Sekilas Tentang Psikologi Pendidikan
2.2.1 Landasan Teori
2.2.1.1 Devinisi
Psikologi, Pendidikan dan Psikologi Pendidikan serta Ruang Lingkup
a.
Psikologi
Adalah ilmu yang
menyelediki dan membahas perilaku yang bersifat jasmaniah / psikomotor /
terbuka / (overt behavior) dan yang
bersifat rohaniah/kognitif+afektif/tertutup (covert behavior) pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok
dalam hubungannya dengan lingkungan (meliputi semua orang, barang, keadaan, dan
kejadian yang ada di sekitar manusia)[1]
b.
Pendidikan
Yaitu upaya penumbuhkembangkan segenap
kemampuan dan pengubahan sikap serta tata laku seseorang atau kelompok yang
bertujuan untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran formal (sekolah), area
non formal (pelatihan,kursus),kancah informal (keluarga), serta secara mandiri
(self instruction)[2].
c.
Psikologi Pendidikan
Adalah sub disiplin Psikologi yang
menelaah/meneliti problematika psikologis yang terjadi di dalam dunia
pendidikan. Berlanjut, semua hasil dan temuan penyelidikan ini dirumuskan ke
dalam bentuk konsep, teori, dan metode yang diterapkan untuk memecahkan
permasalahan yang terkait dengan proses belajar , mengajar, dan
belajar-mengajar. Alhasil, psikologi pendidikan dapat dipakai sebagai pedoman
praktis, di samping sebagai kajian teoritik[3].
d.
Ruang Lingkup
Secara garis besar meliputi : ide
tentang “belajar” (teori, prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa),
ide tentang “proses belajar” (tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi
dalam aktivitas belajar siswa), dan ide tentang “situasi belajar” (suasana dan
keadaan lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik yang terkait
dengan kegiatan belajar siswa)[4].
2.2.1.2Manfaat dan Metode
a.
Manfaat
Sub disiplin ini merupakan alat bantu
esensial bagi para penyelenggara pendidikan dalam pencapaian tujuannya. Prinsip
yang terkandung dalam Psikologi Pendidikan dapat dijadikan landasan berfikir
dan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar, sedangkan proses
tersebut adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap system pendidikan. Secara
lebih rinci, buah yang bias dipetik dari Psikologi Pendidikan, meliputi :
proses perkembangan siswa, cara belajar, kaitan mengajar dengan belajar,
pengambilan keputusan dalam pengelolaan proses belajar mengajar[5].
b.
Metode
Secara singkat dipahami sebagai
cara/jalan yang ditempuh dalam melakukan kegiatan.Dalam psikologi pendidikan,
metode ini dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi psikologis
yang penting dan terkait dengan aktivitas pendidikan dan pengajaran.Beberapa
metode tersebut misalnya, metode eksperimen, kuisioner, studi kasus,
penyelidikan klinis, dan observasi naturalistic[6].
2.2.1.3 Hakikat Hubungan
Pendidikan dam Pengajaran
Pendidikan pada dasarnya adalah
pengembangan potensi atau totalitas kemampuan manusia yang pelaksanaanya
dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang
dibutuhkan oleh manusia. Adapun pengajaran adalah sebuah proses kependidikan yang
sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan demi kemudahan
dalam belajar. Apabila pendidikan dianggap jauh berbeda dengan pengajaran
adalah persepsi yang keliru.pengajaran memang tidak sama dengan pendidikan,
tetapi tidak berarti keduanya berbeda secara tajam. Pendidikan mengkin
dipandang lebih utama daripada pengajaran dalam arti sebagai sebuah konsep
ideal (landasan hukum), tetapi sulit dipercaya bila ada sebuah system
pendidikan dapat berjalan tanpa pengajaran.Dalam hal ini, pengajaran dengan
segala variasinya seyogyanya dipandang sebagai konsep operasional yang
berposisi setara dengan pendidikan sebagai konsep ideal. Disimpulkan bahwa
hakikat hubungan antara pendidikan dangan pengajaran ibarat dua sisi mata uang
logam yang satu sama lain saling membutuhkan. Pengajaran memiliki signifikasi
vital dalam proses pendidikan, dan keduanya sama-sama berfungsi sebagai piranti
pencetak sumber daya manusia yang (diharapkan) berkualias (pengajaran sebagai
konsep operasional merupakan penjabaran dari konsep ideal yang berhubungan langsung
dengan fungsi dan tujuan)[7].
2.2.1.4
Proses Belajar Mengajar
Dari kaca mata filsafat
pendidikan modern yng melandasi kurikulum, siswa lebih dianggap sebagai subjek
atau orang yang sudah tahu sesuatu (walau mungkin belum sempurna), dan melalui
pendidikan siswa dibantu agar lebih aktif mengembangkan diri. Ddalam hal ini ,
siswa dan guru saling belajar, saling membantu,serta saling menghargai
(Suparno,2000). Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan
bentukan siswa yang sedang belajar.Siswa membentuk/membangun pengetahuannya
lewat interaksi dengan materi yang dipelajari atau pengalaman baru melalui
inderanya.Pembentukan itu dapat secara personal maupun social. Pengetahuan
tidak dapat ditransver begitu saja oleh guru kepada siswa bila siswa itu
sendiri tidak aktif membentuknya (Von Glasersfeld dalam Suparno,1997). Senada
dengan ulasan di atas, selayaknya memang proses PMB hanya bias terjadi dalam
atmosfer dialogis yang interaktif dengan diwarnai oleh rasa saling percaya dan
saling menghormati,diantara peserta didik dan pendidiknya. Dalam hal ini guru
tidak dapat memaksakan “pengetahuan”-nya kepada siswa.Isi pengetahuan pun
ditentukan bersama-sama dengan melibatkan siswa, sehingga tekanan pembelajaran
lebih pada bagaimana membantu siswa aktif mengkonstruksi/membangun
pengetahuannya dan bukan bagaimana memaksakan siswa.Dalam pendekatan ini, yang
penting bagaimana siswa menggeluti bahan, mengolah, menganalisa, dan
merumuskannya. Melalui kalimat lain, bagaimana berupaya sedemikian rupa agar
siswa dengan mudah mengarah ke perbuatan belajar yang efektif. Dari titik tumpu
ini, diharapkan siswa akan terlatih aktif, mandiri, mengembangkan pengetahuan
sendiri dan berani berinisiatif mengungkapkan ide/gagasan serta ilmu yang telah
diperolehnya kepada teman serta gurunya. Semua ini akan menunjang siswa untuk
lebih bersikap demokratis kelak[8].
2.2.2
Analisa Teori
2.2.2.1 Devinisi
Psikologi, Pendidikan dan Psikologi Pendidikan serta Ruang Lingkup
a.
Psikologi
Menurut Bimo Walgito dalam bukunya“Pengantar Psikologi Umum”
(2005), Psikologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang
perilaku atau aktivitas-aktivitas, dan pelaku serta aktivitas-aktivitas itu
sebagai manifestasi hidup kejiwaan[9].Menurut
Lailatul Fitriyah dalam buknya “Pengantar Psikologi Umum” (2014),Psikologi
adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari
perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah[10].Menurut
Muhibbin Syah (2010), Psikologi adalah ilmu pengatahuan yang mempelajari
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah
tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk,
berjalan,dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir,berkeyakinan, berperasaan, dan lain sebagainya[11]. Sehingga
penulis menyompulkan bahwa Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun hbungannya dengan
lingkungan. tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun yang
tidak tampak, yang disadari maupun tidak disadari.
b.
Pendidikan
Akar kata pendidikan adalah “didik”
atau “mendidik” yang secara harfiah artinya memelihara dan memberi latihan
(Syah, 2010:10).
Senada dengan definisi ini adalah definisi yang disampaikan oleh Ralph W.
Tyler, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses mengubah pola
perilaku manusia. (Tyler, 1973: 6).Ki Hajar Dewantoro sebagaimana dikutip oleh
Mahfud (2006: 33)dalam kongres Taman Siswa I tahun 1930 mendefinisikan
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh
anak. Ketiga hal tersebut tidak boleh dipisah-pisahkan satu sama
lain. Hal ini dimaksudkan untuk memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan
penghidupan anak-anak didik. Oleh karena itu, fungsi pendidikan adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi cakap dan kreatif sekaligus
mampu bertanggungjawab dalam berinteraksi, membangun serta mengembangkan
masyarakatnya (Muhaimin, 2003: 43).
c.
Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan ialah sebuah
disiplin psikologi (sub disiplin psikologi) yang menyelidiki masalah-masalah
psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Lalu hasil pendidikan tersebut
dirumuskan dalam bentuk konsep,teori, dan metode yang dapat diterapkan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar,proses
mengajar,dan proses mengajar-belajar (Muhibbin Syah,2010)[12].Psikologi
Pendidikan adalah psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan[13].Menurut
Crow & Crow , Psikologi Pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha
menjelaskan masalah-masalah belajar yang dialami individu dari sejak lahir
sampai berusia lanjut, terutama yang menyangkut kondisi-kondisi yang
mempengaruhi belajar ( Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi pendidikan, 1990
)[14],Sehingga
penulis menyimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi
yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masakah
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat
hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar.
d.
Ruang Lingkup
Mengingat bahwa psikologi pendidikan
merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan aplikasi
prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi ke dalam pendidikan , maka ruang
lingkup psikologi pendidikan mencakup topic-topik psikologi yang erat
hubungannya dengan pendidikan[15].
Crow & Crow secara eksplisit
mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan (applied science)
berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan
fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara alamiah.
Sesuai pendapatnya itu Crow & Crow
mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi pendidikan,yang
dengan demikian merupakan ruanglingkup psikologi pendidikan antara lain ialah :
1)
sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar,
2)
sifat-sifat dari proses belajar,
3)
hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar
(learning readiness),
4)
signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan
individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar,
5)
perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama
dalam belajar,
6)
hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil
belajar,
7)
teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan
dalam belajar,
8)
pengaruh/akibat relative dari pendidikan formal dibandingkan
dengan pengalamanpengalaman belajar yang incidental dan informal terhadap suatu
individu,
9)
nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil
sekolah,
10)
akibat/pengaruh psikologis (psychological impact) yang
ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa[16].
Secara garis besar , banyak ahli yang membatasi pokok-pokok
bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam, yaitu :
1)
pokok bahasan mengenai “belajar”,yang meliputi teori-teori,
prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya,
2)
pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan
perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa,
3)
pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan
keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubumgan dengan
kegiatan belajar siswa.
2.2.2.2 Manfaat dan
Metode
a.
Manfaat
Manfaat psikologi pendidikan antara
lain untuk membantu para guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah
kependidikan serta mengatasi masalah tersebut dengan metode saintifik
psikologis[17].
Secara lebih rinci, buah yang bisa
dipetik dari Psikologi Pendidikan, meliputi : proses perkembangan siswa, cara
belajar, kaitan mengajar dengan belajar, pengambilan keputusan dalam
pengelolaan proses belajar mengajar[18].
Berhubungan dengan hal diatas,
psikologi pendidikan mampu membantu guru-guru untuk menciptakan terjadinya
iklim dan proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien[19].
b.
Metode
Pada umumnya , para ahli
psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang kependidikan dengan
memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu, seperti :
1)
Metode Eksperimen
Merupakan serangkaian percobaan yang
dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperiment) didalam sebuah
laboraturium atau ruangan tertentu lainnya.teknis pelaksanaan disesuaikan
dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan
siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca.selain itu, eksperimen dapat
pula dipakai untuk mengukur kecepatan bereaksi siswa terhadap stimulus
tertentu. Alat yang digunakan dalam eksperimen pada jurusan psikologi
pendidikan atau fakutas psikologi di Universitas-universitas terkemuka biasanya
adalah computer dengan berbagai programnya seperti cognitive psychology test.[20].
2)
Metode Kuesioner
Kuesioner atau sering disebut juga
dengan angket merupakan metode penelitian dengan menggunakan dafter pertanyaan
atau pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi
subjek dari penelitian tersebut (Bimo Walgito dalam bukunya “Pengantar
Psikologi Umum”, 2005).
Dengan angket, orang dapat memperoleh
fakta atau opini. Pertanyaan dalam angket tergantung pada maksud serta tujuan
yang ingin dicapai.[21].
3) Metode Studi Khusus
Ialah sebuah metode penelitian yang
digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis
seorang siswa atau kelompok siswa tertentu.
4) Metode Penyelidikan Klinis
Dalam metode ini, berisi diagnosis dan
penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan
terhadap kelainan jiwa tersebut[22].
5) Metode Observasi Naturalistik
Merupakan observasi yang dilakukan
secara alamiah.Dalam hal ini, peneliti barada diluar objek yang diteliti atau
tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian[23].
2.2.2.3 Hakikatdan Hubungan Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara
aktif mengembangkan potensi dirinya secata
total.Syarat psikologis
yang lengkap, utuh dan menyeluruh bagi seorang calon guru untuk setiap jenjang
pendidikan meliputi kompetensi profesionalisme keguruan, yakni kompetensi ranah
cipta ( kognitif ); kompetensi ranah rasa ( afektif ); kopetensi ranah karsa (
psikomotor ).
Selanjutnya istilah pengajarandalam
bahasa inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah
memberi pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu:
member informasi.
Hubungan pendidikan dan pengajaran
cukup erat kaitannya karena menurut undang – undang nomor 2 tahun 1989 tentang
system pendidikan nasional Bab 1 pasal 1, adalah usaha sadar yang dilakukan
untuk menyiapkanpeserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
latihan agar peserta didik tersebut berperan dalamkehidupan masa depannya.
Selain pengajaran dalam pendidikan juga diperlukan adanya bimbingan sebagaimana
tersebut dalam kutipan dari UUSPN di muka. Bimbingan, seperti juga latihan
adalah bagian penting yang ideal karena akan berdampak kebaikannya
penanggulangan kesulitan belajar dan pelaksanaan rimedial teaching yang secara
psikologis di diktis merupakan salah satu keharusan bagi guru.
Berdasarkan uraian diatas, dan juga
uraian mengenai ragam arti pendidikan dan pengajaran, jelas betapa eratnya
hakikat hubungan antara pendidiakan dan pengajaran. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa , hakikat antara
pendidikan dengan pengajaran itu kira-kira ibarat dua sisi mata uang logam yang
satu sama lain saling memerlukan[24].
2.2.2.4 Proses Belajar Mengajar
Proses pembelajaran merupakan suatu
kegiatan intraksi antara guru dan murid dimana akan diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar ( Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 3 ). Proses
pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara
pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung
dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula ( Hamalik,
2006 : 162 ). Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu
proses intraksi antara guru dan murid dimana akan dikhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.
Dalam keseluruhan proses pendidikan , kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil
atau tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional.
Setiap kegiatan proses belajar mengajar selalu melibatkan
dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan
pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan
bersikenbambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak
yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.Perpaduan dari kedua unsur
manusiawi ini melahirkan intraksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar
sebagai mediumnya.Pada kegiatan belajar, keduanya (guru-murid) saling
mempengaruhi dan member masukan. Karna itulah kegiatan belajar mengajar harus
merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.[25].
[11]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.10
[12]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.15
[17]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.39
[20]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.29
[22]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.30
[23]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 hlm.31
Sangat bermanfaat dan berguna gan
ReplyDeleteGan boleh minta copy dari replika psikologi pendidikan by bu indra ratna kw ?
ReplyDelete