a. Psikologi Asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir itu tidak lain
daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hokum asosiasi. Aliran
psikologi asosiasi berpendapat bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah
terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-tanggapan. Unsur yang paling
sederhana dan merupakan dasar bagi semua akti-vitas kejiwaan adalah
tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan,
keinginan dan berpikir, semua berasal/terjadi karena bekerjanya
tanggapan-tanggapan. Keaktifan pribadi manusia itu sendiri diabaikannya.
Pendapat inilah yang kemudian menimbulkan pendidikan dan pengajar-an yang
bersifat intelektualistis dan verbalistis. Tokoh yang terkenal dalam aliran ini
ialah John Locke (1632-1704) dan lierbart (1770-1841). Dengan adanya
eksperimen-eks-perimen yang dilakukan oleh para ahli psikologi kemudian, pendapat
aliran ini tidak dapat dipertahankan lagi.
b. Aliran Behaviorisme : berpendapat bahwa "berpikir" adalah
gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara
seperti halnya bila kita mengucapkan "buah pikiran". Jadi menurut
Behaviorisme "berpikir" tidak lain adalah berbicara. Jika pada psikoiogi
asosiasi yang merupa-kan unsur-unsur yang paling sederhana dalam kejiwaan
manu-sia adalah tanggapan-tanggapan, maka pada behaviorisme unsur yang paling
sederhana itu adalah refleks. Refleks adalah gerakan/reaksi tak sadar yang
disebabkan adanya perangsang dari luar. Semua keaktifan jiwa yang lebih tinggi,
seperti perasaan, kemauan dan berpikir, dikembalikannya kepada refleks-refleks.
Dalam penyelidikannya terhadap tingkah laku manusia, Behaviorisme hanya mau
tabu soal tingkah laku luar (badaniah) saja. Gejala-gejala psikis yang mungkiri
terjadi adalah akibat dari adanya gejala-gejala/perubahan-perubahan jasmaniah
sebagai reaksi terhadap perangsang-perangsang tertentu. Itulah sebabnya maka
menurut kaum Behavioris (W. James) "orang tidak menangis karena susah,
tetapi orang susah karena menangis". Juga J.B. Watson, se-orang behavirois
yang lebih radikal lagi mengatakan bahwa: Bahasa ialah gerak-gerak yang
tertentu dari pangkal teng-gorok dan bagian-bagian mulut lainnya, dan bunyi
yang di-akibatkannya. Senyum adalah gerak-gerak tertentu dari cuping hidung dan
sudut mulut disertai kerlipan mata.
Tentu saja terhadap pendapat
Behaviorisme banyak yang tidak dapat menyetujuinya. Manusia bukan sekedar mesin
reaksi seperti robot yang hanya bertindak dan berbuat jika ada perangsang dari
luar. Demikian pula terhadap pen-dapatnya tentang berpikir, kita tidak dapat
menyetujuinya. Memang ada benarnya, bahwa kadang-kadang dalam pekerja-an
berpikir dapat dilihat/didengar adanya berbicara. Tetapi pendapat seperti itu
dapat dibantah dengan adanya kenyata-an, bahwa orang dapat bersenandung sambil
berpikir tentang sesuatu. Kita memandang berpikir sebagai aktivitas rohani yang
sebenarnya, yang kadang-kadang memang dapat juga disertai gejala-gejala
jasmani. Gejala-gejala jasmani hanya merupakan penampakan turut aktifnya dalam
situasi ber-pikir, seperti halnya orang tegang ototnya bila ada pemusatan
pikiran. Tetapi gejala-gejala jasmani yang demikian itu tidak termasuk hal yang
esensial dalam keaktifan berpikir.
c. Psikologi Gestalt memandang bahwa gestalt yang teratur mempunyai
peranan yang besar dalam berpikir. Psikologi Gestalt berpendapat bahwa proses
berpikirpun seperti proses gejala-gejala psikis yang lain — merupakan suatu
kebulatan. Berlainan dengan Behaviorisme, maka penganut Psikologi Gestalt
memandang berpikir itu merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya
tidak dapat kita amati dengan alat indra kita. Proses berpikir itu dilukiskan
sebagai ber-ikut: "Jika dalam diri seseorang timbul suatu masalah yang
harus dipecahkan, terjadilah lebih dahulu suatu skema/bagan yang masih agak
kabur-kabur.
Bagan itu dipecahkan dan
di-banding-bandingkan dengan seksama. Bagian gestalt dalam bagan itu diafnati
benar-benar. Orang mencari bagian-bagian yang belum tampak dalam kebulatan yang
dihadapinya. Kemudian sekonyong-konyong anggota-anggota/bagian yang dicarinya
itu muncul, sehingga tak terasa kekosongan lagi. Apa yang dicarinya telah
diketemukan. Masalah yang dihadapi terpecahkan.
d. Sehubungan dengan pendapat
para ahli psikologi Gestalt itu, maka ahli-ahli psikologi sekarang sependapat
bahwa proses berpikir pada taraf yang tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1) Timbulnya masalah, kesulitan
yang hams dipecahkan,
2) Mencari dan mengumpulkan
fakta-fakta yang dianggap ada sangkut pautnya dengan pemecahan masalah,
3) Taraf pengolahan atau
pencernaan, fakta diolah dan di-cernakan,
4) Taraf penemuan atau pemahaman;
menemukan cara me-m ecahkan masalah,
5) Menilai, menyempurnakan dan
mencocokkan hasil pe-mecahan.
Perlu dingat, bahwa jalannya
berpikir itu ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Suatu masalah yang sama,
mungkin menimbulkan adanya pemecahan yang berbeda-beda pada tiap orang.
Sehingga hasilnya pun kemungkinan berbeda pula. Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jalan-nya berpikir itu antara lain ialah bagaimana seseorang
melihat atau memahami masalah itu, situasi yang sedang dialami seseorang dan
situasi luar yang dihadapi, pengalaman-peng-alaman orang itu, dan bagaimana
kecerdasan orang tersebut.
0 comments:
Post a Comment