KONSEP DIRI
Konsep diri adalah jawaban-jawaban seseorang atas pertanyaan
"siapa ya". Aspek yang paling penting dari kita adalah diri kita
sendiri, dimana kita mengetahui siapa kita, apa jenis kelamin kita, apa yang
kita rasakan dan memori apa yang telah kita alami, dan sebagainya. Seorang
ilmuwan neurosains menyatakan bahwa ada sebuah bagian syaraf yang terietak di
celah antara kedua hemisfer otak kita tepat dibelakang mata, yang nampaknya
membantu kita untuk tetap memiliki kesadaran akan diri kita sendiri. Bagian ini
disebut sebagai "korteks prefrontal medial", dimana bagian ini
menjadi lebih aktif ketika kita memikirkan diri kita sendiri (Myers, 2012:47).
Self memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita mengelola informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan lain-lain. Bagaimana kita melindungi citra diri kita dari informasi yang mengancam, mempertahankan konsistensi diri dan untuk menemukan alasan pada setiap inkonsistensi (Baron & Byrne, 2004:165). Elemen konsep diri merupakan sebuah keyakinan spesifik yang kita gunakan untuk mendefinisikan skema diri (selfschemas). Skema diri adalah keyakinan-keyakinan tentang diri yang mengatur dan memandu pemrosesan informasi yang relevan dengan diri. Contoh skema diri adalah bagaimana kita mendefinisikan diri kita sebagai seorang yang atletis, cantik, cerdas dan sebagainya. Persepsi ini akan sangat kuat mempengaruhi kita tentang bagaimana kita mengevaluasi orang lain, memersepsi dan mengingat. Skema diri membantu kita mengorganisasi dan mengingat kembali pengalaman-pengalaman kita.
Sekides & Skowronski (dalam Baron & Byrne, 2004:
165-166) menyatakan bahwa self berevolusi sebagai karakteristik adaptif dengan
memunculkan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kesadaran diri subjektif (subjective self-awareness),
yang melibatkan kemampuan organisme untuk membedakan dirinya dengan lingkungan
fisik dan sosialnya. Sebagian besar hewan memiliki karakteristik ini dan hal
ini meningkatkan kemungkinan bertahan hidup.
b. Kesadaran diri objektif (objective self-awareness) yaitu
kapasitas organisme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, menyadari keadaan
pikirannya sendiri dan "mengetahui bahwa ia tahu, mengingat bahwa ia
ingat".
c. Kesadaran diri simbolik (symbolic self-awareness) yaitu
kemampuan untuk membentuk representasi kognitif diri yang abstrak melalui
bahasa. Representasi ini akan menciptakan kemungkinan bagi individu untuk
berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan tujuan, mengevaluasi hasil,
membangun sikap yang berhubungan dengan dirinya, dan membela diri terhadap
komunikasi yang mengancam. Sepanjang kehidupan individu, interaksi dengan orang
lain dalam banyak konteks akan terus berlanjut dalam mempengaruhi berbagai
aspek kehidupannya.
Konsep diri kita tidak hanya skema diri, namun juga mencakup
kemungkinan diri. Kemungkinan diri (possible selves) adalah gambaran tentang
apa saja yang kita impikan dan sebalilcnya, apa yang kita takutkan, tentang
akan menjadi apa diri kita nantinya (Markus &Nurius, 1986 dalam Baron &
Byrne, 2004:171 dan dalam Myers, 2012:48). Kemungkinan diri adalah representasi
mental terhadap kemungkinan akan menjadi apakah kita atau seharusnya menjadi
apakah kita dimasa depan. Kemungkinan diri kita meliputi visi-visi kita
mengenai diri yang kita impikan — diri yang kaya, selalu dicintai, cantik,
ganteng, dan lain-lain. Juga meliputi apa yang kita takutkan kita yang
pengangguran, tidak dicintai, gagal secara akademis dan sebagainya. Kemungkinan
diri yang seperti ini akan memotivasi kita dengan sebuah visi tentang kehidupan
yang kita inginkan.
Konsep diri menjadi fokus utama dalam psikologi sosial
karena kon'sep diri membantu mengorganisasi pemikiran kita dan memandu perilaku
sosial kita. Myers (2012:48) menyatakan bahwa pengaruh-pengaruh yang berdasarkan
pengalaman sosial ini adalah sebagai berikut:
a. Peran yang kita mainkan, dimana ketika kita memainkan
peranan ini selanjutnya berubah menjadi realitas.
b. Identitas sosial yang kita bentuk.
c. Perbandingan yang kita buat terhadap orang lain.
d. Kesuksesan dan
kegagalan kita.
e. Bagaimana kita menilai orang lain.
f. Budaya di sekitar kita.
Perbandingan sosial (social comparison) adalah mengevaluasi
kemampuan sesorang dan opini seseorang dengan membandingkan diri sendiri dengan
orang lain. Pengalaman kita sehari-hari, mengalami hal-hal menyenangkan yang
kita anggap sebagai kesuksesan serta hal-hal yang tidak menyenangkan atau
sebuah kegagalan. Masalah dan kegagalan dapat menyebabkan rendahnya harga diri.
Ketika orang lain berpikir baik mengenai diri kita, hal ini akan membantu kita
untuk berpikir baik juga tentang diri kita sendiri. Konsep budaya seperti
individualisme dan kolektivisme, akan mempengaruhi pula terhadap bagaimana kita
memahami siapa diri kita.
setelah membaca ini, saya jadi paham bos
ReplyDelete