1. TEORI KETERPADUAN KELOMPOK
a. Teori Praeksperimental
1. Gustave Le Bon (dalam Sarwono,
2001:83-85), yang menyatakan bahwa massa (crowd) mempunyai pikiran-pikiran,
gagasan-gagasan dan kehendak sendiri yang tidak sama dengan yang ada pada
pribadi. Massa mempunyai jiwa (Perancis:Ame) yang berbeda dengan jiwa pribadi.
Ame kelompok adalah irasional, impulsif, agresif, tidak dapat membedakan
khayalan dan kenyataan, dan bagai dipengaruhi hipnotis.
2. McDougall, menyetujui bahwa
jiwa massa berbeda dengan jiwa individu. Sebagai pengendali perilaku kelompok
adalah naluri emosi. Naluri emosi membedakan perilaku kelompok yang
teterorganisir dan tidak terorganisir. Perbedaannya adalah pada naluri takut
dan marah yang sifatnya primitif. Jika naluri primitif yang disentuh, kumpulan
orang yang manapun akan bereaksi primitif (impulsif, agresif, destruktif).
Tetapi ada emosi-emosi yang lebih tinggi yang sama-sama tumbuh dalam kelompok
tertentu. Misalnya jika terjadi tawuran antar pelajar SMP maka para pejalan
kaki, penumpang bus dan pedagang kaki lima tidak ikut-ikutan (terlibat). Jiwa
kelompok barn timbul jika terdapat 4 faktor yang menyebabkan yaitu:
a. Kelangsungan keberadaan
kelompok.
b. Adanya tradisi, kebiasaan,
adat.
c. Ada organisasi dalam kelompok
(diferensiasi fungsi).
d. Kesadaran diri kelompok.
Tentang solidaritas kelompok
menurut McDougall tergantung pada:
1. Pengetahuan tentang kelompok.
2. Attachment (keterikatan)
kepada kelompok.
3. Bion, merupakan penganut
psikoanalisis. Berpendapat bahwa kelompok tidak sama dengan kumpulan individu,
tetapi merupakan kesatuan dengan ciri dinamika dan emosi sendiri. Kelompok
merupakan makrokosmos individu. Analog dengan individu, kelompok dikendalikan
oleh 3 sistem psikologi yaitu:
a. Id yang berupa kebutuhan dan
motif kelompok .
b. Ego yang berupa tujuan dan
mekanisme kerja kelompok.
c. Superego yaitu
keterbatasan-keterbatasan kelompok.
b. Teori-teori Eksperimental
1. Festinger, Schachter &•
Black, menyatakan bahwa keterpaduan kelompok (group cohesiveness) diawali oleh
ketertarikan terhadap kelompok dan anggota kelompok, dilanjutkan dengan
interaksi social dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut ketergantungan.
Selanjutnya kekuatan-kekuatan di lapangan akan menimbulkan perilaku kelompok
berupa kesinambungan keanggotaan dan penyesuaian terhadap standar kelompok.
2. Lott & Lott, menyimpulkan
bahwa keterpaduan kelompok dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
a. Hubungan antar relatif
sukarela antara orang-orang yang tidak terlalu jauh berbeda dalam hal-hal yang
menjauhkan antarpribadi, seperti suku dan ras.
b. Hubungan kerjasama atau
kompetisi yang masih dalam batas-batas yang sesuai dengan norma.
c. Penerimaan oleh orang-orang
(saling menerima).
d. Adanya ancaman atau bahaya
dari luar yang hams dihadapi bersama.
e. Status yang homogen, status
yang tingggi atau adanya ketidakmungkinan untuk naik ke status yang lebih
tinggi.
f. Perilaku dan sifat-sifat
pribadi yang berguna untuk memenuhi fungsi kelompok yang khusus (misalnya
bersuara bagus untuk kelompok paduan suara, ahli bela diri untuk kelompok
gangster).
g. Sikap, nilai-nilai dan Tatar
belakang yang sama dan kepribadian yang saling mengisi dan relevan dengan
eksistensi dan tujuan kelompok .
h. Adanya ritual (upacara,
kebiasaan, tradisi, basa-basi) dan inisiasi (masa percobaan) yang tidak
menyenangkan.
Dampak dan keterpaduan kelompok
adalah sebagai berikut:
a. Agresivitas sebagai reaksi
terhadap gangguan dan luar.
b. Evaluasi diri, menilai diri
sendiri positif oleh orang-orang yang menyenangi da'n menilai positif
orang-orang yang disenangi.
c. Evaluasi yang berlebihan
tentang kemampuan atau keunggulan kelompok sendiri.
d. Evaluasi positif terhadap
kelompok dan hal-hal yang berhubungan dengan kelompok.
e. Persepsi tentang kesamaan
antarpribadi dalam hal sikap, perilaku dan kepribadian.
f. Komunikasi yang lebih bebas
hambatan.
g. Konformitas pada standar
kelompok yang berkaitan dengan sikap dan perilaku (penampilan).
2. TEORI IDENTITAS SOSIAL
Dipelopori oleh Henri Tajfell,
dalam upaya untuk menjelaskan prasangka, diskriminasi, konflik antar kelompok
dan perubahan sosial. Perilaku kelompok berbeda dengan perilaku individu. Yang
termasuk dalam perilaku kelompok adalah ethnosentrisme, group bias, kompetisi
dan diskriminasi antar kelompok, stereotip, prasangka, konformitas dan
keterpaduan kelompok. Proses yang mendasari perilaku kelompok adalah
kategorisasi dan perbandingan sosial. Hal ini menekankan pada penekanan
persamaan terhadap hal-hal yang terasa sama dan penekanan pada perbedaan pada
hal-hal yang terasa berbeda. Pada akhirnya kategorisasi dan perbandingan sosial
ini meningkatkan persepsi ingroup. Tidak ada kebenaran yang semata-mata
obyektif, semua kebenaran disimpulkan dari perbandingan.
Teori identitas soisal juga
digunakan untuk menjelaskan perubahan sosial pada tingkat makro sosial yaitu:
a. Mobilitas sosial, adalah
perpindahan individu dari kelompok yang lebih rendah ke kelompok yang lebih
tinggi yang terjadi jika peluang untuk hal ini terbuka.
b. Perubahan sosial itu sendiri,
misalnya dengan menggeser statusnya ke atas dalam kelompok atau meningkatkan
citra kelompok.
3. TEORI KATEGORISASI DIRI
Dikemukakan oleh Turner,
memberikan tekanan pada faktor kognisi. Dasar dan teori ini adalah bahwa
orang-orang menggolongkan diri dalam berbagai tingkat abstraksi;
ingroup-outgroup (identitas sosial), bodoh-pandai, cantik-jelek,
pemimpin-pengikut, kaya-miskin dan lain-lain. Terjadinya kategorisasi din
menurut Rabbie, Schot & Visser, bukan disebabkan oleh karena setiap orang
mencari identitas diri sosial yang positif, melainkan karena setiap orang
menginginkan untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dalam kelompok
(economic self interest).
Teori identitas sosial dan
kategorisasi diri menjelaskan hubungan antar kelompok:
a. Kategorisasi din dan pemberian
prioritas kognitif (cognitive priming) meningkatkan persepsi tentang
homogenitas dalam kelompok.
b. Kecenderungan polarisasi
(kategorisasi dua kutub misalnya hitam-putih) dapat meramalkan ektremitas.
c. Kelompok yang mempunyai harga
din rendah, tidak dapat melepaskan diri dari pengalaman masa lalu.
d. Identitas sosial dapat
menggunakan berbagai kategorisasi, yang paling sering adalah ras, etnik dan
warna kulit.
e. Kelompok minoritas lebih
menunjukkan diferensiasi daripada kelompok mayoritas.
0 comments:
Post a Comment