Friday, 11 December 2015

Di atas telah diutarakan bahwa dalam berpikir orang mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun merupakan kebulatan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami. Dalam hal ini orang dapat mendekati masalah itu melalui beberapa cara:
a. Berpikir Induktif Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang ber-langsung dari khusus menuju kepada yang. umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa ciri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi. Beberapa contoh sebagai penjelasan:
1) Seorang ahli psikologi mengadakan penyelidikan dengan observasi. Bayi A setelah dilahirkan segera menangis, bayi B. juga begitu, bayi C, D, E, F, dan seterusnya de-mikian pula. Kesimpulan "semua bayi yang normal segera menangis pada waktu dilahirkan". Seorang guru mengadakan eksperimen-eksperimen me-nanam biji-bijian bersama murid-muridnya; jagung di-tanam, tumbuh ke atas; kacang tanah ditanam tumbuh-nya ke atas pula ; kacang merah ditanam dengan mata lembaganya di sebelah bawah, tumbuhnya ke atas pula biji-biji yang lain demikian pula. Kesimpulan: Semua batang tanaman tumbuhnya ke atas mencari sinar mata-hari.
Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung kepada representatif atau tidaknya sampel yang diambil yang mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil berarti makin re-presentatif, dan makin besar pula taraf dapat dipercaya (validitas) dari kesimpulan itu; dan sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh obyek-tivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki.
b. Berpikir Deduktif Sebaliknya dari berpikir induktif, maka berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan yang dianggap-nya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ is menerapkan-nya kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut. Contoh sebagai penjelasan:
1) Manusia semua akan mati (kesimpulan umum) Jamilah adalah manusia (kesimpulan khusus) Jamilah akan mati (kesimpulan deduksi)
2) Semua logam jika dipanaskan memuai (kesimpulan umum) Besi adalah logam (kesimpulan khusus) Besi jika dipanaskan memuai (kesimpulan deduksi) Ada pula semacam kesimpulan deduksi yang tidak dapat kita terima kebenarannya, yang disebut silogisme semu.
Contoh: Semua manusia bernafas dengan paru-paru (premis mayor) Anjing bernafas dengan paru-paru (premis minor) Karena itu anjing adalah manusia (kesimpulan yang salah).
c. Berpikir Analogis Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analo-gis ialah berpikir dengan jalan menyamakan atau memper-bandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Di dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenar-an dari fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang.
Contoh: Setiap hari kira-kira jam 11.00 udara di atas kota Bogor kelihatan berawan tebal; dan tidak lama se-sudah itu hujan lebat turun sampai sore. Pada suatu hari kira-kira jam 11.00 udara di atas kota Bogor berawan tebal. Kesimpulannya: "sudah tentu sebentar lagi akan turun lagi hujan lebat sampai sore".

Kesimpulan yang diambil dari berpikir analogis ini kebenaran nya lebih kurang dapat dipercaya. Kebenarannya ditentukan oleh faktor "kebetulan" dan bukan berdasarkan perhitungan yang tepat. Dengan kata lain: validitas kebenarannya sangat rendah. 

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget