Sunday 27 December 2015

Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan, dan mood kita saat ini. Manusia cenderung beroperasi di bawah bias-bias tertentu ketika membentuk kesan tentang orang lain. Contohnya, ketika cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpakaian rapi sebagai orang baik (baik hati, dermawan, pintar, atau menyenangkan) daripada orang yang pakaiannya berantakan.
Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut dengan efek halo. Di sisi lain, kita juga bisa menilai orang yang berpakaian tidak rapi, mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan, serta cara bicara yang apa adanya sebagai orang yang tidak baik, sembarangan, atau tidak berpendidikan. Apa yang ditampilkan orang lain secara fisik memengaruhi cara kita menilai aspek psikologisnya. Meskipun kecenderungan ini tidak serta-merta memberikan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang orang lain, orang-orang cenderung mempertahankannya sebab setiap orang membutuhkan pegangan dan petunjuk tentang siapa orang lain yang sedang dihadapinya.
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan-penyimpulan dari tanda-tanda nonverbal.


Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku nonverbal dan verbal, kita membentuk kesan-kesan tentang orang lain. Kita bisa mendapat kesan apakah orang lain yang kita temui ramah, baik hati, judes, pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya. Kesan-kesan itu tidak kita kenali secara sendiri-sendiri, melainkan kita perbandingkan satu sama lain untuk mendapatkan kesan yang lebih menyeluruh tentang orang lain. Asch (1946) menunjukkan bahwa orang melakukan persepsi terhadap sifat-sifat dalam hubungannya satu sama lain, sehingga sifat-sifat itu dipahami sebagai bagian yang terintegrasi dengan kepribadian orang yang memilikinya. Sekali kita membentuk kesan tentang orang lain, kita cenderung tidak suka mengubahnya bahkan jika kita menemukan fakta yang bertentangan dengan kesan itu. Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi. Dalam proses persepsi sosial, atribusi merupakan langkah awal dari pembentukan kesan. lstilah atribusi secara umum merujuk pada proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain dan sekaligus memperoleh pengetahuan tentang sifat-sifat serta disposisi-disposisi yang menetap pada orang lain (lihat di antaranya Heider, 1958; Jones & Davis, 1965; Kelley, 1972; Graham & Folkes, 1990; Read & Miller, 1998). 

1 comment:

Blog Archive

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget