Faktor penentu perilaku prososial yang spesifik
adalah:
a. Situasi, meliputi kehadiran orang lain, sifat
lingkungan, fisik dan tekanan keterbatasan waktu.
b. Karakteristik penolong, meliputi faktor
kepribadian, suasana hati, rasa bersalah, distres diri (reaksi pribadi kita
terhadap orang lain-perasaan terkejut, cemas, takut, prihatin, tidak berdaya)
serta sikap empatik (perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain).
c. Karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan,
misalnya menolong orang yang kita sukai, menolong orang yang pantas ditolong.
1. Situasi
Orang yang paling altruis sekalipun cenderung tidak
memberikan bantuan dalam situasi tertentu. Kehadiran orang lain, mungkin telah
menjadi alasan bagi tiadanya usaha untuk memberikan pertolongan. Orang-orang
cenderung berpikir bahwa sudah ada orang lain yang bertindak untuk memberikan
pertolongan sehingga is sendiri tidak akan bertindak apapun untuk menolong.
Dalam "keadaan darurat" individu lebih cenderung memberikan reaksi
bila mereka sendirian ketimbang bila mereka mempunyai anggapan bahwa orang lain
juga mengetahui situasi tersebut. Semakin banyak orang yang hadir, semakin
kecil kemungkinan seseorang benar-benar memberikan pertolongan.
Mengapa
kehadiran orang lain kadang-kadang menghambat usaha untuk menolong? Dalam
konteks pengambilan keputusan, pertama terdapat penyebaran tanggung jawab yang
timbul karena kehadiran orang lain. Bila hanya satu orang yang menyaksikan
korban yang mengalami kesulitan maka orang itu mempunyai tanggung jawab penuh
untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan menanggung rasa
bersalah dan rasa sesal jika tidak bertindak. Bila orang lain juga hadir, maka
pertolongan bisa muncul dari beberapa orang dan tanggung jawab untuk menolong
kemudian terbagi. Kedua, adanya efek ambiguitas dalam menginterpretasikan
sesuatu. Penolong kadang-kadang tidak yakin apakah situasi tertentu benar-benar
situasi darurat. Kadangkala ketenangan orang lain yang juga hadir menyebabkan
subjek menginterpretasikan situasi tersebut sebagai situasi yang tidak
berbahaya. Ketiga, adalah adanya rasa takut dinilai. Bila kita mengetahui bahwa
orang lain memperhatikan perilaku kita, mungkin kita akan berusaha melakukan
apa yang menurut kita diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang
baik. Kondisi Lingkungan. Keadaan fisik juga mempengaruhi kesediaan untuk
membantu. Stereotip yang umum adalah bahwa penduduk kota tidak ramah dan tidak
suka menolong sedangkan penduduk kota kecil atau desa secara kooperatif suka
menolong.
Sejumlah penjelasan tentang penduduk kota yang lc-Luang suka menolong
telah dikemukakan. Hal ini mencakup anonimitas kehidupan kota, rangsangan
sensorik yang berlebihan yang dialami oleh penduduk kota yang terus-menerus
mengalami persaingan dengan orang lain untuk bertahan hidup, kemungkinan
perasaan tidak berdaya karena menghadapi birokrasi yang ruwet dan pemerintahan
yang tidak tanggap. Faktor lingkungan yang lain adalah kebisingan, yang
menurunkan daya tanggap terhadap semua kejadian di lingkungan. Suara bising
yang keras menyebabkan orang mengabaikan orang lain di sekitarnya dan
memotivasi mereka untuk meninggalkan situasi tersebut secepatnya, sehingga
menciptakan penonton yang tidak begitu suka menolong.
Tekanan Waktu. Rasionalitas (akal sehat) dan
penelitian me-nunjukkan bukti bahwa kadang-kadang kita berada dalam keadaan
tergesa-gesa untuk menolong sehingga kita memutuskan untuk tidak melakukan
tindakan memberikan pertolongan.
2.
Karakteristik Penolong
Faktor Kepribadian. Orang yang mempunyai tingkat
kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial dan mendapat pujian, lebih
cenderung bertindak prososial dan akan melakukan tindakan ini jika mereka
diperhatikan. Selain itu karakteristik moralitas diri yang sangat kuat dan
identifikasi yang erat dengan orangtuanya yang menjadi model tindakan moral,
juga merupakan karakteristik individu penolong (juga latar belakang dan
nilai-nilai mereka).
Suasana Hati.
Orang lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila
mereka berada dalam suasana hati yang baik. Tindakan menolong orang lain
merupakan tindakan yang memberikan kepuasan, yang dapat meningkatkan perasaan
mereka sendiri.
Rasa Bersalah.
Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus
dengan perilaku prososial adalah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul
bila kita melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi
rasa bersalah bisa menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan atau
berusaha menghilangkannya dengan melakukan tindakan yang baik.
Distress Diri
dan Rasa Empatik.
Distress diri (personal distress) adalah reaksi
pribadi kita terhadap penderitaan orang lain — perasan terkejut, takut, cemas,
prihatin, tidak berdaya atau perasaan apapun yang kita alami. Rasa empatik
(emphatic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain,
khususnya untuk berbagai pengalaman atau secara tidak langsung merasakan
penderitaan orang lain. Perbedaan utamanya adalah bahwa penderitaan diri
terfokus pada diri sendiri, sedangkan rasa empatik terfokus pada si korban.
Distress diri memotivasi kita untuk mengurangi kegelisahan kita sendiri. Kita
bisa melakukannya dengan membantu orang yang membutuhkan, tetapi kita juga
dapat melakukannya dengan menghindari situasi tersebut atau mengabaikan
penderitaan di sekitar kita. Sebaliknya, rasa empatik hanya dapat dikurangi
dengan membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan. Karena tujuannya
adalah meningkatkan kesejahteraan orang lain, jelas bahwa rasa empatik
merupakan sumber altruistik (bukan kepentingan diri) perilaku membantu.
3.
Karakteristik Orang yang Membutuhkan Pertolongan
Menolong orang yang kita sukai. Perilaku prososial
dipengaruhi oleh jenis hubungan antara orang, seperti yang terlihat jelas dalam
pengalaman sehari-hari. Tidak peduli apakah karena rasa suka, kewajiban sosial,
kepentingan din atau empati, kita lebih suka menolong teman dekat daripada
orang acing. Semakin dekat hubungan, semakin kuat harapan untuk mendapatkan
bantuan, semakin sedikit rasa terima kasih yang diungkapkan pada saat bantuan
diberikan, akan semakin besar rasa marah yang dirasakan bila permintaan bantuan
ditolak. Hal ini merupakan basil penelitian yang dilakukan untuk pemberian
bantuan yang diberikan orangtua, saudara kandung, teman akrab dan kenalan.
Menolong orang
yang pantas ditolong. Legitimasi atau kelayakan permintaan atau masalah
menimbulkan perbedaan. Tentu saj a, penilaian tentang makna penting kebutuhan
tertentu sangat dipengaruhi oleh nilai budaya. Misalnya orang lebih suka
meminjamkan uangnya untuk mereka yang sakit daripada meninjamkan uangnya untuk
mereka yang tidak punya uang karena malas. Keterkaitan jugs bisa mempengaruhi perasaan
kita tentang orang yang membutuhkan. Mungkin kita merasa prihatin dan simpati
terhadap orang yang mengalami penderitaan bukan karena kesalahan mereka
sendiri, mungkin kita merasa marah dan benci terhadap mereka yang bertanggung
jawab atas masalah mereka sendiri. Perhatian kita sampai saat ini terfokus pada
faktor-faktor yang mempengaruhi apakah bantuan akan diberikan atau tidak. Untuk
dapat meningkatkan kesediaan memberikan pertolongan dapat kita lakukan dengan
cara berikut dalam Myers, 2012:240): Kita dapat membalik faktor-faktor yang
menghambat perilaku menolong. Kita dapat mengambil langkah-langkah untuk
mengurangi ambiguitas dari suatu kondisi darurat, untuk membuat ketertarikan
personal dan untu meningkatkan rasa tanggung jawab. Menggunakan teknik
door-in-the-face yaitu strategi untuk mendapatkan sebuah pengakuan. Setelah
seseorang pertama kali meminta permintaan yang besar (the-door-in-the-face,
peminta yang sama menawarkan kembali dengan permintaan yang masuk akal. Hal ini
untuk memicu rasa bersalah dan bentuk kepedulian terhadap gambaran diri.
Menyosialisasikan altruisme dengan cara; mengajarkan
penyertaan moral, memodelkan altruisme, belajar dengan cara melakukan,
meng-atribusikan perilaku menolong dengan motif altruistis dan mempelajari altruisme.
Anak-anak yang melihat perilaku menolong cenderung akan menolong juga.
Memberikan pilihan agar melakukan hal baik terhadap anak juga dapat dengan
sendirinya memotivasi anak untuk berbuat baik/ menolong.
0 comments:
Post a Comment