Dalam penyelidikannya tentang
intelijensi, Kohler mengadakan eksperimen-eksperimen dengan, hewan. Seekor
simpanse (semacam beruk yang besar) dikurung di dalam kandang. Di luar kandang
itu ditaruh sebuah pisang yang tidak terjangkau oleh binatang itu. Di dalam
kandang itu terdapat sebatang tongkat. Terlihat oleh Kohler bahwa simpanse itu
berbuat demikian: Ia menjangkau pisang itu tetapi tangannya tidak sampai; lama
ia menengok-nengok sekelilingny- a, seolah-solah seperti gelisah ; tampak
oleh-nya sebatang tongkat. Diraihnya pisang itu dengan tongkat, di-makannya
pisang itu, tongkat itu dilemparkannya.
Setelah percobaan itu dipersukar (dengan
menggunakan dua buah tongkat yang bisa disambungnya), ternyata hanya seekor
simpanse saja yaitu: si "Sultan" yang terpintar. Ia dapat mencapai
pisang itu dengan menghubungkan kedua tongkat itu. Percobaan itu dilanjutkan:
Sekarang pisang itu digantungkan di atas
kandang (di langit-langit). Di dalam kandang itu diletakkan sebuah peti kosong.
Bagaimana dilakukan simpanse itu? Ia melompat-lompat berusaha mencapai pisang
itu, tetapi tidak terjangkau karena tingginya. Setelah berkali-kali ia berbuat
demikian dan ternyata sia-sia saja, ia duduk, seolah-olah termenung. Ia melihat
ke kiri dan ke kanan. Sekonyong-konyong melornpatlah ia ke arah peti di sudut
kandang itu. Ditariknya peti itu ke bawah pisang yang tergantung di
langit-langit (cara menemukan "alat" dengan sekonyong-konyong oleh
simpanse itu, oleh Kohler disebut "Aha eriebnis" yang berarti
"penghayatan Aha"). Dengan melompat ke atas peti itu dapatlah
simpanse itu mencapai pisang itu.
Percobaan-percobaan demikian diteruskan
oleh Kohler dengan beberapa ekor simpanse dan menggunakan beberapa alat. Dalam
percobaan-percobaan tersebut ternyata ada seekor simpanse yang diberi naijia
Sultan tadi, yang dapat menyusun dua buah peti dalam usahanya mencapai pisang
itu.
Dari percobaan-percobaan yang dilakukan
Kohler dengan simpanse itu kita dapat menarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
·
Pada kera (simpanse), terutama si Sultan
telah terdapat per-mulaan "alat" (tongkat dan ,peti). Hanya bedanya
dengan manusia, alat itu tidak disempurnakan, tidak disimpan dan tidak pula
kera itu mencari-cari alat itu.
·
Manusia dapat "menemukan"
alat. Bagi manusia tiap-tiap benda diubah-ubah fungsinya sesuai dengan
kebutuhan atau maksudnya. Peti bisa untuk tempat barang-barang; atau tem-pat
duduk, atau untuk tangga dan sebagainya. Hal ini disebab-kan karena manusia itu
mempunyai bahasa. Dengan bahasa manusia dapat menanggapi, mengingat, berpikir.
Tanggapan, ingatan, fantasi, dan sebagainya adalah faktor yang penting dalam
perbuatan intelijensi.
·
Dapatkah beberapa hewan menanggapi
sesuatu? Beberapa eksperimen antara lain dengan simpanse membuktikan bahwa memang
beberapa jenis hewan dapat menangkap sesuatu. Tetapi makin rendah harkat hewan
itu, makin sedikit yang dapat ditanggapinya, makin kabur tanggapan-tanggapan
itu makin sebentar berlangsungnya. Demikian pula ingatannya.
·
Antara intelijensi manusia dan binatang
terdapat perbedaan yang besar. Sebagai perbedaan yang pertama dan terpenting
ialah karena manusia memperoleh bantuan yang besar yang berupa bahasa.
0 comments:
Post a Comment