisis adalah Alfred Adler (1870-1937). la merupakan seorang dokter mata lulusan Universitas Wina (1895), kemudian is menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater. Teori-teorinya adalah sebagai berikut: 1. Teori tentang inferioritas universa. Setiap manusia akan melakukan upaya menyesuaikan diri dengan kelemahan yang dimilikinya melalui berbagai bentuk perilaku konvensional sebagai cara mengatasi kelemahannya. 2. Teori tentang striving for superiority, yaitu motivasi bawaan yang menggerakkan manusia untuk bertahan hidup dan mengembangkan dirt.


Tokoh lainnya adalah Carl Gustav Jung (1875-1961). la adalah seorang psikiater yang keluar dari sekolah psikoanalisis Freud. la mengklasifikasi karakteristik kepribadian menjadi 2 yaitu introvert dan ekstravert. Kepribadian introvert merujuk pada sebuah kecenderungan untuk mengutamakan dunia dalam pada diri seseorang. Aspek-aspek yang lebih jelas dari introvert adalah malu, tidak suka pada fungsi-fungsi sosial, dan menyukai privasi. Sedangkan kepribadian ekstravert merujuk pada kecenderungan untuk melihat dunia luar, khususnya orang lain demi kesenangan diri. Orang dengan karakteristik ekstravert biasanya mudah bersahabat dan menikmati aktivitas sosial, dan merasa tidak nyaman ketika sendirian. 
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai objek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalisme. Ini juga berarti bahwa behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Peletak dasar aliran ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936) dan William Mc Dougall (1871-1938). Teorinya yang terkenal adalah mengenai insting. Menurutnya, insting adalah kecenderungan bertingkah laku dalam situasi tertentu sebagai hasil pembawaan sejak lahir dan tidak dipelajari sebelumnya. Setelah eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov, maka muncullah pendapat-pendapat yang kemudian muncul sebagai aliran behaviorisme. Intl dari aliran ini adalah asumsi bahwa jiwa bukan materi sehingga tidak dapat diteliti secara langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.
Aliran behaviorisme memiliki 6 pandangan utama mengenai fundamentalnya perilaku. Pandangan-pandangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkah laku manusia atau hewan merupakan realitas dari jiwa yang abstrak yang bermakna dan data diukur secara itmiah dengan pendekatan alamiah.
2. Psikologi adalah ilmu yang mengkaji sesuatu yang objektif, empiris, dan realistis. Oleh karena itu, segala hal yang keluar dari karakteristik itmiah, tingkah laku yang metafisik tanpa bentuk dan wujud tidak dapat diteliti, seperti tentang kesadaran yang artinya abstrak. Kesadaran dalam bentuk fisikal saja yang dapat dianalisis dan ditemukan unsur-unsur strukturnya.
3. Penelitian terhadap tingkah laku merupakan pokok persoalan yang dikaji oleh psikologi sebagaimana dianjurkan oleh John B. Watson, yang pada awal tahun 1900 berpendapat bahwa tingkah laku merupakan satu-satunya hal yang dapat diteliti dalam psikologi.
4. Faktor-faktor eksternal dalam konteks behaviorisme merupakan rangsangan yang dapat diikutsertakan, tetapi bukan merupakan tingkah laku yang sejatinya.
5. Jiwa dalam arti yang sesungguhnya adalah insting. Kesadaran substansiat yang menjadi rujukan utama adanya tingkah laku yang sebenarnya. Sebab, semua bentuk tingkah laku yang meskipun sudah dirangsang oleh pengaruh eksternal tetap harus dikembalikan pada sifat bawaannya.
6. Melalui penelitian B.F. Skinner, berbagai stimulasi yang memunculkan adanya respons dalam bentuk tingkah laku dipelajari oleh psikologi, sedangkan bentuk upaya dan modifikasi untuk mempertahankan tingkah laku bukan merupakan kajian psikologi karena semuanya merupakan pengaruh eksternal terhadap tingkah laku yang sesungguhnya.

Beberapa tokoh behaviorisme yang terkenal adalah:
• John B. Watson (1878-1958). Watson merupakan ahli matematika dan filsafat dari Univesrsitas Chicago. la merupakan direktur laboratorium di John Hopkins University. Teorinya yang terkenal adalah teori tentang stimulus-respons. Stimulus adalah semua objek di lingkungan termasuk perubahan jaring-jaring tubuh. Respons adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi.
• B.F. Skinner (1904-1990). Pandangan-pandangan Skinner diterbitkan dalam karyanya The Behaviour of Organism dan kemudian dijabarkan dalam Science and Human Behaviour. Satah satu pandangan pentingnya mengenai aliran behaviorisme adalah asumsinya mengenai perilaku. Perilaku yang muncul diperkuat oleh adanya positive reinforcers (penguatan positif) dan ketiadaan negative reinforcers (penguatan negatif). Penguatan positif adalah meningkatnya respons karena adanya stimulus yang dibutuhkan dan sangat menyenangkan, sedangkan penguatan negatif adalah peningkatan tingkah laku dalam menghindarkan kemudaratan.


Friday 18 December 2015

Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekata n fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme.
Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatisme sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analitis, yang berpusat kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki rnacam-macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, J.RAnggell dan James Mc.Keen Cattell.
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya, Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa bagian yang sating berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, iubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam Kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam <ehidupan. Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan sosial.
Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, peresepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Drevere (1988) menyebutkan fungsionalisme sebagai suatu jenis psikologi yang menggaris bawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan organisme itu, dan bukan menggambarkan atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan atau suatu psikologi yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari sudut pandang statis. Aliran psikologi ini pada intinya merupakan doktrin bahwa proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas, berpikir, beremosi, memersepsi, dan menginderai adalah aktivitas-aktivitas atau operasi-operasi dari sebuah organisme dalam hubungan fisiknya dengan sebuah lingkungan fisik dan tidak dapat diberi eksistensi yang penting. Yang menjadi minat aliran fungsionalisme adalah tujuan dari suatu aktivitas. Tokoh aliran ini adalah Wiliam James, James R. Angel, dan John Dewey.
1. Willliam James (1842-1910).
Menurut James, psikologi tidak dapat membuktikan bebasnya kemauan. Bila psikologi bekerja sama dengan determinisme, dapatlah is melokalisasi sesuatu "pilihan bebas". Akan tetapi, psikologi tidak dapat menggunakan konsep itu begitu saja, karena konsep itu (determinisme) adalah hipotesis yang bekerja di belakang sains dan merupakan bagian dari pengetahuan agama. Karya psikologi yang dianggap pionir yang terbit pada tahun 1890, Principle of Psychology. Selama tahun 1890an, ia menerbitkan banyak tulisan yang bercorak pragmatic dan karya psikologi yang memusatkan perhatian pada pahamnya itu. Dengan penekanan pada peranan fungsional pada kesadaran, James merasa bahwa metode introspeksi dari strukturalisme terlatu membatasi, untuk mengetahui bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungannya. Pendukung fungsionalis berpendapat bahwa data yang berasal dari introspeksi harus dilengkapi dengan observasi peritaku aktual, termasuk penelitian peritaku. Jadi, fungsionalisme memperluas lingkup psikologi dengan mencakup perilaku sebagai variabel dependen. Namun, dengan munculnya strukturalisme, fungsionalisme masih , menganggap • psikotogi sebagai ilmu pengetahuan pengalaman sadar dan metode penelitian utama sebagai introspeksi.
 
2. James Rowland Angell (1869-1949). Betiau menjelaskan tiga macam pandangannya terhadap fungsionalisme:
a. Fungsionalisme adalah psikologi tentang mental operation sebagai lawan dari psikotogi tentang elemen-elemen mental (elementisme):
b Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar dari kesadaran, yang jiwa merupakan perantara antara kebutuhan-kebutuhan organisme dan lingkungannya, khususnya dalam keadaan "emergency (teori "emergency dari kesadaran).
c. Fungsionalisme adalah psikofisik, yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri atas jiwa dan badan. Oleh karena itu, ia menyangkut juga hal-hal dibalik kesadaran, seperti kebiasaan, tingkah laku yang setengah disadari, dan sebagainya.
3. John Dewey (1859-1952)


Sebagai seorang ahli filsafat, pandangan-pandangan psikologi Dewey banyak dipengaruhi ahli filsafat. la merupakan orang pertama yang menulis buku karangan ash mengenai psikologi datam bahasa Inggris (bukan terjemahan dari bahasa Jerman) pandangan filsafatnya adatah "manusia yang berpikir tentang perubahan". la menentang pendapat bahwa manusia sebaiknya pasif dan membiarkan segala sesuatu di sekitarnya sebagai mana adanya. Yang penting untuk digaris bawahi di sini yakni, baik atiran strukturatisme maupun fungsionatisme, keduanya memiliki peranan penting datam perkembangan psikologi awat. Karena masing-masing sudut pandangan memberikan pendekatan terhadap psikologi, dua atiran itu dianggap sebagai atiran psikologi yang berkompetisi.

Blog Archive

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget