Konflik dan Akibat dari Saingan / Konflik Antar kelompok
Schein (1980) membahasa beberapa akibat dari saingan atau konflik antar kelompok . ia mengutip eksperimen yang dilakukan oleh sheriff,Harvey,white,hood dan juga blake dan mouton .
Robbins (1998) berpendapat bahwa konflik adalah satu proses yang dimulai jika satu pihak beranggapan bahwa pihak lain telah secara negative mempengaruhi atau akan mempengaruhi secara negative,sesuatu yang akan dilakukan atau yang menjadi perhatian pihak pertama.batasan konflik dari robbins sangat luas.dua orang yang berbeda pandangan sudah dapat dianggap konflik .saingan antardua kelompok juga termasuk dalam pengertian konflik.
Jika ada dua kelompok yang bersaing,maka dampaknya Dapat diuraikan kedalam kategori berikut :
a.Yang Terejadi di dalam Setiap Kelompok yang Bersaing
1. Setiap kelompok lebih menutup diri dan membangkitkan loyalitas yang lebih besar dari para anggota kelompoknya; para anggota kelompoknya menjadi makin akrab dan melupakan pertentangan antarmereka.
2. Suasana kelompok berubah dari informal, santai, ceria, menjadi berorientasi pada kerja dan tugas.
3. Pola kepemimpinan cenderung berubah dari lebih demokratis menjadi lebih otokratis, kelompok menjadi lebih bersedia untuk menerima kepemimpinan otokratis.
4. Setiap kelompok menjadi lebih berstruktur dan terorganisasi.
5. Setiap kelompok menuntut kesetiaan dan konformitas yang lebih besar dari para anggotanya agar mampu menyajikan satu barisan yang lebih tangguh.
b.Yang Terjadi Antara Kelompok yang Bersaing
1. setiap kelompok mulai melihat kelompok lain lebih sebagai musuhnya , bukan sekedar sebagai objek yang netral.
2. Setiap kelompok mulai mengalami distorsi (gangguan) dalam persepsi; kelompok cenderung hanya melihat bagian yang baik dari kelompoknya sendiri, mengingkari kelemahannya dan cenderung hanya melihat bagian yang buruk dari kelompok lain, mengingkari kekuatannya. Setiap kelompok mengembangkan stereotip yang negative dari kelompok saingannya (they don’t play fair like we do).
3. Rasa bermusuhan terhadap kelompok lain meningkat, sebaliknya interaksi dan komunikasi dengan kelompok lain menurun. Stereotip tetap dipertahankan, gangguan persepsi sulit dikoreksi.
4. Jika kelompok dipaksa untuk berinteraksi, misalnya harus mendengar uraian penjelasan dari masing-masing kelompok, maka masing-masing kelompok cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari kelompok mereka sendiri, kecuali untuk menemukan kesalahan/kelemahan dari kelompok saingannya.
Gejala-gejala diatas, menurut Schein, akan dapat timbul dalam berbagai kelompok yang berkompsetisi atau bersaing , apakah kelompok olah raga, perdebatan antara manajemen dan pekerja, saingan antar bagian seperti antara penjuaalan dan produksi di dalam organisasi industry. Gejala-gejala tersebut dapat meningkatkan motivasi dari para anggotanya, tetapi sebaliknya dapat pula membuka kesempatan timbulnya berpikir kelompok. Apa akibatnya jika ada kelompok yang menang atau kalah? Misalnya usulan kelompok konsultan untuk satiu kontrak konsultasi dibidang manajemen diterima,usulan kelompok konsultan yang lain untuk kontrak yang sama ditolak , atau anggaran untuk kelompok sales dari daerah penjualan “A” diterima, sedangkan anggaran untuk kelompok sales dari daerah “S” ditolak.
c.Yang Terjadi dangan yang Menang
1. Pemenang mempertahankan kelekatannya, malahan dapat meningkatkan derajat kelekatan antaranggota kelompok.
2. Pemenang cenderung melepas ketegangan,kehilangan semangat juangnya, menjadi santai.
3. Pemenang cenderung mengarah ke kerjasama antaranggota kelompok dan perhatian terhadap kebutuhan para anggotanya yang tinggi dan berkurang perhatiannya kepada pelaksanaan tugas dan kerja.
4. pemenang cenderung menjadi puas dan merasa bahwa hasil positive telah mengkonfirmasi stereotip yang baik dari mereka sendiri dan stereotip yang negative dari kelompok saingan mereka, sehingga tidak ada atau setikit ada keinginan untuk mereevaluasi pandangan dan menguji kembali kegiatan kelompok agar dapat belajar bagaimana meningkatkan mutu pandangan dan kegiatannya. Pemenang tidak belajar banyak tentang diri mereka sendiri.
d. Yang Terjadi dengan yang Kalah
1. Jika hasilnya tidak seluruhnya jelas sehingga dapat ditafsirkan lain (misalnya jika tidak jelas kriteria yang digunakan dalam penilaian) ada kecenderungan kuat pada kelompok yang kalah untukmenolak atau merusak kenyataan kekalahan, kelompok yang kalah akan menemukan psikologik seperti, “pengambil keputusan berprasangka”,”pengambil keputusan tidak memahami usulan kami”,”kriteria tidak dijelaskan kepada kami” dan sebagainya. Reaksi pertama dari kelompok yang kalah ialah “kita sebenarnya tidak kalah”.
2. Jika kekalahan diterima secara psikologik, kelompok yang kalah cenderung mencari seseorang atau sesuatu untuk disalahkan. Akan dicari kambing hitam. Jika tidak ada orang luar yang dapat disalahkan , kelompok mulai melihat kedalam dirinya sendiri, perpecahan, konflik yang dulu tidak terselesaikan muncul kembali. Ini semua dilakukan dalam rangka menemukan sebab dari kesalahan.
3. kelompok yang kalah lebih tegang, siap untuk lebih keras, dan merasa tidak ada harapan (desperate).
4. kelompok kalah cenderung mengarah ke kerjasama antar angggota kelompok yang rendah, perhatian terhadap kebutuhan anggotanya kecil, dan perhatian tinggi untuk dapat memperbaiki diri, membalas kekalahannya dengan cara bekerja lebih keras agar pada kesempatan lain dapat menang.
5. kelompok yang kalah cenderung belajar banyak tentang diri mereka sebagai kelompok karena , dengan kekalahan mereka, stereotype positive dari mereka dan stereotive negative dari kelompok saaingannya tidak ditunjang, sehingga , sebagai akibat, memaksakan satu reevaluasi dari pengamatan. Kelompok yang kalah akan mengorganisasi diri dan menjadi lebih lekat dan efektive,begitu kekalahan mereka telah dapat diterima secara nyata.
Masalah antar kelompok dapat terjadi pada berbagai macam kelompok di masyarakat, tidak hanya terjadi pada kelompok yang telah jelas dibatasi. Misalnya masalah antarkelompok dapat terjadi antara kelompk pria dan wanita, antara generasi tua dan muda, antara pejabat tingkat tinggi dengan pejabat tingkat rendah, antara yang berkuasa dengan yang tidak berkuasa, dan seterusnya.
5.2.Teknik-teknik Mengurangi Akibat Negative dari Saingan
Sherif,Blake,Alderfer, Schein, Leavitt, Fincham & Rhodes telah menyarankan berbagai teknik untuk mengatasi atau mengurangi akibat negative dari konflik antarkelompok. Strategi dasar dari pengurangan konflik ialah untuk menemukan tujuan yang dapat diterima oleh kelompok yang bersaing sebagai tujuan mereka bersama dan melancarkan proses komunikasi antarkelompok. Berikut ini beberapa teknik yang diajukan oleh Schein (1980), yang dapat digunakan tersendiri atau beberapa teknik secara bersama-sama dalam kombinasi tertentu.
a. Menemukan Musuh Bersama
Konflik antara penjualan dan produksi dapat dikurangi jika kedua bagian mau menggunakan upaya mereka untuk perusahaan mereka agar dapat berhasil bersaing dengan perusahaan lain. Konflik ini disini digeser ke tingkat yang lebih tinggi.
Teori identitas seseorang yang diajukan oleh Fincham dan Rhodes (1988) menjelaskan bahwa para tenaga kerja bagian penjualan dan bagian produksi memperoleh identitas mereka dari bagian mereka masing-masing. Identitas mereka berbeda-beda. Dengan memberikan kepada mereka musuh bersama, mereka dapat memperoleh identitas mereka dari perusahaan. Mereka tidak lagi merasa tenaga kerja bagian penjualan dan bagian produksi, melainkan mereka merasakan menjadi tenaga kerja perusahaan X.
b. Pimpinan atau Subkelompok dari Kelompok-kelompok yang Bersaing Dibawa Berinteraksi
Dalam kelompok baru yang terdiri dari wakil dari kelompok yang bersaing, karena mendapatkan delegasi wewenang dari kelompok mereka masing-masing dapat melakukan perundingan untuk mencapai suatu kesepakatan, kalau perlu dapat saling memberikan konsesi untuk mencapai tujuan kompromi.
Namun Leavitt (1988) mengingatkan agar hati-hati dalam menggunakan teknik ini. Jika kelompok yang bersaing masing-masing memiliki derajat kelekatan yang tinggi, maka tidak akan dapat dicapai kata sepakat, kecuali jika yang mewakili ialah pemimpinnya yang memiliki kuasa penuh.
c. Menemukan Tujuan yang Mencakup (Superordinate)
Kelompok yang bersaing harus bekerjasama agar tujuan dapat tercapai. Misalnya perusahaan ingin melemparkan produk baru ke pasar. Produk yang murah pembuatannya dan dapat diinginkan oleh konsumen. Untuk keperluan ini bagian penjualan harus bekerja sama dengan bagian produksi. Tujuan yang harus dicapai ialah tujuan perusahaan dan bukan tujuan masing-masing kelompok.
d. Pelatihan Antarkelompok Melalui Penghayatan-Pengalaman (Experiential Inter Group Training)
kelompok yang bersaing dikumpulkan dan diminta untuk mengkaji perilaku mereka sendiri. Selama pelatihan masing-masing kelompok mencatat persepsi tentang mereka sendiri dan persepsi mereka tentang kelompok lain. Kedua hasil kelompok kemudian dibicarakan dan dibahas, persepsi yang keliru dihilangkan dan hubungan di masa depan ditentukan bersama. Teknik ini merupakan salah satu teknik dari Pengembangan Organisasi yang akan lebih dijelaskan dalam bab berikutnya.
makasih ilmunya
ReplyDeletemakasih ilmunya sangat bermanffaat
ReplyDelete