Friday 11 December 2015

a. Psikologi Asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir itu tidak lain daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hokum asosiasi. Aliran psikologi asosiasi berpendapat bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-tanggapan. Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua akti-vitas kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan, keinginan dan berpikir, semua berasal/terjadi karena bekerjanya tanggapan-tanggapan. Keaktifan pribadi manusia itu sendiri diabaikannya. Pendapat inilah yang kemudian menimbulkan pendidikan dan pengajar-an yang bersifat intelektualistis dan verbalistis. Tokoh yang terkenal dalam aliran ini ialah John Locke (1632-1704) dan lierbart (1770-1841). Dengan adanya eksperimen-eks-perimen yang dilakukan oleh para ahli psikologi kemudian, pendapat aliran ini tidak dapat dipertahankan lagi. 
b. Aliran Behaviorisme : berpendapat bahwa "berpikir" adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan "buah pikiran". Jadi menurut Behaviorisme "berpikir" tidak lain adalah berbicara. Jika pada psikoiogi asosiasi yang merupa-kan unsur-unsur yang paling sederhana dalam kejiwaan manu-sia adalah tanggapan-tanggapan, maka pada behaviorisme unsur yang paling sederhana itu adalah refleks. Refleks adalah gerakan/reaksi tak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari luar. Semua keaktifan jiwa yang lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan dan berpikir, dikembalikannya kepada refleks-refleks. Dalam penyelidikannya terhadap tingkah laku manusia, Behaviorisme hanya mau tabu soal tingkah laku luar (badaniah) saja. Gejala-gejala psikis yang mungkiri terjadi adalah akibat dari adanya gejala-gejala/perubahan-perubahan jasmaniah sebagai reaksi terhadap perangsang-perangsang tertentu. Itulah sebabnya maka menurut kaum Behavioris (W. James) "orang tidak menangis karena susah, tetapi orang susah karena menangis". Juga J.B. Watson, se-orang behavirois yang lebih radikal lagi mengatakan bahwa: Bahasa ialah gerak-gerak yang tertentu dari pangkal teng-gorok dan bagian-bagian mulut lainnya, dan bunyi yang di-akibatkannya. Senyum adalah gerak-gerak tertentu dari cuping hidung dan sudut mulut disertai kerlipan mata.
Tentu saja terhadap pendapat Behaviorisme banyak yang tidak dapat menyetujuinya. Manusia bukan sekedar mesin reaksi seperti robot yang hanya bertindak dan berbuat jika ada perangsang dari luar. Demikian pula terhadap pen-dapatnya tentang berpikir, kita tidak dapat menyetujuinya. Memang ada benarnya, bahwa kadang-kadang dalam pekerja-an berpikir dapat dilihat/didengar adanya berbicara. Tetapi pendapat seperti itu dapat dibantah dengan adanya kenyata-an, bahwa orang dapat bersenandung sambil berpikir tentang sesuatu. Kita memandang berpikir sebagai aktivitas rohani yang sebenarnya, yang kadang-kadang memang dapat juga disertai gejala-gejala jasmani. Gejala-gejala jasmani hanya merupakan penampakan turut aktifnya dalam situasi ber-pikir, seperti halnya orang tegang ototnya bila ada pemusatan pikiran. Tetapi gejala-gejala jasmani yang demikian itu tidak termasuk hal yang esensial dalam keaktifan berpikir.
c. Psikologi Gestalt memandang bahwa gestalt yang teratur mempunyai peranan yang besar dalam berpikir. Psikologi Gestalt berpendapat bahwa proses berpikirpun seperti proses gejala-gejala psikis yang lain — merupakan suatu kebulatan. Berlainan dengan Behaviorisme, maka penganut Psikologi Gestalt memandang berpikir itu merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indra kita. Proses berpikir itu dilukiskan sebagai ber-ikut: "Jika dalam diri seseorang timbul suatu masalah yang harus dipecahkan, terjadilah lebih dahulu suatu skema/bagan yang masih agak kabur-kabur.
Bagan itu dipecahkan dan di-banding-bandingkan dengan seksama. Bagian gestalt dalam bagan itu diafnati benar-benar. Orang mencari bagian-bagian yang belum tampak dalam kebulatan yang dihadapinya. Kemudian sekonyong-konyong anggota-anggota/bagian yang dicarinya itu muncul, sehingga tak terasa kekosongan lagi. Apa yang dicarinya telah diketemukan. Masalah yang dihadapi terpecahkan.
d. Sehubungan dengan pendapat para ahli psikologi Gestalt itu, maka ahli-ahli psikologi sekarang sependapat bahwa proses berpikir pada taraf yang tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) Timbulnya masalah, kesulitan yang hams dipecahkan,
2) Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang dianggap ada sangkut pautnya dengan pemecahan masalah,
3) Taraf pengolahan atau pencernaan, fakta diolah dan di-cernakan,
4) Taraf penemuan atau pemahaman; menemukan cara me-m ecahkan masalah,
5) Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pe-mecahan.

Perlu dingat, bahwa jalannya berpikir itu ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Suatu masalah yang sama, mungkin menimbulkan adanya pemecahan yang berbeda-beda pada tiap orang. Sehingga hasilnya pun kemungkinan berbeda pula. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalan-nya berpikir itu antara lain ialah bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah itu, situasi yang sedang dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-peng-alaman orang itu, dan bagaimana kecerdasan orang tersebut. 

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget