Masa Remaja
1. Pengertian
dan Makna Masa Remaja
a.
Batas Masa Remaja
Harold Alberty (1957:86) menyatakan bahwa periode masa
remaja itu dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa
kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa dewasanya. Secara tentetif pula para
ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung dari
sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran
seseorang.
Dalam rentangan periode cukup panjang (6-7 tahun) itu
ternyata terdapat beberapa indicator yang menunjukkan perbedaan yang berarti
(meskipun bersifat gradual, baik secara kuantitatif maupun kualitatif) dalam
kharakteristik dari beberapa aspek perilaku dan pribadi pada tahun-tahun
permulaan dan tahun-tahun terakhir pada masa remaja itu. Oleh karena itu, para
ahli cenderung membagi masa remaja menjadi dua periode yaitu masa remaja awal (early adolescent, puberty) dan masa
remaja akhir (late adolescent, puberty)
yang mempunyai rentangan waktu antara 11-13 sampai 14-15 tahun 14-16 sampai
18-20 tahun Charlotte Buhler menambahkan suatu masa transisi ke periode ini
ialah masa pre-puberteit(pra-remaja)
yang berkisar sekitar 10-12 tahun dari kalender kelahiran yang bersangkutan..
b.
Makna Masa Remaja
Fenomena perubahan-perubahan psikofisik yang menonjol
terjadi dalam masa remaja, baik dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya maupun
sesudahnya, mengundang banyak tafsiran. Sebagaimana lazimnya dalam dunia ilmu
pengetahuan (social, terutama) bahwa sifat tafsiran itu sangat bergantung pada
dasar pandangan (assumption) dan
konsep atau kerangka dasar teoritis (conceptual
frame work) serta norma yang digunakan (frame
of references) oleh penafsir atau sarjana yang bersangkutan. Hal ini
ternyata berlaku pula bagi fenomena masa remaja seperti tampak pada beberapa
contoh berikut :
(1)
Freud (dengan
teori kepribadiannya yang berorientasi pada seksual libido; dorongan seksual),
menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai
bentuk yang definitive karena perpaduan (uninfikasi) hidup seksual yang banyak
bentuknya (polymorph) dan infantile (sifat kekanak-kanakan).
(2)
Charotte
Buhler (yang membandingkan proses pendewasaan pada hewan dan manusia),
menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi. Individu menjadi
gelisah dalam kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu serta dengan ini tercipta
syarat-syarat untuk kontak dengan individu-individu lain.
(3)
Spanger
(dengan teori kepribadiannya yang berorientasi pada sikap individu terhadap
nilai-nilai), Menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa pertumbuhan dengan
perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan “aku”,
berangsur-angsur menjadi jelasnya tujuan hidup, pertumbuhan kea rah dank e
dalam berbagai lapangan hidup.
(4)
Hoffman (berorientasi
kepada teori Resonansi Psikis), menafsirkan bahwa masa remaja itu merupakan
suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dijalani
indifidu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisisnya pada masa remaja itu
berlangsung amat pesat sehingga dituntut kepadanya untuk melakukan
tindakan-tindakan integrative demi terciptanya harmoni diantara fungsi-fungsi
tersebut dalam dirinya.
(5)
Conger (yang
menekankan pada pendekatan interdisipliner dalam pemahamannya terhadap
kehidupan remaja masa kini) sejalan dengan pendapatnya Erikson (yang teori
kepribadiannya berorientasi kepada phychological
crisis development), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa yang
amat kritis yang mungkin dapat merupakan the
best of time and warst of time. Kalau individu berhasil mengatasi berbagai
tuntutan yang dihadapinya secara integrative, ia akan menemukan identitasnya
yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal, ia akan
berada pada krisis identitas yang berkepanjangan.
NUMPANG SHARE GAN
ReplyDelete