Berikut ini akan kita kemukakan
beberapa hasil/pendapat yang penting dari penyelidikan-penyelidikan yang
dilakukan oleh ahli-ahli psikologi terhadap proses berpikir manusia.
a. Oswald Kulpe dengan rekan-rekannya, setelah mengadakan
eksperimen-eksperimen terhadap mahasiswa-mahasiswanya de-ngan menggunakan
metode instrospeksi-eksperimental, mendapat kesimpulan sebagai berikut:
1) Bahwa di dalam diri manusia
terdapat adanya gejala-gejala psikis yang tidak dapat diragukan. Di samping
kesan-kesan dan tanggapan-tanggapan yang diperoleh dengan alat indra masih ada
gejala-gejala yang lebih abstrak dan tidak dapat diragukan. Hal demikian
terjadi antara lain waktu orang berpikir.
2) Bahwa pada waktu berpikir, aku
atau pribadi orang itu memegang peranan yang penting. Si "aku"
bukanlah faktor yang pasif (seperti pendapat psikologi asosiasi), melainkan
merupakan faktor yang mengemudikan semua perbuatan sadar.
3) Bahwa berpikir itu mempunyai
arah tujuan yang tertentu (determine rende tendens). Arah tujuan berpikir itu
di-tentukan/dipengaruhi oleh soal atau masalah yang harus dipecahkannya.
b Frohn dan kawan-kawannya, setelah menyelidiki bagaimana proses dan
perkembangan berpikir pada anak-anak yang bisu tuli dan membandingkannya dengan
anak-anak yang normal, mengambil kesimpulan sebagai berikut : Berpikir lalah
bekerja dengan unsur-unsur yang abstrak dan bergerak ke arah yang ditentukan
oleh soal/masalah yang di-hadapi. Tetapi anak-anak kecil, anak-anak yang
terbelakang, dan anak-anak yang bisu-tuli, dalam berpikir itu tidak dapat melepaskan
diri dari bayang-bayang/tanggapan-tanggapan kongkret. Karena itu mereka tidak
dapat membentuk pikir-an-pikiran yang logis dan umum.
Pada anak-anak kecil, berpikirnya
dipengaruhi oleh tang-gapan-tanggapan yang kongkret yang pernah diamatinya.
Sedangkan anak-anak yang bisu tuli tidak dapat menyusun pengertian karena
perkembangan bahasanya terhambat.
Juga dari penyelidikannya itu
Frohn dan kawan-kawannya mendapatkan bahwa di dalam kesadaran manusia dapat
di-bedakan adanya tiga tingkatan (niveau kesadaran).
1) Tingkat lukisan kongkret,
dalam tingkat ini bayangan-bayangan/ tanggapan khusus terjadi karena pengamatan
dengan alat indra sifatnya masih kongkret. Kesadaran akan hubungan antara
tanggapan-tanggapan itu satu sama lain belum ada.
2) Tingkat skematis, dalam
tingkat ini tanggapan-tanggapan tidak lagi sangat kongkret. Orang telah
mempunyai lukis-an-lukisan umum. Hubungan atau asosiasi antara tanggapan yang
satu dengan yang lain telah ada.
3) Tingkat pengertian abstrak.
Dalam tingkat ini pengertian-pengertian telah terbagi dalam golongan-golongan.
Sifat-nya abstrak. Dalam pemakaian kata-kata orang dengan cepat tanpa
membayangkan benda-bendanya. Alam Pikiran penuh dengan pengertian-pengerian
umum, dan kekuatan jiwa ialah menyusun pengertian-pengertian itu menurut
arahnya yang ditentukan oleh soal yang dihadapi-nya. Semua niveau memegang
peranan berganti-ganti dalam kesadaran kita, juga pada waktu orang berpikir.
c. Otto Selz dan Willwoll Dari
penyelidikannya terhadap peranan tanggapan dalam proses berpikir, mereka
mengambil kesimpulan sebagai ber-ikut Selz. Bahwa tanggapan-tanggapan kongkret
tidak mempunyai pe-ngaruh sama sekali atau hanya sedikit sekali pengaruhnya
dalam proses berpikir. Tanggapan kongkret tidak amat me-lancarkan dan tidak
pula amat merintangi jalannya pikiran. Bahwa tanggapan-tanggapan kongkret dapat
mengganggu dan menghambat jalannya berpikir. Tanggapan-tanggapan kongkret baru
berharga sesudah bagian-bagiannya yang tidak perlu telah dihilangkan oleh
tenaga jiwa kita, sehingga tinggal sarinya yang asli saja.
Pendapat-pendapat/kesimpulan-kesimpulan
lain dari Selz dan kawan-kawannya, yang penting bagi kita ialah: Berpikir
adalah soal kecakapan menggunakan metode-metode (cara-cara) menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Metode-metode ini dapat diajarkan kepada orang lain,
asalkan tingkat perkem-bangan jiwa orang itu telah matang untuk menerimanya.
Berhubungan dengan kesimpulan Selz tersebut, Prof. Kohnstamm menyatakan bahwa
belajar berpikir adalah mem-pelajari (mengenal) cara-cara menggolong-golongkan
penga-laman-pengalaman yang ada dalam jiwa, sehingga pengalaman/
tanggapan-tanggapan yang banyak dan tidak teratur menjadi tersusun merupakan
kebulatan-kebulatan yang mudah di-kuasai/dimengerti.
d. Hasil-hasil penyelidikan
berpikir yang telah' disebutkan di atas, berpengaruh besar sekali terhadap
perbaikan cara-cara mendidik dan mengajar di sekolah-sekolah. Dalam mendidik
dan mengajar, pendidik tidak cukup hanya mengisikan pe-ngetahuan atau
tanggapan-tanggapan yang banyak ke dalam otak anak-anak. Anak harus diajar berpikir
dengan baik. Supaya anak dapat berpikir dengan baik, kita perlu mem-berikan :
1) Pengetahuan siap (parate
kennis): yakni pengetahuan pasti yang sewaktu-waktu siap untuk dapat
dipergunakan seperti hafal tentang abjad, kali-kalian 1 .s/d 10 dan se-bagainya.
2) Pengertian yang berisi, yang
mengandung arti (tidak verbalistis) dan benar-benar dimengerti oleh anak-anak.
3) Melatih kecakapan membentuk
skema, yang memungkin-kan berpikir secara teratur dan skematis.
4) Soal-soal yang mendorong anak
untuk berpikir. Dalam hal ini faktor motivasi memegang peranan yang penting.
Tentang motivasi akan diuraikan lebih lanjut pada bab VI, sesudah kita
membicarakan intelijensi yang sangat erat hubungannya dengan maialah berpikir.
0 comments:
Post a Comment