Monday 18 January 2016

Dengan bertambahnya usia, semakin bertambah pula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, ke masa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah datam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain: 
1. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas. 
2. Kemandirian vs tidak mandiri. 
3. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karier vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karier. 
4. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah). 
5. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri. 
Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas. 
Manusia yang hidup pasti menjumpai masalah. Masalah bisa sangat bermacam-macam dan berasal dari segala penjuru tergantung kondisi dari masing-masing individu. Sebuah ungkapan di atas telah dijelaskan, akan tetapi tentu saja tingkatannya berbeda-beda. Meskipun demikian, masalah sebenarnya tidak bisa dihindari, karena saat kita menghindari satu masalah maka akan muncul masalah baru yang setingkat atau bahkan lebih berat. Jadi, masalah sebaiknya dihadapi, apapun konsekuensi yang didapatkan karena itu merupakan langkah pendewasaan. 
Secara umum, kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh cara mereka menghadapi sebuah masalah. Ada beberapa tipe orang yang berkaitan dengan cara mereka menjumpai dan menyetesaikan masalah yang mereka temui. 
Bermacam-macam tipe orang yang dijumpai dalam menghadapi masalah, secara tidak langsung merefleksikan tingkat kedewasaan seseorang. Adapun beberapa tipe tersebut adalah sebagai berikut: 
1. Paranoid. 
Paranoid merupakan tingkatan terparah dalam kedewasaan yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut masih jauh dari kata dewasa. Paranoid sebenarnya berhubungan erat dengan traumatis, karena kebanyakan traumatislah yang menyebabkan seseorang menjadi paranoid. Namun ada jugs yang memang punya sifat paranoid sejak lahir. Orang yang paranoid cenderung memiliki sifat penakut, berusaha lari dari masalah, terlalu takut akan risiko dengan berkhayal-khayal tentang sesuatu yang besar yang akan terjadi. Parahnya orang seperti ini menganggap dirinya paling baik, menganggap dirinya orang paling terkenal, atau paling dewasa. Padahal semuanya hanya khayalan pribadi belakang. Orang seperti ini biasanya mencari kambing hitam atas sebuah permasalahan yang menimpa dirinya. Sehingga orang paranoid termasuk level kedewasaan yang paling rendah karena tidak mau menghadapi masalah yang erat kaitannya dengan plegmatis. 
2. Galau-ers. 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau didefinisikan sebagai "sibuk beramai-ramai, ramai sekali, atau kacau tidak keruan (untuk pikiran)". Kata galau mendadak menjadi populer dan menjadi trensetter di kalangan pemuda. Kata ini mendadak booming untuk menyebut kondisi hati atau pikiran yang lagi kalut, baik karena mengalami banyak masalah atau pekerjaan. Padahal, dalam bahasa psikologi, galau adalah ketidakmampuan seseorang untuk mendefinisikan masalah. Kegalauan akan timbul dan melanda orang-orang yang cenderung ingin menghindari masalah. Mereka yang sedang galau akan cenderung mencari-cari alasan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Orang galau juga akan cenderung menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam atas masalah yang menimpa dirinya. Parahnya, saat ini banyak sekali kaum galau yang membanjiri jejaring sosial. Sebuah penelitian psikologi menyebutkan bahwa facebook sekarang menjadi tempat berkeluh-kesah, sementara twitter menjadi tempat nggosip yang paling populer bagi kaum galau untuk mengalihkan kegalauannya. Aka kita amati lebih lanjut, faktanya memang demikian. Rata-rata status atau postingan generasi muda kita cukup miris, di mana sebagian besar berisikan hal-hal yang berlebihan. Semuanya bersumber dari kegalauan. Orang-orang galau ini berada dalam tingkat kedewasaan terendah kedua karena mereka mendahulukan emosi hati dalam menyelesaikan masalah serta memandang masalah hanya dari satu sisi serta menjustifikasi masalah tanpa ada pemikiran yang rasional terlebih dahulu, padahal jika mereka memandang jauh lebih bijak di sisi yang lain, mereka akan menemukan banyak jalan dan solusi pemecahan masalah, atau minimal masalah itu akan menjadi kelihatan lebih mudah. 
3. Mandiri. 
Sering kita jumpai beberapa orang yang mencoba memecahkan masalah mereka secara mandiri, dan tidak ingin ada campur tangan orang lain. Orang-orang seperti ini akan berusaha memecahkan masalah dengan bekerja keras dan memfokuskan diri untuk menemukan solusi dari setiap permasatahan yang dihadapinya. Orang-orang seperti ini biasanya memiliki keya.kinan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh akan memperoleh hasilnya (man jadda wa jada). Orang yang berada dalam tipe ini cenderung bersifat perfectionist atau berorientasi pada kesempurnaan. Mereka punya semangat dan standar tinggi dalam memandang sesuatu hal. Orang seperti ini sudah mulai masuk dalam taraf kedewasaan pertama, di mana sudah memiliki semangat untuk hidup mandiri dan sudah berani menghadapi masalah untuk diselesaikan, bukan untuk dihindari. Meskipun demikian, juga terdapat kekurangan dari memetihara sifat seperti ini, utamanya jika terlalu mandiri. ()rang yang terlalu mandiri butuh kapabilitas yang tinggi, karena mereka akan merasa kesulitan jika ada banyak masatah yang datang secara bersamaan. Selain itu, saat mereka telah menyelesaikan suatu masalah akan cenderung merasa sombong atau terlalu percaya diri. Parahnya, jika mereka belum dapat menyelesaikan masatah dalam waktu lama padahal sudah berusaha keras, maka itu akan berpotensi jenuh jika rasa ikhlas tidak diikutsertakan. Yang lebih buruk adatah jika sampai menyalahkan kehendak Tuhan dengan mengatakan Tuhan tidak adil, atau merasa tidak terima dengan banyaknya masatah yang menimpa dirinya. 
4. Supel. 
Terkadang kita akan sangat kesulitan dalam memecahkan masalah secara sendirian, oleh karena itu, diperlukan bantuan orang lain untuk ikut menyelesaikan. Di sinilah penting atau gunanya teman yang ada di saat kita membutuhkan. Orang-orang yang supel, mudah bergaul, dan banyak teman cenderung tidak mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena di sekelilingnya banyak orang yang bersedia membantu, kecuali untuk faktor masalah yang sangat pribadi yang biasanya disimpan untuk diri sendiri. Oleh karenanya, orang-orang seperti ini cenderung kelihatan tanpa beban, selalu ceria, dan seakan tanpa masalah. Orang yang berada dalam tipe ini sudah bisa dikatakan dewasa karena mereka sudah bisa mengatur masalahnya dengan di-outsource-kan ke orang lain. Mereka sudah bisa mencari sudut pandang atau jalan lain untuk memecahkan masalahnya. Namun yang menjadi kekurangan adalah karena terlalu sering meminta bantuan orang lain, maka ada kemungkinan kapabilitas individunya diragukan saat harus menyelesaikan masalah secara sendirian. 





2 comments:

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget