Friday, 11 December 2015

Berikut ini akan kita kemukakan beberapa hasil/pendapat yang penting dari penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh ahli-ahli psikologi terhadap proses berpikir manusia.
a. Oswald Kulpe dengan rekan-rekannya, setelah mengadakan eksperimen-eksperimen terhadap mahasiswa-mahasiswanya de-ngan menggunakan metode instrospeksi-eksperimental, mendapat kesimpulan sebagai berikut:
1) Bahwa di dalam diri manusia terdapat adanya gejala-gejala psikis yang tidak dapat diragukan. Di samping kesan-kesan dan tanggapan-tanggapan yang diperoleh dengan alat indra masih ada gejala-gejala yang lebih abstrak dan tidak dapat diragukan. Hal demikian terjadi antara lain waktu orang berpikir.
2) Bahwa pada waktu berpikir, aku atau pribadi orang itu memegang peranan yang penting. Si "aku" bukanlah faktor yang pasif (seperti pendapat psikologi asosiasi), melainkan merupakan faktor yang mengemudikan semua perbuatan sadar.
3) Bahwa berpikir itu mempunyai arah tujuan yang tertentu (determine rende tendens). Arah tujuan berpikir itu di-tentukan/dipengaruhi oleh soal atau masalah yang harus dipecahkannya.
b Frohn dan kawan-kawannya, setelah menyelidiki bagaimana proses dan perkembangan berpikir pada anak-anak yang bisu tuli dan membandingkannya dengan anak-anak yang normal, mengambil kesimpulan sebagai berikut : Berpikir lalah bekerja dengan unsur-unsur yang abstrak dan bergerak ke arah yang ditentukan oleh soal/masalah yang di-hadapi. Tetapi anak-anak kecil, anak-anak yang terbelakang, dan anak-anak yang bisu-tuli, dalam berpikir itu tidak dapat melepaskan diri dari bayang-bayang/tanggapan-tanggapan kongkret. Karena itu mereka tidak dapat membentuk pikir-an-pikiran yang logis dan umum.
Pada anak-anak kecil, berpikirnya dipengaruhi oleh tang-gapan-tanggapan yang kongkret yang pernah diamatinya. Sedangkan anak-anak yang bisu tuli tidak dapat menyusun pengertian karena perkembangan bahasanya terhambat.

Juga dari penyelidikannya itu Frohn dan kawan-kawannya mendapatkan bahwa di dalam kesadaran manusia dapat di-bedakan adanya tiga tingkatan (niveau kesadaran).
1) Tingkat lukisan kongkret, dalam tingkat ini bayangan-bayangan/ tanggapan khusus terjadi karena pengamatan dengan alat indra sifatnya masih kongkret. Kesadaran akan hubungan antara tanggapan-tanggapan itu satu sama lain belum ada.
2) Tingkat skematis, dalam tingkat ini tanggapan-tanggapan tidak lagi sangat kongkret. Orang telah mempunyai lukis-an-lukisan umum. Hubungan atau asosiasi antara tanggapan yang satu dengan yang lain telah ada.
3) Tingkat pengertian abstrak. Dalam tingkat ini pengertian-pengertian telah terbagi dalam golongan-golongan. Sifat-nya abstrak. Dalam pemakaian kata-kata orang dengan cepat tanpa membayangkan benda-bendanya. Alam Pikiran penuh dengan pengertian-pengerian umum, dan kekuatan jiwa ialah menyusun pengertian-pengertian itu menurut arahnya yang ditentukan oleh soal yang dihadapi-nya. Semua niveau memegang peranan berganti-ganti dalam kesadaran kita, juga pada waktu orang berpikir.
c. Otto Selz dan Willwoll Dari penyelidikannya terhadap peranan tanggapan dalam proses berpikir, mereka mengambil kesimpulan sebagai ber-ikut Selz. Bahwa tanggapan-tanggapan kongkret tidak mempunyai pe-ngaruh sama sekali atau hanya sedikit sekali pengaruhnya dalam proses berpikir. Tanggapan kongkret tidak amat me-lancarkan dan tidak pula amat merintangi jalannya pikiran. Bahwa tanggapan-tanggapan kongkret dapat mengganggu dan menghambat jalannya berpikir. Tanggapan-tanggapan kongkret baru berharga sesudah bagian-bagiannya yang tidak perlu telah dihilangkan oleh tenaga jiwa kita, sehingga tinggal sarinya yang asli saja.
Pendapat-pendapat/kesimpulan-kesimpulan lain dari Selz dan kawan-kawannya, yang penting bagi kita ialah: Berpikir adalah soal kecakapan menggunakan metode-metode (cara-cara) menyelesaikan masalah yang dihadapi. Metode-metode ini dapat diajarkan kepada orang lain, asalkan tingkat perkem-bangan jiwa orang itu telah matang untuk menerimanya. Berhubungan dengan kesimpulan Selz tersebut, Prof. Kohnstamm menyatakan bahwa belajar berpikir adalah mem-pelajari (mengenal) cara-cara menggolong-golongkan penga-laman-pengalaman yang ada dalam jiwa, sehingga pengalaman/ tanggapan-tanggapan yang banyak dan tidak teratur menjadi tersusun merupakan kebulatan-kebulatan yang mudah di-kuasai/dimengerti.
d. Hasil-hasil penyelidikan berpikir yang telah' disebutkan di atas, berpengaruh besar sekali terhadap perbaikan cara-cara mendidik dan mengajar di sekolah-sekolah. Dalam mendidik dan mengajar, pendidik tidak cukup hanya mengisikan pe-ngetahuan atau tanggapan-tanggapan yang banyak ke dalam otak anak-anak. Anak harus diajar berpikir dengan baik. Supaya anak dapat berpikir dengan baik, kita perlu mem-berikan :
1) Pengetahuan siap (parate kennis): yakni pengetahuan pasti yang sewaktu-waktu siap untuk dapat dipergunakan seperti hafal tentang abjad, kali-kalian 1 .s/d 10 dan se-bagainya.
2) Pengertian yang berisi, yang mengandung arti (tidak verbalistis) dan benar-benar dimengerti oleh anak-anak.
3) Melatih kecakapan membentuk skema, yang memungkin-kan berpikir secara teratur dan skematis.

4) Soal-soal yang mendorong anak untuk berpikir. Dalam hal ini faktor motivasi memegang peranan yang penting. Tentang motivasi akan diuraikan lebih lanjut pada bab VI, sesudah kita membicarakan intelijensi yang sangat erat hubungannya dengan maialah berpikir.

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget