PERSEPSI AKAN KONTROL
DIRI DAN SELF - SERVING BIAS
A. Persepsi Akan Kontrol Diri
Self control (pengendalian diri) sangatlah penting untuk
mengendalikan perilaku kita. Albert Bandura (1997,2000,2008) dalam Baron &
Byrne (2004:183) mencetuskan teori tentang efikasi diri (self efficacy) yaitu
perasaan akan kemampuan kita dalam mengerjakan suatu tugas, perasaan bahwa diri
kita kompeten dan efektif. Performa fisik, tugas akademis dan kemampuan
mengatasi kecemasan dan depresi, ditingkatkan melalui perasaan yang kuat akan
efikasi diri. Pada umumnya, orang akan bertindak untuk mencapai tujuan, jika is
merasa akan mendapatkan hasil dan tindakannya tersebut. Misalnya dosen yang
bersemangat dan berusaha untuk membuat proposal penelitian, sebagai sebuah
kewajiban untuk menjalankan salah satu tridharma perguruan tinggi sekaligus
juga kebutuhan untuk memperluas kajian keilmuannya, memiliki keyakinan yang
kuat tentang peluang dapat diterimanya proposal tersebut diikuti dengan
pendanaan yang memadai. Jadi keyakinan disini diperoleh dan dua sisi, pertama
motivasi untuk menjalankan kewajiban dan kedua, motivasi untuk mempertahankan
eksistensi bidang keilmuannya sekaligus memperoleh dana penelitian yang
memadai. Sebaliknya, jika dosen yang bersangkutan tidak yakin bahwa tindakannya
akan berhasil dan proposal penelitiannya tidak dapat diterima, misalnya karena
tingginya persaingan sesama dosen yang juga mengajukan proposal, maka
tindakannya cenderung tidak ada atau relatif hanya sedikit.
Jika kita yakin dapat melakukan sesuatu, itulah efikasi
diri. Sedangkan jika kita menyukai diri kita secara keseluruhan maka itulah
harga diri. Jika kita ingin memberi semangat kepada seseorang fokuslah kepada
efikasi dirinya bukan pada harga dirinya. Sejauhmana orang merasakan hasil
sebagai sesuatu yang dikendalikan secara internal oleh usaha mereka sendiri
atau eksternal oleh kebetulan atau kekuatan di luar dirinya, disebut sebagai
pusat kendali (locus of control).
Ketika berhadapan dengan rintangan, orang-orang yang
berhasil cenderung melihat rintangan sebagai keuntungan. Menjadi optimis dan
merasa di dalam kendali atau kontrol dapat memberi berbagai manfaat, sekalipun
kita akan mendapatkan masalah yang tidak dapat kita hindari (misalnya mengalami
sakit, dipecat'dari pekerjaan dan sebagainya).
Manfaat dari perasaan kontrol ini adalah adanya
"learned helplessness" yaitu rasa dan pembelajaran ketidakberdayaan
dan menyerah saat manusia tidak memiliki kendali atas kejadian buruk yang terus
berulang.
B. Self-Serving Bias
Sebagaimana kita memproses informasi diri yang relevan,
sebuah potensi bias yang tidak kita inginkan akan hadir. Kita siap memaafkan
kegagalan kita, menerima kebanggaan akan kesuksesan kita dan dalam banyak cara
melihat diri kita lebih baik dan rata-rata. Kebanyakan dan kita memiliki
reputasi yang baik dengan diri sendiri. Hal ini disebut sebagai self-serving
bias yaitu tendensi untuk melihat diri lebih baik.
Bentuk dari self-serving bias ini adalah self-serving
attributions yaitu kecenderungan untuk atribut hasil yang positif untuk diri
sendiri dan basil yang negatif dari faktor-faktor lain. Sebagai contoh kita
menyalahkan orang lain atas kecelakaan yang kita alami, memuji diri sendiri
kalau mendapat nilai A di matakuliah tertentu dan menyalahkan dosen yang
memberi nilai C, dan sebagainya. Self - serving bias menjadi adaptif yang
membuat kita menikmati hal-hal yang baik dalam kehidupan kita. Walaupun pada
saat hal-hal buruk terjadi, self-serving bias dapat memiliki engaruh maladaptif yang menjadi penyebab kita
menyalahkan orang lain atau merasa dicurangi oleh sesuatu yang "patut kita
dapatkan".
kecenderungan menilai negative orang lain di namakan apa ya?
ReplyDelete