Monday 4 January 2016

Dari pendekatan kognisi sosial, penjelasan tentang bagaimana kita mengenali dan mengerti orang lain dapat diperoleh dalam konsep tentang teori kepribadian tersirat (implicit personality theory), yaitu sebuah jenis skema yang digunakan orang untuk mengelompokkan beragam jenis sifat-sifat kepribadian. Orang menggunakan teori itu untuk membentuk kesan tentang orang lain dalam waktu cepat.
Menurut Rosenberg dan Sedlack, (1972), banyak orang berbagi teori kepribadian tersirat dalam sebuah budaya. Hoffman (1986) menemukan bahwa partisipan yang berbahasa bilingual Cina-Inggris membentuk penafsiran berbeda terhadap orang yang sama, bergantung pada apakah mereka membaca deskripsi dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Cina. Dengan deskripsi berbahasa Inggris, kesan artistik dibangkitkan, sedang dengan deskripsi berbahasa Cina, sebuah kesan tentang Shi Gu (nama kota) dibangkitkan. Isi deskripsinya sama, hanya bahasa yang digunakan berbeda. Bahasa sebagai perwujudan dari budaya memberikan kerangka penafsiran terhadap objek-objek di dunia, juga penafsiran terhadap orang lain.

Dalam membentuk kesan, kita dapat menggunakan jalan-pintas mental. Ketika tingkah laku seseorang tampak ambigu, tidak jelas teori atau sifat apa yang akan kita gunakan untuk memersepsikan orang tersebut. Dalam keadaan tersebut, kesan bisa jadi ditentukan oleh seberapa mudah kita bisa mengakses sebuah kategori sifat kepribadian, misalnya jika kita tahu orang itu dikenal sebagai orang yang ramah, maka jika suatu kali ia tidak menegur temannya, kita memersepsikan ia tidak melihat temannya atau sedang terburu-buru. Cara ini merupakan jalan-pintas mental untuk memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang.
Beberapa sifat yang pernah dipersepsikan di masa lalu, digunakan untuk memersepsikan tingkah laku saat ini. Sifat-sifat lain dapat dimunculkan melalui priming, yaitu sebuah proses mengakses sifat-sifat khusus melalui pengalaman saat ini. Higgins, dick (1977) memberi ilustrasi operasi priming dalam studi mereka. Ketika partisipan penelitian mengingat kata positif atau negatif dan kemudian membaca paragraf yang ambigu tentang karakter bernama Donald, serta membentuk kesan, maka mereka yang mengingat kata-kata positif akan membentuk kesan positif lebih banyak tentang Donald daripada partisipan yang mengingat kata-kata negatif.


1 comment:

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget