Pandangan kognitif menjelaskan
tingkah laku abnormal berdasarkan pikiran-pikiran yang keliru dan proses-proses
pikiran yang kalut (Beck & Emery, 1985). Biasanya masalah-masalah yang
berkenaan dengan pikiran dianggap sebagai simtom-simtom dari gangguan-gangguan
psikologis, tetapi dalan pandangan kognitif, pikiran-pikiran itu dilihat
sebagai penyebab dan gangguan-gangguan itu.
Masalah-Masalah dengan Isi Kognitif (Pikiran-pikiran)
Masalah-masalah dengan isi
kognitif (pikiran-pikiran) adalah masalah-masalah dengan apa yang dipikirkan.
Bila kita memiliki informasi yang salah tentang suatu situasi, maka respons
kita terhadap situasi itu juga mungkin salah atau abnormal. Para ahli teori
berpendapat bahwa banyak tipe gangguan mental disebabkan oleh masalah-masalah
yang menyangkut isi kognitif. Misalnya, seorang individu mengalami depresi
karena is berpikir "aku adalah seorang yang tidak berharga", atau
mungkin bila Anda berpendapat bahwa seekor ular kecil yang tidak berbisa adalah
berbahaya, maka Anda akan mengadakan respons dengan suatu ketakutan abnormal
(menderita suatu fobia), atau bila Anda berpendapat bahwa banyak intel
pemerintah mengelilingi Anda, maka Anda akan berpikir bahwa pemerintah akan
melawan Anda (menderita suatu delusi). Contoh-contoh ini mau menggambarkan
cara-cara bagaimana isi kog-nitif yang salah bisa menimbulkan suatu penilaian
yang salah terhadap suatu situasi dan pada akhirnya menimbulkan tingkah laku
abnormal.
Sangat penting diketahui bahwa
begitu Anda membentuk suatu kemapanan (kesiapan) kognitif (cognitive set)
tertentu, yakni suatu cara yang tetap melihat dunia, maka Anda mungkin
memusatkan perhatian hanya pada aspek-aspek lingkungan yang cocok dengan
kemapanan itu. Hal yang jelek adalah Anda akan mendistorsikan
pengalaman-pengalaman lain supaya cocok dengan kema-panan tersebut. Misalnya,
apabila Anda berpendapat bahwa diri Anda sakit-sakitan, Anda akan
menginterpretasikan setiap perasaan sakit yang ringan sebagai tanda malapetaka
yang hebat dan Anda akan menjadi sangat cemas. Demikian juga bila Anda
berpendapat bahwa secara sosial Anda tidak adekuat, maka Anda akan
terus-menerus melihat orang lain sebagai orang yang menolak Anda meskipun kenyataannya
tidaklah demikian. Distorsi-distorsi tersebut mempertahankan
kemapanan-kemapanan kognitif yang didistorsi dan hal tersebut berarti
terjadinya tingkah laku-tingkah laku yang tidak tepat dan ting-kah laku-tingkah
laku yang terkait dapat juga menghasilkan apa yang dina-makan
"ramalan-ramalan pemenuhan-diri sendiri" (self-fulfilling
prophecies). Dengan kata lain, apabila Anda berpikir secara tidak tepat bahwa
orang lain menolak Anda, maka Anda bisa bertingkah laku dalam cara-cara
(misalnya menghindari orang lain atau bermusuhan) yang menyebabkan penolakan
yang dipikirkan Anda secara tidak tepat itu ada.
Kognisi-kognisi salah yang
merupakan dasar tingkah laku abnormal dilihat sebagai sesuatu yang berasal dari
pengalaman-pengalaman yang terjadi pada awal kehidupan. Suatu kognisi yang
salah bisa kemudian tetap laten sampai terjadi suatu situasi yang mirip dengan
situasi di mana pada awalnya kognisi itu dibentuk. Misalnya, kasus tentang
depresi, seorang individu yang mengalami suatu kegagalan yang hebat (misalnya
seorang anak diusir dari sekolah karena tidak mengerjakan ujian dengan baik,
dituduh sebagai biang keributan, serta di rumah dimarahi orang tua sebagai anak
yang bodoh dan malas) mungkin akan mengembangkan suatu kemapanan yang
menimbulkan suatu gambaran-diri sebagai orang yang tidak adekuat, dan selalu
gagal. Apabila setelah menjadi dewasa orang yang sama ditempatkan dalam situasi
evaluatif yang lain, maka pikiran-pikiran lama tentang perasaan tidak adekuat
dan kegagalan akan muncul kembali dan menyebabkan perasaan-perasaan depresi.
Masalah-Masalah dengan Proses-Proses Kognitif
Masalah-masalah dengan
proses-proses kognitif adalah masalah-masalah de-ngan bagaimana orang berpikir.
Perhatikan apabila proses kognitif kacau, maka isi kognitif bisa juga terpengaruh,
tetapi akibat-akibatnya sangat berbeda dari apa yang terjadi bila hanya ada
masalah-masalah dengan isi kognitif. Bila ada masalah-masalah dengan isi
kognitif, maka kepercayaan-kepercayaan seorang individu adalah salah tetapi
pikiran-pikirannya mudah dipahami. Sebaliknya, apabila ada masalah-masalah
dengan proses-proses kognitif, maka tidak hanya kepercayaan-kepercayaan
individu salah tetapi juga pikiran-pikiran tidak dapat dipahami. Perhatikan
contoh percakapan berikut antara seorang pewawancara dan seorang pasien yang
menderita skizofrenia.
Pewawancara :
|
Apakah Anda gelisah dan tegang akhir-akhir ini?
|
Pasien :
|
Tidak, aku mendapat selada satu bomgkol,
|
Pewawancara :
|
Anda mendapat selada satu bongkol? Aku tidak mengerti
|
Pasien :
|
Ya, hanya selada satu bongkol.
|
Pewawancara :
|
Katakan kepadaku tentang selada. Apa yang dimaksudkan
Anda?
|
Pasien :
|
Ya Selada adalah suatu transformasi dari seekor
puma (sejenis harimau) yang mati yang jatuh sakit pada jari kaki singa. Dan
is menelan singa itu dan sesuatu terjadi melihat ... Gloria dan Tommy, mereka
adalah dua ke-pala dan mereka bukan ikan paus. Tetapi mereka melari-kan din
dengan sejumlah besar orang karena muntah, dan hal-hal seperti itu (Neale
& Oltmanns, 1980: 102).
|
Gangguan-gangguan pada
proses-proses kognitif pada umumnya merupa-kan gangguan yang lebih berat
dibandingkan dengan gangguan-gangguan pada isi kognitif. Pertama, Anda
mengalami depresi karena tetap melebih-lebihkan aspek negatif dari kehidupan
Anda; kedua, karena berpikir dan berkomunikasi seperti individu dalam contoh di
atas.
Para ahli teori kognitif
berpendapat bahwa masalah-masalah dengan pro-ses-proses kognitif disebabkan
oleh masalah-masalah dengan perhatian dan asosiasi-asosiasi. Gagasan dasar
adalah (1) individu-individu telah kehilangan perhatian, (2) selama kehilangan
perhatian itu, mereka dikacaukan oleh pikiran-pikiran lain, dan (3) kemudian
mereka berputar-putar pada pikiran-pikiran barn dan bukan mengikuti
pikiran-pikiran semula. Pembicaraan pasien tidak menjadi obrolan yang lengkap,
tetapi terdiri dari potongan-potongan pikiran dan tidak satupun dari
potongan-potongan pikiran itu berkembang secara sem-purna karena pasien kacau
(kalut) dan terus melompat kepada pikiran ber-ikutnya.
Potongan-potongan pikiran tidak
disambung secara acak, melainkan de-ngan bermacam-macam asosiasi, salah satu
potongan pikiran mendatangkan pikiran berikutnya. Kata yang digunakan bisa
menyebabkan pikiran lain yang berdasarkan arti lain dari kata tersebut tanpa
membuat peralihan yang jelas bagi pendengar. Misalnya, individu mungkin
berkata, "Suwarno meminjamkan kepadaku penanya yang penuh dengan
narapidana." Dalam contoh ini, kata pena pada mulanya digunakan untuk
menyebut suatu alat untuk menulis, tetapi penggunaan kata tersebut menyebabkan
pikiran-pikiran tentang sebuah penjara. Pembicara kemudian bercerita dan
menyelesaikan kalimat dengan suatu ucapan yang berhubungan dengan penjara.
Karena bermacam-macam asosiasi dapat mengacaukan pikiran-pikiran barn, maka
sangat sulit mengikuti pikiran-pikiran tersebut dan memahami apa yang sedang
disampaikan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa
dari segi pandangan kognitif masalah-masalah yang terlihat pada orang-orang
yang kalut tidak dianggap berbeda secara kualitatif dari masalah-masalah yang
dialami oleh orang-orang normal. Masalah-masalah dari orang-orang yang kalut
hanya sebagai hal-hal yang eks-trem dari tipe-tipe masalah sama yang dialami
oleh orang-orang yang normal. Kadang-kadang kita semua bertingkah laku secara
tidak tepat karena kita me-lebih-lebihkan makna dari suatu peristiwa,
membiarkan perhatian kita hilang, atau membuat kesalahan asosiatif yang
menyebabkan kesalahpahaman. Jika benar bahwa tingkah laku kognitif dari
orang-orang kalut hanya merupakan hal-hal yang ekstrem dari tingkah laku
kognitif yang terlihat pada orang-orang nor-mal, maka pengetahuan kita yang
luas tentang tingkah laku kognitif dari orang-orang yang normal dapat digunakan
untuk memahami tingkah laku abnormal.
Pandangan kognitif sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pendekatan-pendekatan terapeutik kontemporer.
Pendekatan-pendekatan kognitif terhadap terapi seperti pendekatan-pendekatan
behavioral memberi penekanan pada perubahan tingkah laku "di sini dan
kini", bukan menggali masa lampau yang jauh secara mendalam seperti yang
dilakukan oleh para terapis yang mengguna-kan pendekatan psikodinamik
tradisional (psikoanalisis Freud). Kesamaan an tara pandangan pendekatan
behavioral dan pendekatan kognitif direpresen-tasikan dengan sangat baik dalam
terapi behavioral-kognitif, suatu bentuk terapi yang mengintegrasikan
teknik-teknik behavioral dan teknik-teknik kognitif Para terapis
behavioral-kognitif menggunakan bermacam-macam teknik perawatan yang membantu
perubahan-perubahan behavioral dan kognitif yang adaptif.
Karena menunjukkan
masalah-masalah yang menyangkut perhatian dan asosiasi-asosiasi, maka pandangan
kognitif merupakan suatu penjelasan yang baik untuk gangguan-gangguan pikiran
dan suasana hati. Tetapi, penjelasan kognitif terbatas karena pandangan ini
tidak menjelaskan mengapa masalah-masalah yang berkenaan dengan perhatian dan
asosiasi-asosiasi itu ber-kembang. Untuk menjelaskan perkembangan dari
masalah-masalah ini, harus diperhatikan juga penjelasan-penjelasan dari
pandangan-pandangan lain. Misal-nya, telah dikemukakan bahwa masalah-masalah
yang menyangkut perhatian dan asosiasi-asosiasi seperti terdapat pada
skizofrenia mungkin disebabkan oleh rangsangan neurologis yang sangat tinggi.
Apabila halnya demikian, pen-jelasan kognitif dan penjelasan fisiologis mungkin
bekerja sama untuk menje-laskan tingkah laku abnormal ini.
0 comments:
Post a Comment