Thursday, 17 December 2015

Seperti tetah dikemukakan di atas metode tertua atau metode yang pertama-tama digunakan datam lapangan psikologi adalah spekulasi. Akan tetapi, akibat perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan psi-kologi pada khususnya akhirnya metode ini ditinggatkan, dan dirintislah metode baru yang mendasarkan atas pengataman-pengataman atau empiris.
Penentuan sesuatu metode merupakan hat yang penting setelah penentuan objek yang akan dipelajari. Dari segi metode akan terlihat ilmiah tidaknya sesuatu penyetidikan itu. Dalam kesempatan ini akan dikemukakan metode-metode yang digunakan datam lapangan psikologi empiris.
Ternyata, psikologi juga menerapkan metode-metode yang digunakan oleh ilmu-ilmu lain, tetapi sudah barang tentu disesuaikan dengan keadaan objeknya itu sendiri. Pada dasarnya, metode penyelidikan dapat dibedakan atas dua bagian yang besar, yaitu metode longitudinal dan cross-sectional.
a. Metode Longitudinal.
Metode ini merupakan metode penyelidikan yang membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai sesuatu hasil penyelidikan. Dengan metode ini penyelidikan dilakukan hari demi hari, bulan demi butan, malahan mungkin tahun demi tahun. Karena itu, bila dilihat segi perjalanannya, penyelidikan ini bersifat vertikal. Sebagai contoh, metode yang ditempuh di dalam penyelidikan tentang perkembangan anak. Hasil pengamatan dicatat hari demi hari, butan demi bulan dan tahun demi tahun. Hasil tersebut dikumpulkan dan diolah kemudian ditarik kesimpulan. Sudah barang tentu dengan mengutamakan metode penyelidikan ini penyelidik membutuhkan waktu yang lama, kesabaran serta ketekunan.

b. Metode Cross-Sectional.
Metode ini merupakan suatu metode penyelidikan yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama di dalam mengadakan penyelidikan. Dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan bahan yang banyak. Jadi, kalau dilihat jalannya, penyelidikan ini berlangsung secara horizontal. Sebagai contoh penyelidikan dengan menggunakan kuesioner merupakan penyelidikan yang bersifat cross-sectional.
Sudah barang tentu penyelidikan ini dapat berlangsung secara cepat, tetapi pada umumnya kurang mendalam. Karena itu, untuk mengatasi kekurangan di satu pihak dan mengambil keunggulannya di lain pihak, kedua metode ini sering digabungkan.
Di samping metode yang tersebut di atas, dalam penyelidikan psikologi digunakan pula metode eksperimental dan noneksperimental. Dengan metode eksperimental, penyelidik dengan sengaja menimbulkan keadaan yang ingin diselidiki, dan hal ini berbeda dengan yang noneksperimental. Dalam penyelidikan yang noneksperimental, penyelidik mencari atau menunggu sampai dijumpai keadaan atau situasi yang ingin diselidiki, yakni mencari situasi yang ada dalam keadaan wajar natural). Untuk lebih terperinci akan dikemukakan metode-metode yang digunakan dalam lapangan psikologi sebagai oerikut:
 1. Metode introspeksi. Arti kata introspeksi adalah melihat ke dalam (intra = ke dalam dan speksi dari spektare = melihat). Metode ini merupakan suatu metode penyelidikan dengan melihat peristiwa-peristiwa kejiwaan ke dalam dirinya sendiri. Metode introspeksi ini dapat eksperimental dan dapat pula noneksperimental. Sudah barang tentu penyelidikan ini dijalankan dengan penuh kesadaran dan secara sistematik menurut norma-norma penyelidikan ilmiah. Tetapi, dalam penyelidikan ini, yang menjadi objek adalah dirinya sendiri, maka metode ini mengandung kelemahan-kelemahan. Kelemahan pokok yang sering dikemukakan terhadap metode ini yakni metode ini bersifat subjektif, karena orang sering tidak jujur dalam mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri, apalagi mengenai hal-hal yang tidak baik. Karena itu dengan metode ini sukar untuk mencapai segi objektivitas, padahal segi objektivitas dituntut oleh ilmu pengetahuan. Sekalipun metode introspeksi merupakan metode yang mengandung kelemahan, tetapi metode ini sangat besar artinya dalam lapangan psikologi. Banyak peristiwa kejiwaan dapat dimengerti yang didasarkan atas keadaan dirinya sendiri, dan juga banyak yang dapat dicapai dengan metode introspeksi. Karenanya, sekalipun metode introspeksi mempunyai kelemahan, tetapi pada umumnya masih dipertahankan di samping mencari jalan untuk mengatasi segi subjektivitas dari metode ini. Karena itu, kemudian timbul metode lain yang menggabungkan metode introspeksi dengan metode eksperimen yaitu yang dikenal dengan metode introspeksi eksperimental.
2. Metode introspeksi eksperimental. Seperti telah dikemukakan di atas metode ini merupakan penggabungan metode iritrospeksi dan eksperimen. Dengan jalan eksperimen, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode introspeksi murni banyak dari penyelidik yang menjadi objek. Tetapi pada introspeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang-orang yang dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya subjek penyelidikan hasilnya akan lebih bersifat objektif.
3. Metode ekstrospeksi. Arti kata ekstrospeksi adalah melihat keluar (extro = keluar, speksi dari spektare = melihat). Metode ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi. Pada metode ekstrospeksi subjek penyelidikan bukan dirinya sendiri tetapi orang lain. Dengan demikian, diharapkan adanya sifat yang objektif dalam penyelidikan itu. Namun metode ekstrospeksi sebenarnya juga -berdasarkan atas metode introspeksi. Orang akan dapat mengatakan atau menyimpulkan yang terjadi pada orang lain, juga berdasarkan atas keadaan dirinya sendiri. Orang dapat mengatakan seseorang dalam keadaan susah, dalam keadaan gembira, tergesa-gesa dan sebagainya karena bila is sendiri berada dalam keadaan demikian tentu mengalami hal-hal yang demikian itu. Dengan demikian, kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi sedikit banyak juga akan terdapat pada metode ekstrospeksi.
4. Metode kuesioner. Kuesioner atau sering pula disebut angket merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari penyelidikan tersebut. Dengan angket orang akan dapat memperoleh fakta atau pun opini (opinions). Pertanyaan dalam angket bergantung kepada maksud serta tujuan yang ingin dicapai. Hai ini akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk pertanyaan angket itu. Pada garis besarnya angket terdiri dari dua bagian yang besar, yaitu:
1. Bagian yang mengandung data identitas.
2. Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin memperoleh jawabannya.
Pertanyaan itu ada beberapa macam bentuk atau jenis yang sekaligus memberikan bentuk atau jenis angket, yaitu:
a) Pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu bentuk pertanyaan di mana orang yang dikenai angket (responden) tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut. Jadi, jawabannya telah terikat, responden tidak dapat memberikan jawaban seluas-luasnya, yang mungkin dikehendaki oleh responden yang bersangkutan. Bentuk angket yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang demikian coraknya disebut angket yang tertutup (closed questionnaire). Biasanya, kalau persoalannya telah jelas dipakai angket bentuk ini.

b) Pertanyaan terbuka (open questions), yaitu bentuk pertanyaan di mana responden masih diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan jawaban. Angket yang mengandung pertanyaan semacam ini disebut angket terbuka (open questionnaire). Pada umumnya, bila akan mendapatkan opini dipakai angket bentuk ini.
c) Pertanyaan terbuka dan tertutup, yaitu campuran dari kedua macam pertanyaan tersebut di atas. Angket yang mengandung pertanyaan-pertanyaan tersebut disebut angket terbuka tertutup (open and closed questionnaire).
Jika angket ditihat dari cara orang memberikan informasi, angket dapat dibedakan dua jenis, yaitu angket tangsung dan angket tidak tangsung.
a) Angket langsung. Angket tangsung yaitu angket yang diberikan kepada subjek yang dikenai, tanpa menggunakan perantara. Jadi penyelidik tangsung mendapatkan bahan dari sumber pertama (first resource).
b) Angket tidak langsung. Angket tidak langsung yaitu angket yang men.ggunakan perantara dalam menjawab. Jawaban-jawaban tidak langsung didapatkan dari sumber pertama, tetapi melalui perantara. Pada angket tidak langsung angket tidak diberikan langsung kepada subjek penyelidikan, tetapi diberikan kepada orang yang digunakan sebagai perantara.
Keuntungan metode angket antara lain:
a) Metode angket merupakan metode yang praktis, dari jarak jauh metode ini dapat digunakan. Penyelidik tidak perlu langsung datang di tempat penyelidikan.
b) Dalam waktu yang singkat dapat dikumpulkan data yang relatif banyak. Di samping itu, tenaga yang digunakan sedikit, sehingga dari segi ini merupakan metode yang hemat.
c) Orang dapat menjawab leluasa, sehingga tidak dipengaruhi oleh orang-orang lain. Orang akan lebih terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Tetapi, di samping keuntungan-keuntungan tersebut di atas, angket juga mempunyai segi-segi kelemahan, antara lain:
a) Karena penggunaan angket penyelidik mungkin tidak dapat langsung berhadapan muka dengan yang diselidiki, maka bila ada hal-hal yang kurang jelas, keterangan lebih lanjut sulit dapat diperoleh.
b) Dalam angket pertanyaan-pertanyaan telah disusun demikian sehingga pertanyaan-pertanyaan tidak dapat diubah disesuaikan dengan situasinya.
c) Biasanya angket yang telah diketuarkan tidak semua dapat kembali. Hal ini harus diperhitungkan bila mengadakan penyelidikan menggunakan angket.
d) Kesalahan dalam pelaksanaan (misalnya, sugestif), kurang terangnya pertanyaan-pertanyaan, menyebabkan kurang validnya bahan yang diperoleh.
5. Metode interview.
Interview merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Kalau pada angket pertanyaan-pertahyaan diberikan secara tertulis, maka pada interview pertanyaan-pertanyaan diberikan secara lisan. Karena itu antara interview dan angket terdapat hat-hal yang sama di samping adanya perbedaan-perbedaan. Baik angket maupun interview kedua-duanya menggunakan pertanyaan-pertanyaan, tetapi berbeda dalam penyajiannya. Kalau kedua metode itu dibandingkan maka pada interview terdapat keuntungan-keuntungan di samping ketemahan-ketemahan.

Keuntungan-keuntungannya antara lain adalah:
a) Pada interview, hal-hal yang kurang jelas dapat diperjelas, sehingga orang dapat mengerti apa yang dimaksudkan. Keadaan ini tidak terdapat pada angket.
b) Pada interview, penginterview dapat menyesuaikan dengan keadaan yang diinterview. Pada angket keadaan ini tidak mungkin.
c) Dalam interview, ada hubungan yang langsung (face to face), yang diharapkan dapat menimbulkan suasana hubungan yang balk, dan ini akan memberikan bantuan dalam mendapatkan bahan-bahan.
Sedangkan kelemahan-kelemahannya antara lain:
a) Penyelidikan dengan interview kurang hemat, baik dalam soal waktu maupun tenaga, sebab dengan interview membutuhkan waktu yang lama.
b) Pada interview dibutuhkan keahtian, dan untuk memenuhi ini dibutuhkan waktu untuk mendapatkan didikan atau latihan yang khusus.
c) Pada interview bila telah ada prasangka (prejudice), maka ini akan mempengaruhi interview, sehingga hasilnya tidak objektif.
6. Metode biografi. Metode ini merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup. Dalam biografi, orang menguraikan tentang keadaan, sikap-sikap ataupun sifat-sifat lain mengenai orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, biografi juga dapat merupakan sumber penyelidikan dalam lapangan psikologi. Misalnya, biografi ibu Kartini, Mahatma Gandhi, Ki Hadjar Dewantara dan sebagainya. Metode ini, di samping mempunyai keuntungan, juga mempunyai kelemahan, yaitu bahwa metode ini kadang-kadang bersifat subjektif, dalam arti menurut pandangan yang membuat biografi itu. Misalnya, bila orang yang membuat itu sepaham, maka sudah barang tentu orang dalam membuat biografi akan dipengaruhi oleh sudut pandangannya, lebih-lebih dalam pembuatan otobiografi (biografi diri sendiri).
7. Metode analisis karya. lni merupakan suatu metode penyelidikan dengan mengadakan analisis dari hasil karya. Misalnya, antara lain tentang gambar-gambar, karangan-karangan yang telah dibuat, karya-karya ini merupakan pencetusan dari keadaan jiwa seseorang. Dalam hal ini, termasuk juga buku harian seseorang.
8. Metode klinis. Metode ini mula-mula timbul dalam lapangan klinik untuk mempelajari keadaan orang-orang yang jiwanya menyimpang (abnormal). Pada umumnya, metode ini digunakan oleh para ahli psikologi. Kelemahannya metode ini seakan-akan memberikan kesan bahwa subjeknya orang-orang yang jiwanya tidak normal, sehingga hasil yang dicapai kurang menggambarkan keadaan jiwa pada umumnya.
9. Metode testing. Metode ini merupakan metode penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas lain yang telah distandardisasikan. Dilihat dari caranya, orang mengerjakan tes seakan-akan seperti eksperimen, namun kedua metode ini berbeda. Pada eks-perimen, orang dengan sengaja menerapkan treatment atau perlakuan dan ingin mengetahui efek dari treatment tersebut. Pada tes ini, orang ingin mengetahui kemampuan-kemampuan ataupun sifat-sifat lain dari testee (orang yang dites). Yang terpenting dalam tes adalah adanya standardisasi di mana ini tidak terdapat dalam eksperimen. Metode tes mulai terkenal setelah hasil kerja dari Binet. Pada tahun 1904, Binet mendapatkan tugas dari pemerintah Prancis (yang mengurusi bidang pendidikan dan pengajaran) untuk mengadakan penyelidikan terhadap anak-anak yang mengalami kelambatan dalam pelajaran bila dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Berdasarkan atas hasil penyelidikan Binet, anak-anak yang tidak dapat mengikuti pelajaran seperti anak-anak yang lain, ternyata mereka itu kurang normal. Penyelidikan kemudian dilanjutkan bersama-sama dengan Simon, hingga akhirnya hasil penyelidikan itu terkenal dengan tes-inteligensi Binet-Simon. Sumbangan utama dari Binet adalah dalam hal merintis dan menentukan standar-standar pertanyaan, yaitu pertanyaan yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan tingkat umur masing-masing. Standar ini berdasarkan atas keadaan anak yang normal, sehingga dengan demikian, bila pertanyaan itu diajukan kepada anak dengan umur tertentu maka pertanyaan itu akan dapat dijawab oleh anak-anak yang normal. Tes Binet kemudian disempurnakan lebih lanjut oleh ahli-ahli antara lain oleh Stem, Terman Merril dan sebagainya. Salah satu revisi yang terkenal adalah dari Terman yang dipakai di Amerika. Karena Terman adalah mahaguru di Stanford University, maka revisinya terkenal dengan Stanford Revision, dan sering disebut tes inteligensi Stanford-Binet. Di camping tes Binet-Simon, masih banyak lagi tes-tes yang lain, misalnya tes Rorschach, tes Kraeplin, tes T.A.T. dan sebagainya. Dengan demikian, ada macam-macam tes yang kesemuanya dapat digunakan untuk mengadakan penyelidikan dalam lapangan psikologi.
Tes dapat dibedakan atas bermacam-macam jenis, yaitu:
a) Menurut banyaknya orang yang dites, tes dapat dibedakan atas:
1) Tes perorangan atau juga disebut tes individual, yaitu tes yang diberikan secara perorangan. Misalnya, tes Binet, tes Rorschach, dan tes Wechsler.
2) Tes kelompok, yaitu merupakan tes yang. diberikan secara kelompok, misalnya Army Alpha dan Army Betha Test, Army General Classification Test (AGeT), dan tes SPM. b) Berdasarkan atas peristiwa-peristiwa kejiwaan yang diselidiki, maka tes dapat dibedakan atas:
- Tes pengamatan.
- Tes perhatian.
- Tes ingatan.
- Tes inteligensi, dan sebagainya.
c) Berdasarkan atas caranya orang menjawab atau mengerjakan, maka tes dapat dibedakan:
1) Tes bahasa (verbal test), yaitu tes di. mana testee (orang yang dites) dalam mengerjakan tes menggunakan bahasa. Misalnya tes Binet, tes Rorschach, dan tes T.A.T.
2) Tes peraga (performance test), yaitu tes di mana testee dalam mengerjakan tes tidak perlu menggunakan bahasa, cukup dengan perbuatan-perbuatan, misalnya menyusun, menggambar dan sebagainya. Misalnya, tes dari William Healy, tes SPM, dan tes Goodenough.
Di samping itu, bila tes digunakan .untuk menyelidiki tentang bakat seseorang, tes itu disebut aptitude test atau tes bakat. Kalau tes digunakan untuk mengetahui tentang kecepatan orang mengerjakan sesuatu, tes itu disebut speed test atau tes kecepatan. Sedangkan kalau tes digunakan untuk mengetahui power atau kemampuan seseorang, maka tes itu disebut sebagai power-test Kalau tes digunakan untuk mengetahui sampai di mana kemampuan individu di dalam mengadakan performance terhadap sesuatu training atau sesuatu yang telah pernah diterimanya, maka tes ini disebut achievement test Tes sebagai metode penyelidikan, di samping mempunyai keuntungan, juga terdapat kelemahan. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah dengan menggunakan tes orang dapat mengetahui gambaran atau keadaan dari orang yang dites, sudah memberikan ancer-ancer yang sedikit banyak telah berguna dalam menentukan langkah-langkah lebih lanjut. Sedangkan keberatan yang sering dikemukakan, yakni tes terikat kepada kebudayaan dari mana asal tes itu. Berhubung dengan kelemahan ini maka orang kemudian mencari atau menciptakan tes yang sedikit banyak ingin mengurangi atau bahkan menghilangkan kelemahan ini yaitu dengan menciptakan tes yang bebas dari ke-budayaan. Tes performa merupakan usaha untuk mengatasi terikatnya tes terhadap unsur kebudayaan. Karena itu, performance test diharapkan merupakan tes yang lebih bebas dari kebudayaan bila dibandingkan dengan tes-verbal. 10. Metode statistik. Pada umumnya metode statistik digunakan untuk mengadakan penganalisaan terhadap materi atau data yang telah dikumpulkan dalam suatu penyelidikan. Untuk memberikan gambaran yang dimaksud dengan statistik baiklah disajikan apa yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1979: 1) sebagai berikut: "Kata statistik telah digunakan untuk membatasi cara-cara iimiah untuk mengumpulkan, menyusun, meringkas, dan menyajikan data penyelidikan. Lebih lanjut statistik merupakan cara untuk mengolah data tersebut dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang teliti dan keputusan-keputusan yang logis dari pengolahan data tersebut (batasan umum). Khusus untuk keperluan-keperluan riset, seperti yang telah beberapa kali disinggung di atas, fungsi dan peranan statistik digambarkan oleh Guilford sebagai berikut:
1. Statistik memungkinkan pencatatan secara paling eksak data penyelidikan.
2. Statistik memaksa penyelidik menganut tata-pikir dan tata kerja yang pasti dan tepat.
3. Statistik menyediakan cara-cara meringkas data ke datam bentuk yang tebih banyak artinya dan tebih gampang mengerjakannya.
4. Statistik memberi dasar-dasar untuk menarik konklusi-konklusi melalui proses-proses yang mengikuti tata yang dapat diterima oteh ilmu pengetahuan.
5. Statistik memberi landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana sesuatu gejata akan terjadi datam kondisi-kondisi yang telah diketahui.

6. Statistik memungkinkan penyelidik menganalisa, menguraikan sebab-akibat yang kompteks dan rumit, yang tanpa statistik akan merupakan peristiwa yang membingungkan, kejadian yang tak teruraikan.

2 comments:

Blog Archive

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget