Ikhwal Mengjar dan
Kaitannya Dengan Proses Pendidikan
2.5.1 Landasan Teori
2.5.1.1 Pengertian
Mengajar adalah proses
yang mengarah pada timbulnya perilaku belajar siswa (Syah,2010)[1].
2.5.1.2 Urgensi
Mengajar merupakan
istilah kunci yang tak luput dari pembahasan mengenai pendidikan kerena
keeratan hubungan antara keduanya.Sebagian orang menganggap bahw mengajar hanya
sebagian dari upaya pendidikan. Mengajar hanya dianggap sebagai salah satu alat
atau cara dalam menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri.
Anggapan ini muncul karena adanya asumsi tradisional yang menyatakan bahwa
mengajar itu merupakan kegiatan seorang guru yang hanya menumbuhkembangkan
ranah cipta murid-muridnya, sedangkan ranah rasa dan karsa mereka terlupakan.
Sebagian orang pula menganggap bahwa mengajar tak beda dengan mendidik.
Implikasinya adalah, setiap kegiatan kependidikan yang bersifat formal
hendaknya dilakukan oleh pendidikan yang bersifat formal hendaknya dilakukan
oleh pendidik professional yang bertugas antara lain melaksanakan pembelajaran.
Dalam menjalankantugasnya
sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas, guru tidak hanya dituntut
mentransver pengetahuan atau isi pelajaran yang ia sajikan kepada siswanya
melainkan lebih daripada itu.Sepanjang memungkinkan, guru juga harus
mentransver kecakapan karsa dan kecakapan rasa yang terkandung dalam meteri
pelajaran yang disajikan. Dalam arti yang lebih ideal, mengajar bahkan
mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam
menjalani proses perubahannya sendiri, yakni proses belajar untuk meraih
kecakapan cipta,rasa , dan karsa yang menyeluruh dan utuh[2].
1.5.1.3
Pandangan-pandangan Pokok
Mengenai Mengajar
Ada dua macam aliran
pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar, antara lain :
a.
Mengajar sebagai ilmu
Sebagian ahli memandang mengajar
sebagai ilmu (science).Oleh karena itu, guru merupakan sosok pribadi manusia
yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga professional yang memiliki
profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan
yang kompeten untuk melakukan tugas mengajar.dengan baik. Penguasaan seorang
guru atas meteri pelajaran bidang tugasnya adalah juga penting tetapi yang
lebih penting ialah penguasaannya atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas
mengajarnya.
Siapapun, asal memiliki
profesi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar
b.
Mengajar sebagai seni
Sebagian ahli lainnya
memandang bahwa mengajar adalah seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak
semua orang berilmu bias menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
Eksistensi aliran ini
memandang bahwa mengajar adalah seni dan kecakapan mengajar yang notabene
artistic itu hanya dimiliki oleh seseorang yang memang berbakat[3].
1.5.1.4
Metode-metode Pokok
Mengajar
a)
Definisi Metode Mengajar
Kata metode berarti cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan mengajar menurut
Arifin (1978) adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran
kepada murid agar dapat menerima,menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan
pelajaran itu.[4]
Sehingga dapat disimpulkan, yang
dimaksud metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi
pelajaran kepada siswa.[5]
b)
Ciri Khas Metode Mengajar
Banyaknya metode mengajar yang
diterapkan pada pembelajaran tak lain karena satu metode dengan metode yang
lainnya mempunyai keunggulan dan keleman tergantung pada materi yang akan
dibahas. Contohnya ketika akan
menyampaikan materi tentang “Isu-Isu Kontemporer Masa Kini”. Maka, metode yang
tepat adalah dengan meggunakan metode diskusi.Hal ini karena selain membuat
siswa aktif, berfikir kreatif, kritis, juga menjadikan siswa berani untuk
mengemukakan pendapatnya disebuah forum.
Tapi disi lain, metode ini juga
mempunyai beberapa kelemahan. Dalam berdiskusi, biasanya siswa yang aktif
hanyalah mereka yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan memiliki rasa
perccaya diri.Sedangkan mereka yang pasif, cenderung hanya mendengarkan tanpa
bisa mengembangkan ide-idenya.
Oleh karena itu,seorang pengajar harus
lebih kreatif dalam menguasai kelasnya. Kelemahan-kelemahan dari tiap-tiap
metode mengajar tidak kemudian dijadikan argumen mengapa seorang guru gagal
dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
Sebaliknya, guru yang profesional
justru akan memilih atau mengkombinasikan beberapa metode mengajar yang kiranya
tepat dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahannya serta memperhatikan
topik pembahasan materi dan tujuan pembelajaran serta jenis kegiatan belajar
siswa yang dibutuhkan.
Kegiatan ini dibandingkan dengan ciri
khas atau karakteristik metode-metode mengajar yang dipilih.Untuk menggambarkan
karakteristik masing-masing metode mengajar, berikut ini terdapat tabel
perbandingan yang berisi beberapa metode pokok mengajar sebagai contoh.[6]
Metode
|
Sifat Materi
|
Tujuan
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
Ceramah
|
Informatif
Faktual
|
Pemahaman pengetahuan
|
Lebih banyak aplikasi yang tersaji
|
Siswa pasif
|
Demonstrasi
|
Prinsipal
Faktual
Keterampilan
|
Pemahaman aplilkasi
|
Siswa berpengalaman dan berkesan
mendalam
|
Lebih banyak alat dan biaya
|
Diskusi
|
Prinsipal
konseptual
keterampilan
|
Pemahaman analisi, sistesis, evaluasi,
aplikasi
|
Siswa aktif, berani, dan kritis
|
Memboroskan waktu, didominasi siswa
yang pintar
|
c)
Ragam Metode Mengajar
Ragam dan jumlah motede mengajar yang
digunakan oleh para pengajar sebenarnya sangatlah banyak.Berbagai inovasi dalam
penyampaian pelajaran terus bermunculan seiring dengan perkembangan zaman.
Contohnya seperti metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, problem
solving, tugas dan resitasi, tanya jawab, kerja kelompok, latihan, karyawisata,
jingsaw, dsb.
Akan tetapi, diantara sekian banyak
metode itu, ada 3 metode yang dipandang representif dan domain dalam arti
digunakan secara luas sejak dulu hingga sekarangpada setiap jenjang pendidikan
formal.
1)
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode
pembelajaran secara langsung dimana seorang guru menyampaikan materi pelajaran
secara lisan dihadapan para peserta didik sementara itu para murid
memperhatikan apa yang disampaikan guru. Metode ini dapat dikatakan metode yang
paling simpel dilakukan karena hanya diperlukan pemahaman materi tanpa
membutuhkan alat peraga dan alat penunjang pembelajaran lainnya.
2)
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik
tentang suatu proses , situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekedar tiruan.[7]
3)
Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu proses pertemuan dua atau lebih
individe yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai
tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui tukar menukar informasi,
mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Metodeini merupakan metode mengajar
yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem
solving). Akan tetapi,
metode ini tidak sama debat. Dimana dalam debat, seseorang atau suatu kelompok
bersikukuh untuk mempertahankan argumennya. Sedangkan dalam diskusi, cenderung
hanya bertukar informasi untuk kemudian dirumuskan mencari suatu kesepakatan
bersama.Tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk
memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan
yang dalam (reflektife thinking).[8]
1.5.1.5 Strategi & Tahapan Mengajar
Strategi Mengajar
Seorang pakar psikologi
Australia, Michael J.Lawson (1991) mengartikan strategi sebagai prosedur mental
yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk
mencapai tujuan tertentu.Dengan demikian, strategi mengajar ialah sejumlah
langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu[9].
Dalam dunia pendidikan
dan pengajaran modern terdapat cukup banyak strategi yang khusus dirancang
untuk mengajar dengan materi tertentu hingga mencapai kecakapan yang diinginkan
sayah satunya yaitu strategi mengajar SPELT (Strategy Program for Effective Learning/Teaching). Secara eksplisit
tujuan strategi ini ialah membuat siswa menjadi :
a.
penuntut ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah
masalah,
b.
penuntut ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan trategi
sendiri yang efisien dalam mendekati belajar,
c.
penuntut ilmu yang lebih sadar akan kemampuan pengendalian
proses berfikirnya sendiri (metacognitive
awareness)
Dalam melakukan strategi SPELT, guru
perlu mengikuti tiga macam langkah panjang dan terpisah dalam arti mengambil
waktu yang berbeda tetapi berurutan, yakni :
a.
direct strategy instruction (pengajaran dengan
strategi langsung),
b.
teaching for transfer (mengajar untuk
mentransfer strategi),
c.
Generating elaborative
strategies (pembangkitan strategi belajar siswa yang luas dan terperinci)[10].
Tahapan Mengajar
Setiap penggunaan
strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh ralam
tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan,
yakni:
a.
tahap prainstruksional, yaitu persiapan sebelum mengajar
dimulai,
b.
tahap instruksional, yaitu saat-saat mengajar (penyajian
materi),
c.
tahap evaluasi dan tindak lanjut, yaitu penilaian atas hasil
belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya[11].
1.5.1.6
Dimensi Etis Pendidik
Pembelajaran
(instruction) ialah proses atau upaya yang dilakukan seseorang agar orang lain
melakulan belajar.Diantara sekian banyak pendekatan pembelajaran, terdapat
ragam yang masyhur dengan sebutan pendekatan innovative (innovative approach).
Dalam pendekatan innovative, pembelajaran terpusat pada siswa
(student-centered) bukan pada guru (teacher learned) sehingga pembelajaran pun
lebih berorientasi pada kepentingan learn’s bukan teacher’teaching. Guru hanya
bersifat sebagai fasilitator saja.[12]
2.5.2 Analisis teori
2.5.2.1 Urgensi
Dalam dunia pendidikan,
mengajar memiliki peranan yang sangat penting bahkan keduanya tidak dapat
dipisahkan.Sebagian orang menganggap bahw mengajar hanya sebagian dari upaya
pendidikan. Mengajar hanya dianggap sebagai salah satu alat atau cara dalam
menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri. Anggapan ini muncul
karena adanya asumsi tradisional yang menyatakan bahwa mengajar itu merupakan
kegiatan seorang guru yang hanya menumbuhkembangkan ranah cipta murid-muridnya,
sedangkan ranah rasa dan karsa mereka terlupakan. Sebagian orang pula
menganggap bahwa mengajar tak beda dengan mendidik. Implikasinya adalah, setiap
kegiatan kependidikan yang bersifat formal hendaknya dilakukan oleh pendidikan
yang bersifat formal hendaknya dilakukan oleh pendidik professional yang
bertugas antara lain melaksanakan pembelajaran.
1.5.2.2
Pengertian
Arifin (1978) mendifinisikan mengajar
sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar
dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Tyson dan Caroll (1970), mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan
timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Sedangkan Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
1.5.2.3
Pandangan-pandangan Pokok
Mengenai Mengajar
Ada dau pandangan yang berbeda dalam melihat profesi
mengajar.Aliran pertama menganggap mengajar sebagai “ilmu”, sedangkan aliran
kedua menganggap mengajar sebagai “seni”.
a. Mengajar sebagai ilmu.
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai Ilmu.Oleh
kerenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun
untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
tinggi dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas belajar.
Siapa pun, asal memiliki profesiensi dalam bidang Ilmu
pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. Penguasaan
seorang guru atas materi pelajaran bidang tugasnya adalah penting, tetapi yang
lebih penting ialah penguasaan atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas
mengajarnya.
Aliran pandangan yang menganggap mengajar sebagai ilmu dapat
menimbulkan konotasi bahwa seseoranag yang dikehendaki menjadi guru, misalnya
oleh orang tuanya sendiri, akan dapat menjadi guru yang baik asal ia dididik di
sekolah atau fakultas keguruan.
Dari uraian di atas jelas bahwa aliran yang memandang
mengajar sebagai ilmu itu diilhami oleh teori perkembangan klasik yang disebut
empirisme yang dipelopori oleh Jhon Locke.Menurut teori ini pembawaan dan bakat
yang diturunkan oleh ornag tua tidak berpengaruh terhadap perkembangan
kehidupan sesorang, sebab pada dasarnyaa manusia lahir dalam keadaan kosong
(Syah, 2010: 183).
b. Mengajar sebagai seni.
Mengajar bukanlah sebuah
kegiatan yang ada hubungan pasti antara subyek dan obyek.Mengajar adalah sebuah
seni dengan guru menjadi senimannya. Melalui mengajar, ia mengekspresikan
kepribadiannya. Dan para siswa adalah "hasil karya seni manusiawi"
yang sifatnya tidak statis.Sama seperti kesenian, mengajar juga memberi
kesempatan kepada guru untuk menjadi jujur kepada dirinya[13].
Ketika di depan kelas,
guru menempatkan dirinya sebagai pusat perhatian sekaligus obyek penyidikan.
Para murid melihat guru dari atas sampai bawah.Karena itu, mengajar merupakan
sesuatu yang pribadi, yang tidak dapat digantikan begitu saja.Mengajar itu
melibatkan guru sebagai sosok yang menyeluruh, bukan hanya sebagai seseorang
yang mencoba menyampaikan sepotong pengetahuan.
Mengajar merupakan sebuah
seni karena untuk menjadi guru dibutuhkan keahlian khusus.Aspek paling penting
dan utama menjadi guru ialah kecintaan dan semangat yang terus-menerus
(passion) pada bidang pendidikan.Artinya, selalu ada keinginan untuk membuat
siswa belajar dengan senang dan mencapai keberhasilan.Kecintaan pada pendidikan
juga berarti tekad untuk belajar sepanjang hayat.
Mengajar itu menyita
waktu.Di sini seorang guru harus mampu membuat keseimbangan antara kerja dan
kehidupan keluarga.Guru juga harus meluangkan waktu untuk membuat rancangan
pelajaran.Dibandingkan dengan profesi lain, jam kerja guru mulai lebih awal.
Menjadi guru juga
menghabiskan energi. Setelah menangani murid yang tidak mengerjakan PR dengan
baik, ia harus menemui orangtua dan kepala sekolah. Ketika ada gagasan yang
sulit dimengerti siswa, guru harus segera mencari cara paling menarik dan cocok
untuk menjelaskannya. Berbagai tantangan ini tidak akan menjadi beban bila guru
memiliki kecintaan dan tekad mendidik generasi muda.[14]
Mengajar sebagai seni ,
mengacu pada bakat sejak lahir (teacher are born, not built), guru itu
dilahirkan bukan dibangun/dibuat (dipengaruhi oleh Nativisme). Mengajar sebagai
ilmu, mengacu pada pentingnya stimulasi empiric (teacher are built, not born),
guru itu dibangun bukan dilahirkan (dipengaruhi oleh Empirisme). Antara
mengajar sebagai ilmu, dengan sebagai seni terdapat benang merah yang
membuatnya saling terikat/mempengaruhi satu sama lain (hubungan keduanya ibarat
dua sisi mata uang logam yang saling melengkapi)[15].
1.5.2.4
Metode-metode Pokok
Mengajar
Selain metode-metode
pokok mengajar yang sudah diuraikan diatas, saya akan mengulas ulang beberapa
metode mengajar menurut Abin Syamsuddin Makmun, antara lain metode ceramah,
metode diskusi, pengajaran kelas, dan pengajaran individual.
a.
metode ceramah
Metode ceramah merupakan
suatu cara belajar-mengajar dimana bahan yang disajikan oleh guru secara
monologue (sologuy) sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Adapun siswa
memiliki keterbatasan dalam memperhatikan, mendengarkan, mencamkan, mencatat,
dan kalau perlu diberi kesempatan menjawab dan atau mengemukakan pertanyaan[16].
Kelebihan metode ceramah
ini antara lain :
Ø efektif menyajikan bahan
yang bersifat informative atau teoritis dan tidak memerlukan ingatan (retensi)
yang harus tahan lama,
Ø disampaikan kepada
kelompok siswa (audience) yang lebih besar dari 40 orang,
Sementara
kelemahan untuk metode ceramah sendiri antara lain :
Ø
sumber-sumber pelajaran sulit didapat (amat terbatas)
Ø
terbatasnya kesempatan partisipai siswa
Ø
hanya bersifat mentaly
processing saja (itu pun bagi mereka yang mempunyai kemampuan daya tangkap
dan kecocokan latar belakang dangan permasalahan yang dibicarakan)
Ø
kalau penceramah kurang mampu mempergunakan berbagai teknik
secara bervariasi, dapat mendatangkan kejenuhan, begitupun juga kalau waktunya
terlalu lama serta situasi dalam forumnya kurang tertib.
b.
metode diskusi
Metode diskusi merupakan
cara lain dalam belajar-mengajar, dimana guru dan siswa, bahkan antarsiswa
terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua
arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan maupun
dalam pengambilan kesimpulannya[17].
Ditinjau dari sudut pola
pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode diskusi terbagi
menjadi dua pola :
Ø
pola diskusi teacher centrality (terpusat pada guru)
Dalam pola ini,peranan guru antara lain
sebagai :
1.
indicator, yakni peserta yang menampilkan agenda masalah
yang akan dijadikan topic diskusi,
2.
direktur, yakni peserta yang mengarahkan pembicara pada
agenda masalah yang harus dibicarakan,
3.
moderator, yakni peserta yang diberi wewenang mengatur lalu
lintas pembicaraan para partisipan (siswa peserta),
4.
evaluator, yakni penilai kemajuan dan partisipasi para
partisipan baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Sedangkan peran siswa
sebagai partisipan adalah sebagai :
1.
contributor, yaitu sebagai penyumbang saran dan pemikiran,
pembanding, dan penyanggah,
2.
evaluator, yaitu penilai taraf keberhasilan upaya pemecahan
masalah yang dilakukan lewat diskusi yang ia ikuti itu.
Ø pola diskusi student
centrality (terpusat pada siswa)
Dalam pola ini, peranan
guru sebagai:
1.
indicator,
2.
konsultan (penasehat),
3.
encourager (pendorong semangat),
4.
observer dan evaluator (peninjau dan penilai aktifitas
partisipan).
Adapun peras para siswa
partisipan dalam diskusi berpola student centrality tersebut antara lain
sebagai :
1.
sebagai moderator, yakni salah seorang partisipan yang dipandam
layak memimpin diskusi,
2.
sebagai contributor, yakni pemberi kontribusi berupa pertanyaan,
sanggahan, saran, dan sebagainya,
3.
sebagai encourager, yakni pemberi dorongan dan kesempatan
kepada sesame partisipan untuk turut andil memberi kontribusi,
4.
sebagai evaluatoryakni penilai jalannya pembahasan dan
kepuasan atau kesimpulan atau jawaban yang berhubungan dengan pemecahan masalah
yang disodorkan oleh guru sebagai moderator[18].
Kelebihan dari metode
diskusi antara lain :
Ø
memungkinkan penguasaan perilaku kognitif (process mental,
logical, reasoning, berfikir kritis) yang lebih tinggi,
Ø
menumbuhkan sikap saling memahami, tenggang rasa,
mengendalikan diri melalui proses sosialisasi yang demokratis,
Ø
menguatkan daya ingat (retensi), memudahkan transfer,
menumbuhkan motif intrinsic untuk belajar,
Ø
memupuk semangat kerja sama dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi melalui proses berpikir secara kelompok.
Kelemahan utama metode ini ialah banyak
memakan waktu (time consuming).Disamping itu, jika guru kurang menguasai
penggunaannya, sering pembicaraan kurang mencapai sasaran yang diinginkan.
c.
metode pengajaran yang berorientasi pada individu siswa
Metode pendekatan belajar
ini mengandung dua konotasi yaitu:
1.
sebagai pengajaran yang diprogramkan dan diberikan kepada siswa
secara perorangan (individual study),
2.
sebagai pengajaran yang memperhatikan dan disesuaikan (adapted) kepada karakteristik perbedaan
individual siswa (individualized
instruction)
Prosedurnya ada dua, antara lain :
1.
belajar mandiri (individual
study , independent study)
Biasanya dalam metode
belajar ini, diawali dengan pembuatan kontrak kerja antar tutor atau guru dan
siswa.Kemudian siswa bekerja sendiri, mencari sumber, menggunakan instrument,
membuat tugas dengan laporannya.
2.
belajar dengan penyesuaian pada individu
Dalam metode ini, siswa
belajar diarahkan dengan tugas (assignment) atau pertanyaan (question).
Kelebihan metode ini antaralain :
Ø
individu dapat mencapai kemajuan dan prestasi
secepat-cepatnya dan setinggi-tingginya tanpa terikat oleh orang lain,
Ø
Individu termotivasi dalam belajar instrinsik.
Sementara, untuk kelemahan dari metode
ini antaralain:
Ø
untuk Negara berkembang tampaknya wajar kalau masih dalam
taraf panduan,mengingat program pengajarannya untuk menggunakan metode
belajar-mengajar ini memerlukan pengembangan yang cermat,
Ø
sifat dan sikap individualistis akan sangat menonjol.
d.
metode interaksi belajar-mengajar dalam konteks kelas
Didalam realitas bagian
terbesar dari system belajar mengajar di Indonesia masih berpola kepada belajar
dalam konteks interaksi di kelas yang terdiri dari sekitar 30-40 siswa.Oleh
karena itu, yang paling mungkin dilakukan oleh para guru adalah menggunakan
ketiga metode belajar-mengajar tersebut diatas secara kombinasi menurut
keperluannya, sesuai dengan jenis atau bidang studi dan kemampuan guru, serta
fasilitas pendukung yang tersedia[19].
2.5.2.5
Strategi & Tahapan
Mengajar
Strategi
Strategi secara umum
dapat diidenifikasikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan[20].
Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and
Central Management (1971:8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup
keempat hal sebagai berikut:
a.
mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
hasil (output) seperti apa yang harus
dicapai dan menjadi sasaran (target) usaha itu, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya,
b.
mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic ways) manakah yang dipandang
paling ampuh (effective) guna
mencapai sasaran,
c.
mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah(steps) mana yang akan ditempuh sejak
titik awal sampai kepada titik akhir dimana tercapainya sasaran tersebut,
d.
mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
yang bagaimana dipergunakan dalam mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha tersebut.
Kalau diterapkan dalam
konteks pendidikan, strategi pendidikan maka perwujudannya dengan :
a.
menerapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan profil
perilaku dan pribadi siswa seperti apa atau bagaimana yang harus dicapai dan
menjadi sasaran dari kegiatan belajar-mengajar itu berdasarkan aspirasi apau
pandangan hidup dan selera masyarakat yang bersangkutan untuk digunakan dalam
mengidentifikasi entering behavior para siswanya,
b.
memilih system pendekatan belajar-mengajar utama yang
dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut,
c.
memilih dan menerapkan procedure, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dipandang paling efektif dan efisien serta produktif sehingga
dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan mengajarnya,
d.
menerapkan norma-norma dan batasan minimum ukuran
keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Tahapan Mengajar
Setiap penggunaan strategi mengajar
harus selalu merupakan rangkaian yang utuh ralam tahapan-tahapan mengajar.
Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan, yakni:
a.
tahap prainstruksional ( persiapan sebelum mengajar
dimulai),
yaitu langkah persiapan
yang ditempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak mengajar. Pada tahap,
ini guru dianjurkan memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas, dan kondisi
peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat.
b.
tahap instruksional (saat-saat mengajar (penyajian materi),
ialah tahap inti dalam
proses pengajaran. Pada tahap ini, guru menyajikan materi pelajaran (pokok
bahasan) yang disusun lengkap dengan persiapan model, metode dan strategi
mengajar yang dianggap cocok.
c.
tahap evaluasi dan tindak lanjut (penilaian atas hasil
belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya).
merupakan tahap terakhir
proses mengajar terdiri atas kegiatan evaluasi dan tindak lanjut (follow up). Pada tahap ini, guru
melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa
yang berlangsung pada tahap instruksional.
2.5.2.6
Dimensi Etis Pendidik
Selain
syarat-syarat itu, ada banyak teori pendidikan yang harus dikuasai para guru
agar dapat mengimbangi tuntutan global.Teori-teori itu selalu berkembang dan
perlu pelatihan praktis agar dapat diterapkan secara benar.
Ribuan kali berdiri di
depan murid merupakan kesempatan bagi guru untuk menemukan kekuatan ataupun
kelemahan. Bila ini disadari, ia akan dapat menemukan cara mengajar yang paling
efektif. Pribadi yang baik dibangun melalui keberanian untuk melihat apa yang
ada di dalam dirinya. Hal ini juga berlaku untuk seorang guru yang baik.
Dalam pendidikan, seluruh
pribadi dibentuk.Melalui interaksi dengan rekan sejawat, keterampilan guru di
bidang hubungan antarpribadi dipoles.Pekerjaan sekolah yang membutuhkan
manajemen diri dan tenggat biasanya membentuk pribadi menjadi pekerja keras dan
gigih.
Tujuan mata pelajaran
sekolah adalah untuk membimbing dan mengilhami siswa guna menekuni bidang yang
akan dipelajari kelak. Tujuan pendidikan adalah membangun generasi warga negara
yang mampu memberi sumbangan bagi perkembangan bangsanya.Generasi muda inilah
yang bakal memberi dampak pada lingkaran sosialnya. Mungkin mereka akan
mengilhami orang lain. Mungkin pula—ini harapannya—suatu saat mereka akan
menjadi guru dan perantara ilmu pengetahuan. Melalui pengajaran dan
pembelajaran, siswa disiapkan menjadi pribadi yang kritis.
Pada dasarnya, pendidikan
dirancang untuk menghasilkan manusia komprehensif, yang memiliki watak baik,
pengetahuan yang cukup, dan keterampilan yang memadai guna menghadapi kehidupan
dunia.
Mengajar itu seni.Ia
membutuhkan beberapa keterampilan dan persiapan dalam bentuk pendidikan
bermutu. Dalam pendidikan, para guru dilatih agar dapat menyesuaikan diri
dengan berbagai macam lingkungan sekolah dan siswa.Pendidikan bagi guru
dirancang untuk memenuhi harapan tertinggi profesinya. Guru harus menguasai
ilmu pengetahuan di mana mereka akan menjadi perantaranya sehingga siswa tidak
hanya mempelajari pengetahuan mentah, tetapi juga belajar bagaimana menerapkan
dan menghubungkan pengetahuan itu dalam kehidupannya.
Yang terpenting—mungkin
sering dilupakan—ialah seorang guru juga harus akrab dengan berbagai falsafah
mengenai pendidikan. Socrates, John Dewey, dan Howard Gardner memberi teori dan
falsafah yang dapat dipelajari dan digunakan untuk membangun falsafah
pendidikan.
Dengan pengabdiannya yang
all-out, dengan jumlah pekerjaan dan sumbangan abadi mereka untuk masyarakat,
para guru juga membutuhkan penghargaan.
Guru membutuhkan lebih
dari sekadar Himne Guru atau tepuk tangan pada Hari Guru. Mereka membutuhkan
imbalan nyata yang berguna untuk kemajuan sebagai pendidik ataupun untuk
kehidupan sehari-hari.
Guru
membutuhkan fasilitas. Keamanan finansial merupakan salah satu yang mutlak
diharapkan guru.Keamanan politis juga penting. Demikian pula, guru memerlukan
akses informasi dalam kancah global agar ia dapat memoles keterampilan
mengajarnya. Akses global menghubungkan para guru lokal dengan para pendidik
dari berbagai budaya dan pengalaman yang berbeda.
Akhirnya,
apa sebenarnya kepuasan yang paling berharga bagi guru? Kemajuan para murid!
Saya
baru tiga tahun berada dalam dunia pendidikan.Pengalaman saya mungkin belum
luas.Namun, saya merasa puas saat murid-murid saya bertanya saat pelajaran,
atau saat mereka mengungkap keraguannya mengenai mata pelajaran yang sedang
dibahas. Saya senang melihat mereka menerapkan apa yang saya ajarkan menjadi
sebuah masalah dalam buku ajar.
Di sini
saya melihat gambaran guru pada murid-murid, sama seperti bagaimana kepribadian
seorang seniman muncul dan tampak dalam karya seninya. Siswa meniru keutamaan
guru dan bermimpi untuk menjadi seperti gurunya.Siswa menjadi pribadi yang
makin baik dan makin dewasa karena gurunya.Bagi seorang guru, ini sudah cukup
menjadi kehormatannya.
Guru
memang "pahlawan tanpa tanda jasa". Mereka tidak membutuhkan
pengakuan.Kemajuan individu, yang mendorong kemajuan masyarakat secara
menyeluruh, telah membuktikan nilai sumbangan para guru bagi bangsa[21].
2.5.3 Kritik dan Saran Terhadap Materi
A. Kritik
Tidak ada kritik terkait
materi mengajar karena komposisi materi yang diberikan sudah lengkap dan sangat
jelas. Selain itu, dosen sudah memberikan materi tambahan (berupa materi
fotocopy) yang sangat bagus dan melengkapi kekurangan buku reverensi Psikologi
Pendidikan (Muhibbin Syah, 2010)
B. Saran
Pembelajaran kedepannya,
kami sangat mengharapkan agar reverensi tambahan diberikan lebih banyak lagi
untuk memperluas wawasan dan menambah bobot ilmu bagi peserta didik.
2.5.4 Kritik dan Saran Terhadap Dosen
A. Kritik
Tidak ada kritik untuk
dosen karena saya menilai dosen sudah perfect dalam menyampaikan materi
mengajar dengan baik.Dosen selalu menjelaskan dan membimbing peserta didik
dengan sangat baik. Dosen tidak hanya terfokus pada satu reverensi saja, namun
banyak reverensi lain. Disamping itu, dosen selalu memberikan kesempatan
bertanya kepada peserta didik yang kurang paham.
B. Saran
Untuk lebih ditingkatkan
lagi kedepannya dengan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan.
2.5.5 Kesimpulan
Mengajar pada asasnya
adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melalui penataan
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses
belajar. Secara kauantitatif mengajar berarti menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya.Secara
institusional mengajar berarti mengadaptasikan teknik mengajar sesuai bakat,
kemampuan, dan kebutuhan siswa.Secara kualitatif, mengajar berarti membantu
memudahkan siswa dalam membentuk makna dan pemahamannya sendiri.
[1]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.179
[2]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.177
[3]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.183
[4] Syah,
Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.179
[5] Ibid. hlm. 198
[6] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010 hlm.199
[7]Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran
di Abad Global. Malang: UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI), 2012 hlm. 87
[8]
http://fkmmu.blogspot.com/2011/12/metode-dan-strategi-mengajar.html
[9]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.211
[10]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.212
[11]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.213
[12]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.217
[18]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.204
jossss.....maksih
ReplyDeleteSemoga Vaksin segera hadir buat semua warga hingga kekebalan kelompok bisa terbentuk.
ReplyDeleteTanya Veronika
Sedayu1 Sedayu2 Sedayu3 Sedayu4 Sedayu5 Sedayu6