Dukungan Sosial Tidak Ada
Para ahli teori sosio-budaya
mengemukakan bahwa penyebab tingkah laku abnormal tidak ditemukan dalam
individu, melainkan dalam masyarakat itu sendiri. Orang-orang akan
mengembangkan masalah-masalah psikologis bila mereka berada dalam stres yang
hebat yang disebabkan oleh kemiskinan, kemelaratan sosial, diskriminasi, dan
tidak memilki peluang. Dengan kata lain, pandangan sosio-budaya melihat tingkah
laku abnormal (maladaptif) sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk
menangani stres secara efektif. Hal itu tidak dilihat sebagai penyakit atau
masalah yang ada hanya dalam individu, tetapi sekurang-kurangnya seba'gian
merupakan kegagalan sistem dukungan sosial.
Selanjutnya, para psikolog
sosio-budaya mengemukakan bahwa hubung-an-hubungan antarpribadi individu dalam
masyarakat akan mempengaruhi ke-sehatan mental individu. Makin matang individu
secara intelektual dan emo-sional, maka makin besar kemampuannya untuk
berfungsi sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Ini hanya mungkin
terjadi kalau masya-rakat di mana individu itu hidup ikut berperan dalam
meningkatkan kesehatan mental individu. Tetapi, masyarakat sering menyebabkan
pola-pola tingkah laku abnormal dalam anggota masyarakat karena masyarakat
tidak menyediakan sarana-sarana atau lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk
pembinaan kese-hatan mental. Keluarga berantakan dan anak-anak lari
meninggalkan rumah karena orang tua yang emosinya tidak stabil tidak dapat
menemukan bantuan yang dibutuhkan. Beberapa masyarakat memiliki sarana-sarana
atau lembaga-lembaga yang sangat penting untuk kesehatan mental, tetapi karena
kekurangan kepemimpinan maka tidak dapat mengembangkan program kesehatan mental
masyarakat.
Para psikolog sosio-budaya tidak
menyangkal peran dari sejarah hidup atau faktor genetik dalam menyebabkan
tingkah laku abnormal (maladaptif), tetapi tidak dianggap cukup untuk
menimbulkan tingkah laku tersebut, selain kalau tidak ada faktor-faktor sosial
yang mendukung kesehatan mental individu dan mencegah tingkah laku abnormal.
Dengan kata lain, masyarakat men-dukung kesehatan mental individu dari luar.
Usaha-usaha masyarakat yang bergerak menuju kebersihan perkampungan kumuh,
pembangunan kembali perkotaan, perbaikan sistem — sistem sekolah yang lebih
baik dan guru-guru yang bermutu, penyediaan fasilitas rekreasi yang lebih
banyak, program kepe-mudaan, penyediaan lapangan kerja yang cukup, pemberian
skala gaji yang memadai, pembentukan pemerintahan yang lebih baik dan lebih
efisien —merupakan contoh-contoh khusus penerapan dukungan masyarakat terhadap
kesehatan mental individu.
Masyarakat dalam masa peralihan
hams dapat menyesuaikan diri dengan faktor-faktor tertentu, seperti
sumber-sumber daya fisik yang berubah, perkem-bangan-perkembangan yang sangat
cepat dalam ilmu pengetahuan dan tekno-logi, industrialisasi dan urbanisasi,
"ketertinggalan budaya" — yakni ketidak-mampuan fungsi masyarakat
untuk menginformasikan atau mendidik warga-warganya mengenai penemuan-penemuan
barn dan penerapannya , pola-pola
kehidupan yang berubah-ubah, dan perubahan-perubahan dalam organisasi masyarakat
itu sendiri.
Para psikolog sosio-budaya
berpendapat bahwa peningkatan kesehatan mental individu bukan hanya tanggung
jawab profesi kedokteran saja, me-lainkan juga tanggung jawab lembaga-lembaga
social yang terorganisasi, seperti keluarga, tempat kerja, lembaga agama,
sistem pendidikan, saluran-saluran rekreasi, dan pelayanan-pelayanan khusus
yang bersifat memperbaiki dan melindungi. Usaha-usaha yayasan swasta merupakan
sumber kesehatan mental yang penting dalam masyarakat.
Dalam masyarakat modern,
perumahan merupakan faktor yang sangat penting di antara segi-segi lingkungan
fisik. Kondisi-kondisi perumahan ada kaitannya dengan kesehatan dan
kepribadian. Jika kondisi-kondisi itu menye-babkan perasaan tidak adekuat atau
rendah diri, maka jelas pengaruhnya sangat merugikan kesehatan mental. Keadaan
yang berjubel tidak menjamin privasi individu, dan kekurangan udara serta sinar
matahari menyebabkan penularan penyakit semakin mudah. Tempat-tempat tinggal
yang dingin dan lembab serta gersang mengurangi ketahanan fisik dan mental.
Sangat penting bahwa masyarakat menyediakan lingkungan yang cukup baik dan
berguna agar baik anak-anak maupun orang dewasa berkembang dengan adekuat di
dalam ruang lingkupnya.
Sebutan (Labeling)
Menurut para ahli teori
sosio-budaya yang radikal, seperti psikiater Thomas Szasz (1961), penyakit
mental tidak lebih daripada hanya mitos — suatu konsep yang digunakan untuk
menodai dan menundukkan orang-orang yang tingkah lakunya menyimpang dari
masyarakat. Szasz mengemukakan bahwa apa yang dinamakan penyakit mental
sebenarnya adalah masalah-masalah dalam hidup bukan penyakit seperti halnya
influenza, tekanan darah tinggi, dan kanker. Lebih lanjut dia mengemukakan
bahwa orang-orang yang melukai hati orang lain atau menjalankan tingkah laku
yang menyimpang dari masyarakat dilihat sebagai ancaman oleh orang-orang yang
sudah merasa din mapan.
Para ahli teori sosio-budaya juga
berpendapat bahwa begitu sebutan (la-beling) "penyakit mental"
digunakan, maka sulit sekali menghilangkannya. Sebutan itu juga mempengaruhi
bagaimana (Hang lain memberikan respons kepada orang itu. Dengan sebutan
"sakit mental", maka orang lain memberikan stigmatisasi dan degradasi
sosial kepada orang itu. Peluang-peluang kerj a ter-tutup untuk mereka,
persahabatan mungkin putus, dan orang-orang yang disebut sakit mental itu makin
lama makin diasingkan dari masyarakat. Szasz berpen-dapat bahwa memperlakukan
orang-orang sebagai "orang-orang yang menderita sakit mental" sama
saja menelanjangi martabat mereka karena menolak mereka untuk bertanggung jawab
terhadap tingkah laku dan pilihan mereka sendiri. Dalam pandangan Szasz,
orang-orang yang bermasalah hams didorong untuk lebih bertanggung jawab dalam
menangani hidup dan memecahkan masalah-masalah mereka sendiri.
Masyarakat sebagai Agen yang Tidak Adil
Salah seorang pendukung terkenal
dari pandangan sosio-budaya adalah R.D. Laing, seorang psikiater Inggris,
memiliki pandangan yang sama dengan para humanis mengenai bermacam-macam
penyakit sosial dalam masyarakat kon-temporer. Dia berpandangan lebih kritis
karena menuduh masyarakat sebagai agen yang tidak adil karena tetap berjuang
supaya kelas bawah tetap berada sebagai kelas bawah. Laing juga mengkritik
komunikasi modern, terutama pola-pola komunikasi dalam keluarga. Keluarga dan
masyarakat menetapkan tujuan-tujuan yang bertentangan dan tanpa makna serta
mendorong individu untuk memberangus tingkah lakunya sendiri yang autentik dan
mengutamakan peran sosial yang sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat.
Pada waktu individu menjadi dewasa, ia diputuskan dari dirinya yang sebenarnya
dan ia mengem-bangkan diri palsu yang cocok dengan dunia sosial (masyarakat)
dengan akibatnya ia merasa terasing dari dirinya sendiri.
Komentar tentang Pendekatan Sosio-budaya
Pandangan sosio-budaya telah
menekankan peran lingkungan sosial terhadap emosi-emosi dan tingkah laku
abnormal (maladaptif). Mi-salnya, tingkat stres dan depresi anak-anak meningkat
bila mereka hidup'dalam suatu lingkungan di mana orang-orang dewasa se-lalu
marah dan bertindak agresif. Ada bukti bahwa kepekaan terhadap perselisihan
orang tua adalah lebih besar untuk anak laki-laki daripada untuk anak perempuan
(Cummings, et al., 1985; Farber, et al., 1985).
Pandangan sosio-budaya telah
berpengaruh dalam menghasilkan pen-dekatan-pendekatan balm yang kreatif
terhadap tingkah laku abnormal pada golongan-golongan penduduk yang
kebutuhan-kebutuhan psikologisnya sampai sekarang diabaikan. Pendekatan ini
efektif baik dalam mengubah segi pemikiran akademik maupun dalam mengubah kebijakan
sosial. Pendekatan ini juga pen-ting karena mengajukan beberapa pertanyaan
penelitian yang akan datang dan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan menyumbangkan se-suatu kepada pemahaman kita mengenai penyebab sosial dari
tingkah laku abnormal dan cara-cara lingkungan sosial dapat meningkatkan
kehidupan anak-anak dan orang-orang dewasa. Pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan adalah:
(1) Bagaimana stres dalam
kehidupan pribadi dan dalam masyarakat mempengaruhi tingkah laku abnormal?;
(2) Dapatkah masyarakat
memberi-kan dukungan sosial yang mencegah tingkah laku abnormal atau membatasi
akibat-akibat yang tidak diinginkan?;
(3) Bagaimanakah masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan dari kelompok-kelompok tertentu, seperti orang-orang yang
menderita penyakit mental kronis dan orang-orang tunawisma, dengan sangat baik?
0 comments:
Post a Comment