a. Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut :
a. physiological drive dan
b. social motives.
Yang dimaksud dengan physiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis/jasmaniah, seperti lapar, haus, lapar seks, dan sebagainya. Sedangkan social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang lain dalam masyarakat; seperti : dorongan estetis, dorong'an ingin selalu berbuat baik (etika), dan sebagainya. Tidak dapat kita ingkari bahwa yang kedua ini adalah timbul dan berkembang karena adanya yang pertama. Jadi kedua golongan motif tersebut berhubung-an satu sama lain. Dapat pula dikatakan, bahwa golongan yang kedua sifat-nya lebih tinggi (hanya terdapat pada manusia) daripada yang pertama.
b. Woodworth mengadakan klasifikasi motif-motif sebagai ber-ikut: Mula-mula ia membedakan/membagi motif-motif itu menjadi dua bagian: unlearned motives(motif-motif pokok yang tidak dipelajari) dan learned motives(motif-motif yang dipelajari).
Motif yang tidak dipelajari merupakan motif yang pokok, yang biasa disebut drive (dorongan). Yang termasuk ke dalam unlearned motives ialah motivf-motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan/kebutuhan-kebutuhan dalam tu-buh, seperti: lapar, haus, sakit, dan sebagainya yang semua-nya itu menimbulkan dorongan dalam diri untuk minta supaya dipenuhi, atau menjauhkan diri daripadanya.
Perasaan suka dan tidak suka menurut Woodworth adalah merupakan aspek-aspek yang didasari daripada motif-motif untuk mendekatkan diri dan menjauhkan diri dari sesuatu. Apa yang disukainya mendorong seseorang untuk mendekati/ mencapainya, dan apa yang tidak disukainya menimbulkan dorongan pada seseorang untuk menghindari/menjauhinya.
Selanjutnya Woodworth menyatakan bahwa motif-motif pada seseorang itu berkembang melalui kematangan, latihan, dan melalui belajar. Dengan melalui latihan dan kehidupan sehari-hari, maka unlearned motives pada seseorang makin berkembang dan mengalami perubahan-perubahan seperti berikut:
1) Tujuan-tujuan dan motif-motif menjadi lebih mengkhusus.
2) Motif-motif itu makin berkombinasi menjadi motif-motif yang lebih kompleks.
3) Tujuan-tujuan perantara, dapat menjadi/berubah menjadi tujuan yang sebenarnya.
4) Motif-motif itu dapat timbul karena adanya perangsang-perangsang baru (perangsang buatan): motif-motif wajar dapat berubah menjadi motif bersyarat.
Contoh :
1) Anak yang berumur 6 tahun karena melihat kakak-kakak-nya atau teman-temannya yang sudah bersekolah, ingin masuk sekolah. Adapun yang mendorong dia ingin ber-sekolah pada mulanya ialah karena ingin bergaul dan me-ngetahui pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah itu (keinginannya bersifat umum). Setelah ia terus bersekolah, melanjutkan dan seterusnya; mungkin ia kemudian tertarik oleh suatu mata pelajaran tertentu, atau mungkin akhirnya ia menjadi seorang speialis dari suatu keahlian tertentu (mengkhusus).
2) Ini terjadi jika suatu obyek yang sama menjadi tujuan dari pada dua motif/keinginan atau lebih. Umpama: Seseorang buru-buru ingin pulang ke rumahnya, tidak hanya karena ingin makan atau rindu kepada keluarganya, atau men-dapat perlindungan/merasa aman, dan sebagainya tetapi semua keinginan-keinginan tersebut bergabung menjadi satu dalam motif pulang.
3) (a) Saudara dari A akan pergi ke Z. Dari pengalaman saudara tahu bahwa jalan yang terdekat/terbaik untuk pergi ke Z adalah melalui M, dan jika Saudara sudah dapat sampai di M berarti telah setengah perjalanan tercapai. Dalam hal yang demikian ini sering kali M itu sendiri menjadi tujuan sehingga hampir-hampir Z terlupakan setelah saudara dapat mencapai M.
(b) Uang adalah suatu benda yang hanya merupakan alai untuk mencapai tujuan yang lebih jauh. Tetapi keinginan untuk mendapat uang itu sendiri bagi banyak orang seringkali sangat kuat. Mereka merasa puas jika telah dapat menerima/mendapatkan uang itu, seolah-olah tujuannya telah tercapai. Padahal tujuan yang sebenarnya bukanlah uang itu sendiri.
4) Motif takut (menghindarkan difi dari bahaya), tidak hanya timbul pada waktu melihat bahaya itu di depan, harimau, tembakan, dan sebagainya, tetapi mendengar sirine di waktu perang dapat merasa takut juga. Anak kecil yang sering ditakut-takuti, dapat menjadi takut hanya karena mendengar cerita-cerita yang menakutkan.
Seliubungan dengan uraian tersebut di atas, maka Wood-worth kemudian menggolongkan/membagi motif-motif itu menjadi tiga golongan:
1) Kebutuhan-kebutuhan organis: yakni motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti: lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya.
2) Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) ialah motif-motif yang timbul jika situasi me-nuntut timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. lam hal ini motif itu timbul bukan atas kemau-an kita, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik kita. Contoh: Di waktu kita sedang asyik belajar, se-konyong-konyong terdengar teriakan "Tolong". Seketika itu juga kita terdorong untuk keluar rumah dan . . . me-lakukan sesuatu. Termasuk juga ke dalam motif ini ialah motif melarikan diri dari bahaya, motif berkelahi, me ngejar dan motif berusaha atau berihtiar (mengatasi suatu rintangan).
3) Motif Obyektif: ialah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh: motif menyelidiki, meng-gunakan lingkungan. Emergency motives dan objective motives adalah motif-motif yang tergantung pada hubungan-hubungan individu dengan lingkungannya.
c. Motif-motif itu dapat pula dibedakan sebagai berikut:
1) Motif intrinsik, dan
2) Motif ekstrinsik.
Disebut motif intrinsik jika yang mendorong untuk bertindak ialah nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri. Contoh:
1) Si Amat bertekun mempelajari psikologi karena is benar-benar tertarik dan ingin sekali menguasai pelajaran itu. Motif intrinsik timbul dari dalam diri seseorang tanpa paksaan dari luar.
2) Seorang anak belajar bukan didorong oleh keinginan untuk benar-benar mengetahui apa yang dipelajarinya, melainkan agar supaya lulus ujian, atau supaya orang tuanya senang, atau karena takut dimarahi ayah/gurunya, dan sebagai-nya. (Apakah yang mendorong Saudara, mempelajari mata kuliah yang diberikan di HOP ini?) Perlu diingat, bahwa perbuatan-perbuatan yang kita laku-kan sehari-hari, banyak yang didorong oleh motif-motif ekstrinsik; tetapi jug' banyak pula yang didorong oleh motif-motif intrinsik, atau oleh keduanya sekali gus. Meski demikian, yang paling baik terutama dalam hal .belajar ialah motif intrinsik. Tugas gum ialah mem-bangkitkan motivasi pada murid-muridnya. Usahakan agar motivasi dalam belajar pada anak-anak itu adalah motif intrinsik. Dengan motif/motivasi intrinsik anak/ orang itu aktif sendiri, bekerja sendiri tanpa suruhan atau paksaan orang lain.
0 comments:
Post a Comment