A. FAKTOR-FAKTOR
DAYA TARIK INTERPERSONAL
Keinginan untuk
melakukan kontak dengan orang lain pada umumnya dilandasi oleh adanya imbalan
sosial yang diperoleh individu jika berhubungan dengan orang lain.
Faktor awal
dalam proses ketertarikan adalah kita menjadi kenal dengan orang-orang yang
mengalami kontak dengan kita, respons awal kita (terhadap penampilan misalnya)
yang seringkali merupakan akibat dan resaksi emosional kita, kemiripan itu
penting dan interaksi yang menyenangkan sangatlah penting. Kita dapat melakukan
analisa terhadap fenomena ini dan dua hal yaitu perbandingan sosial (social
comparison) dan dukungan emosional (emotional support). Berdasarkan analisa
perbandingan sosial kita membutuhkan orang lain sebagai standar untuk
mengevaluasi perilaku kita, sedangkan hubungan dengan orang lain akan
memberikan dukungan emosional dalam bentuk perhatian dan kasih sayang.
Selain dua tipe
ganjaran (social reward) yang utama yang dapat diberikan orang lain terhadap
din kita, hubungan dengan orang lain dapat memberikan tambahan ganjaran lainnya
yaitu dapat memberikan perasaan positif yang dihubungkan dengan kedekatan
(keintiman) hubungan antar pribadi, persahabatan, afeksi, komunikasi dan cinta.
Kedua, orang
lain dapat memberikan berbagai tipe perhatian kepada kita dalam bentuk
penghargaan, pengakuan, status dan sebagainya.
Sementara itu
dan pendapat Henry Murray dan David McClelland serta McAdam (dalam Dayakisni,
2006:157) terdapat dua motif sosial yang mendorong seseorang untuk melakukan
hubungan dengan orang lain yaitu:
a. Need
ofAffiliation (kebutuhan untuk berafiliasi) adalah keinginan untuk membentuk
dan mempertahankan beberapa hubungan interpersonal yang memberi ganjaran.
b. Need of
Intimacy (kebutuhan untuk berhubungan intim) yaitu memilih hubungan yang
hangat, dekat dan komunikatif.
Selain kedua
kebutuhan diatas terdapat pula kebutuhan untuk stimulasi positif (need for
positive stimulation), kebutuhan akan perhatian (need for attention), kebutuhan
akan dukungan sosial (need for social support) dan kebutuhan akan perbandingan
sosial (need for social comparison) (Baron & Byrne, 2004: 277-278).
Kebutuhan
afiliasi yang tinggi mendorong perilaku sosial yang aktif dan terkendali
(controlling social behaviour) dengan penekanan pada keleluasaan dan kuantitas
hubungan sosial. Sedangkan kebutuhan untuk melakukan hubungan intim mendorong
perilaku sosial yang lebih pasif dan kurang terkendali dengan penekanan pada
kedalaman dan kualitas hubungan sosial.
Brehn dan Kassin
(1993) menyatakan bahwa istilah daya tank interpersonal digunakan untuk merujuk
secara khusus keinginan seseorang untuk mendekati orang lain (dalam
Dayakisni,2006:158). Sedangkan Bringham (1993) menyatakan bahwa daya tarik
interpersonal adalah kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok
secara positif, untuk mendekatinya dan untuk berperilaku secara positif
kepadanya. Pembahasan tentang faktor-faktor yang menentukan daya tarik
interpersonal ini sangat penting karena mempengaruhi reaksi pada tahap awal
pertemuan hubungan dengan orang lain. Pada dasarnya faktor-faktor yang
mendukung daya tarik inter-personal dapat dibedakan dalam konteks personal dan
situasional. Faktor personal adalah faktor-faktor yang berasal dan
karakteristik pribadi kita. Misalnya sesuatu yang menyebabkan individu tertarik
pada saat tertentu dengan orang lain adalah karena pada saat itu suasana hati
(mood) yang bersangkutan sedang kesepian. Sedangkan faktor sisituasional adalah
berasal dari sifat-sifat obyektif (karakteristik) persona stimuli. Misalnya
yang menyebabkan individu satu tertarik kepada individu yang lain adalah karena
yang bersangkutan berwajah tampan atau cantik.
Pada umumnya
beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam menentukan daya tank
interpersonal adalah:
a. Kesamaan (similarity)
Kita cenderung
menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, minat, nilai, latar belakanga
dan kepribadian. Mengapa kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu daya
tank interpersonal? Terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan dalam hal ini
yaitu:
• Menurut acuan
teori Konsistensi Kognitif dan Heider, jika kita menyukai orang lain kita ingin
mereka memilih sikap yang sama dengan kita. Hal ini supaya seluruh unsur
kognitif kita konsisten. Kita menjadi tidak nyaman ketika orang yang kita sukai
atau orang terdekat kita ternyata menyukai apa yang kita benci atau tidak
sukai.
• Persepsi
tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran dan perbedaan menimbulkan hal
yang tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita meneguhkan
kemampuan kita dalam menafsirkan realitas social. Orang yang mempunyai kesamaan
dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita
tentang kebenaran pandangan kita.
• Pengetahuan
bahwa orang lain adalah sama dengan kita, menyebabkan kita mengantisipasi bahwa
interaksi di masa datang akan positif dan memberi ganjaran.
• Kita cenderung
berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita dan
merekapun juga menjadi lebih kenal dengan kita.
Perbedaan
kepribadian dapat menjadi moderator bagi efek kesamaan ini. Kesamaan sebenarnya
akan mengurangi ketertarikan ketika orang memiliki konsep diri yang negatif.
Orang yang memiliki konsep diri rendah lebih tertarik dengan orang yang tidak
sama dengan mereka. Individu yang memiliki self monitoring rendah lebih
dipengaruhi oleh kesamaan sikap. Sedangkan high self monitors tertarik kepada
orang lain yang memiliki kesamaan pada aktivitas yang mereka sukai daripada
kesamaan dalam sikap dan nilai.
b. Kedekatan (proximity)
Pada penelitian
mengenai ketertarikan, orang cenderung menyukai mereka yang tempat tinggalnya
berdekatan. Persahabatan lebih mudah timbul diantara tetangga yang berdekatan.
Atau diantara mahasiswa yang berdekatan. Semakin dekat jarak fisik, semakin
besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang atau
mengalami repeated exposure. Repeated exposure adalah kontak yang terus menerus
dengan sebuah stimulus, dimana paparan berulang terhadap stimulus akan
berakibat pada evaluasi terhadap stimulus tersebut (Zajonc,1968 dalam Baron
& Byrne,2004:264). Apakah hal-hal yang membuat orang saling menyukai? Hal
tersebut antara lain:
• Kedekatan
biasanya meningkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan tetangga
sebelah kita daripada orang yang kita temui di luar lingkungan kita. Eksposur
yang berulang ini dapat meningkatkan rasa suka.
• Kedekatan
sering berkaitan dengan kesamaan.
• Orang yang
dekat secara fisik lebih mudah dijangkau daripada orang yang berada di tempat
yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian
interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial. Diperlukan
sedikit usaha untuk mengobrol dengan tetangga sebelah. Sebaliknya hubungan
jarak jauh membutuhkan waktu, perencanaan dan biaya yang relatif tinggi.
• Berdasarkan
teori konsistensi kognitif kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara
hubungan perasaan dan hubungan kesatuan kita. Secara lebih spesifik, kita
dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita dan untuk
mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai. Tinggal atau bekerja
berdampingan dengan orang lain yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan
psikologis, sehingga kita akan mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang
yang ada hubungannya dengan kita.
• Orang memiliki
harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat
dengannya. Hal ini menyebabkan is cenderung untuk menekankan aspek-aspek
positif dan meminimalkan aspek-aspek negatif dan hubungan itu sehingga hubungan
di masa datang akan lebih menyenangkan.
c. Keakraban (familiarity)
Semakin
seringnya kita berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita
terhadap orang tersebut. Sebagaimana basil penelitian Robert Zajonc tentang
efek terpaan (more exposure effect) dimana hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa orang akan mengembangkan perasaan positifpada obyek dan individu yang
sering mereka lihat (dalam Dayakisni, 2006:161). Mungkin hal ini bisa
dikutipkan dan ungkapan dalam bahasa Jawa "wiling tresno jalaran soko
kulino" (jatuh cinta karena sering atau terbiasa bertemu) dimana rasa
cinta tumbuh dan berkembang seiring intensitas keakraban yang terjalin antar
individu.
d. Daya Tarik Fisik
Ketika kita suka
— atau tidak suka- kepada seseorang pada pndangan pertama, reaksi ini
mengindikasikan bahwa sesuatu mengenai orang itu memunculkan afek positif atau
negative. Kemungkinan, reaksi semacam ini didasarkan pada pengalaman dimasa
lalu, stereotip, dan atribusi yang mungkin relevan atau tidak. Misalnya jika
seorang asing mengingatkan kita pada seseorang yang kita ketahui atau kita
suka, maka kita cenderung menyukainya, begitupun sebaliknya, ketika kita
memiliki stereotip terhadap kelompok tertentu maka kita cenderung tidak
menyukainya. Namun, reaksi terhadap karakteristik superficial terjadi cukup
sering, meskipun kadangkala tak masuk akal. Hal ini sebagian besar dipengaruhi
oleh daya tarik fisik (physical attractiveness). Dalam masyarakat kita biasanya
muncul stereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa segala sesuatu yang
cantik adalah baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sepintas seorang
individu akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan
kompetensi semata-mata berdasarkan penampilan. Penelitian Dion (dalam Baron
& Byrne, 2004:278) misalnya tentang penilaian wajah cantik, membuktikan
bahwa mereka cenderung dinilai akan lebih berhasil dalam hidupnya dan dianggap
memiliki sifat-sifat baik. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa
karangan orang yang dipandang cantik dinilai lebih baik daripada karangan
serupa yang dibuat oleh orang yang dipandang jelek. Orang cantik atau tampan
juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain dan biasanya
diperlakukan lebih sopan.
Salah sate
alasan mengapa daya tank fisik menjadi faktor yang penting adalah karena daya
tank fisik ini adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah
didapat. Jika informasi karakteristik personal lainnya seperti intelegensia
atau kebaikan hati tidak cepat tersedia clan kurang kurang menonjol. Hal
lainnya adalah kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkan harga din (radiating
beauty effect). Meskipun penampilan fisik mungkin juga akan berakibat negatif
artinya seseorang yang dikelilingi banyak wanita cantik mungkin akan menjadi
kurang menarik (sekalipun jika sendirian sebenarnya dia juga cantik dan
menarik) karena adanya proses pembandingan. Hal ini disebabkan oleh contrast
effect.
Daya tank fisik
sendiri dapat mempengaruhi kepribadian si pemiliknya. Kita dapat
mengidentifikasikan tiga faktor sosial yang berkaitan dengan daya tarik fisik
(dalam Dayakisni, 2006: 162-163) yaitu:
• Orang-orang
memiliki harapan yang berbeda tentang individu yang menarik penampilan fisiknya
dibandingkan dengan individu yang kurang atau tidak menarik.
• Orang-orang
yang secara fisik menarik menerima perlalcuan yang ber-beda dan lebih
mendapatkan keberuntungan dalam pertukaran sosial.
• Perlakuan yang
berbeda akan mengarahkan pada perbedaan kepribadi an dan ketrampilan sosial
(social skill) barangkali hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri (self-fulfilling prophecy).
• Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki daya tarik fisik cenderung
memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada anak yang kurang menarik fisiknya
serta cenderung kurang agresif dibandingkan anak-anak yang kurang menarik.
• Mereka yang
cenderung memiliki hubungan yang lebih baik, lebih asertif dan lebih percaya
diri.
Meskipun daya
tank fisik kuat, banyak orang yang tidak terlalu akurat dalam memperkirakan
bagaimana orang lain menilai penampilan mereka. Laki-laki (terutama), mempunyai
perkiraan yang lebih tentang daya tank mereka bagi orang lain. Masalahnya lebih
berat pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi beberapa orang baik
laki-laki maupun perempuan memberikan respons berupa kecemasan penampilan
(appearance anxiety). Kecemasan penampilan adalah pemahaman atau kekhawatiran
mengenai apakah penampilan fisiknya cukup menarik dan mengenai bagaimana
penilaian dari orang lain. Sebagai contoh mereka yang memiliki kecemasan
penampilan akan memiliki kepedulian yang berlebih-an mengenai bagaimana
seseorang dilihat, misalnya "saya merasa sebagian besar teman-teman saya
lebih meenarik secara fisik dibandingkan saya".
e. Kemampuan (ability)
Menurut teori
pertukaran sosial dan reinforcement, ketika orang lain memberi ganjaran atau
konsekuensi yang positif terhadap diri kita, maka kita cenderung ingin
bersamanya dan menyukainya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi
beberapa ganjaran (keuntungan) kepada kita. Mereka dapat membantu kita
menafsirkan kejadian-kejadian yang ada, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini
menyebabkan orang yang memiliki kompetensi, pintar, lebih disukai daripada yang
tidak memiliki kemampuan tersebut.
Suatu
perkecualian yang menarik adalah hasil telaahan Aronson, Willerman & Floyd
(dalam Dayakisni, 2006: 163-164) yang menemukan bahwa orang yang paling
disenangi justru orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan
beberapa kelemahan. la menciptakan empat kondisi eksperimental yaitu:
• Pertama, orang
yang memiliki kemagtpuan tinggi dan berbuat salah. Orang-orang dengan tipe
pertama ini dinilai paling menarik.
• Kedua, orang
yang berkemampuan tinggi tetapitidak berbuat salah. Orang-orang dengan tipe
kedua ini dinilai menarik.
• Ketiga, orang
yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah. Orang dengan tipe ketiga
ini dinilai sebagai orang yang paling tidak menarik.
• Keempat, orang
yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat kesalahan. Orang biasa yangbtidak
berbuat salah ini ditempatkan dalam urutan ketiga dan sisi 'Jaya tank.
Namun beberapa
penelitian berikutnya menunjukkan bahwa orang semakin tidak menarik karena ia
sering berbuat kesalahan, sekalipun orang tersebut adalah orang yang dianggap
memiliki kompetensi tinggi.
f. Tekanan Emosional (stress)
Bila individu
berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan ia cenderung menginginkan
kehadiran orang lain. Dan hal ini lama kelamaan akan menimbulkan rasa suka
kepada orang yang menemaninya tersebut. Hasil penelitian Schahter (dalam
Dayakisni, 2006:164) menunjukkan bahwa subyek dengan rasa takut tinggi lebih
ingin berafiliasi dibandingkan subyek dengan rasa takut rendah. Semakin besar
rasa takut maka semakin besar pula keinginan untuk berafiliasi dengan orang
lain.
Terdapat dua
kemungkinan dalam hal proses psikologi yang menyebabkan orang yang takut
melakukan afiliasi dengan orang lain. Pertama, hipotesis pengalihan yaitu orang
yang merasa takut melakukan afiliasi untuk mengalihkan pikiran mereka dari
masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini orang tersebut cenderung tidak
mempersoalkan dengan siapa is berafiliasi. Kedua adalah hipotesis yang diajukan
oleh teori perbandingan sosial (social comparison theory) yaitu bahwa orang
berafiliasi untuk membandingkan perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang
lain dalam situasi yang sama. Bila kita berada dalam situasi yang ba' atau luar
biasa dan tidak mempunyai kepastian tentang bagaimana kita hams bereaksi, kita
meminta bantuan orang sebagai sumber informasi. Dalam hal ini penting bagi kita
tntuk berafiliasi hanya dengan orang yang menghadapi situasi yang sama. Teori
perbandingan sosial ini lebih banyak mendapatkan dukungan dibanding teori
pertama diatas.
g. Munculnya perasaan/mood yang positif
(positive emotional arousal)
Keadaan emosi
kita (gembira, sedih, takut dan lain-lain) pada suatu waktu akan mempengaruhi
persepsi, kognisi, motivasi, pengambilan keputusan dan ketertarikkan
interpersonal (Baron & Byrne, 2004:268-269). Psikolog sering menggunakan
istilah afek (affect) yaitu keadaan emosional seseorang, perasaan dan suasana
hati. Kita cenderung tertarik atau suka kepada orang dimana kehadirannya
bersamaan dengan munculnya perasaan positif, bahkan ketika perasaan positif
tersebut tidak berkaitan dengan perilaku orang yang dimaksud. Beberapa telaah
penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung tertarik pada orang-orang yang kita
jumpai saat di sekeliling kita menyenangkan. Misalnya kita lebih menyukai dan
menilai positif ketika kita bersama dengan orang lain berada dalam suatu
lingkungan yang nyaman, sebuah ruangan dengan suhu yang sejuk daripada dalam
ruangan yang panas. Sebaliknya ketertarikan kita akan berkurang kepada orang
lain ketika kita bertemua dalam sebuah lingkungan atau ruang pertemuan yang
panas, bising dan padat. Dari contoh situasi diatas, dapat kita lihat bahwa
afek mempengaruhi ketertarikan kita dengan dua cara. Efek langsung (direct
effect) terjadi jika orang lain mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat
Anda merasa baik atau buruk, dimana kita cenderung menyukai orang yang membuat
diri kita merasa baik dan sebaliknya, tidak menyukai orang yang membuat kita
merasa buruk. Efek asosiatif (associated effect) terjadi ketika orang lain
hadir pada suatu saat dimana keadaan emosional kita positif atau negative,
untuk suatu alasan yang tidak ada hubungannya dengan orang yang kita respons.
Meskipun dia bukanlah penyebab dan apa yang kita rasakan, tetapi kita cenderung
mengevaluasi orang tersebut berdasarkan keadaan afektik kita.
h. Harga diri yang rendah
Penelitian yang
dilakukan Elaine Walster menarik kesimpulan bahwa bila harga dirinya
direndahkan maka hasrat berafiliasi individu akan bertambah dan is makin
responsif untuk menerima kasih sayang dan orang lain.
i. Kesukaan secara timbal balik (resiprocal
liking)
Ketika kita
mengetahui orang lain menyukai kita maka kita dapat mengharapkan ganjaran
(reward) dari mereka. Karena itu, mengetahui kita disukai merupakan ganjaran
yang menguatkan. Kita dapat mengharapkan orang lain membantu kita di masa yang
akan datang dan kita juga akan mengalami perasaan baik atau positif menghadapi
suatu kenyataan bahwa orang lain memikirkan tentang kita menjadi teman
(meningkatkan harga diri). Maka kesukaan akan melahirkan kesukaan dan rasa
seperti persahabatan biasanya memberikan arti bahwa persahabatan itu akan
kembali lagi. Hubungan timbal balik merupakan sesuatu yang kompleks. Beberapa
studi mengemukakan bahwa seberapa banyak kita memikirkan orang lain menyukai
kita (perceived reciprocity) adalah lebih penting daripada seberapa banyak
seseorang sebenarnya menyukai kita (actual reciprocity). Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang pada umumnya menyukai seseorang yang
menyukai dirinya, bahkan ketika rasa suka itu tidak secara langsung timbal
balik. Sebagai ilustrasi hasil penelitian Curtis & Miller (dalam Dayakisni,
2006:166) menemukan bahwa orang yang secara salah dibimbing pada suatu
keyakinan bahwa subyek lain menyukai mereka. Maka orang tersebut akan lebih
setuju dengan subyek yang menyukainya itu, akan lebih mengungkapkan din dan
lebih memiliki nada suara dan sikap yang umumnya positif terhadap subyek
tersebut, dibandingkan ketika is tidak dibimbing pada suatu keyakinan bahwa
mereka disukai. Pada orang pertama ternyata perilakunya yang demikian itu akan
membimbing pada perilaku positif yang timbal balik oleh subyek lain tersebut
dan meningkatkan kesukaan diantara mereka. Dengan demikian terjadi fenomena
self fulfilling- prophecy yaitu keyakinan bahwa ketika kita disukai orang lain
maka mungkin hal tersebut akan menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara
yang menyenangkan orang lain tersebut, sehingga menyebabkan orang lain itupun
akan berbalik menyukai kita juga.
j. Ketika yang berlawanan saling tertarik:
saling melengkapi (complementary)
Kita telah
melihat bahwa kesamaan sikap dannilai mendorong meningkatnya daya tarik. Namun
bagaimana dengan fenomena sadistis dan masochisme? Keduanya tampak benar-benar
tidak sama, sadistis menyukai untuk melukai orang lain sedangkan masochisme
justru senang diperlakukan kasar oleh orang lain. Dalam hal ini terlihat daya
tank yang berlawanan. Individu yang memiliki kepribadian dominan tidak akan
berhubungan lebih lama dengan orang lain yang dominan juga. Individu yang
dominan membutuhkan pasangan yang submisif yang akan membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan diantara mereka. Perilaku yang saling melengkapi adalah
mungkin untuk tingkah laku yang dominan submisif.
Daging Cuy, thank banget buat ilmunya. Sangat bermanfaat :)
ReplyDelete