Friday 11 September 2015



PERSEPSI AKAN KONTROL DIRI DAN SELF - SERVING BIAS

A. Persepsi Akan Kontrol Diri
Self control (pengendalian diri) sangatlah penting untuk mengendalikan perilaku kita. Albert Bandura (1997,2000,2008) dalam Baron & Byrne (2004:183) mencetuskan teori tentang efikasi diri (self efficacy) yaitu perasaan akan kemampuan kita dalam mengerjakan suatu tugas, perasaan bahwa diri kita kompeten dan efektif. Performa fisik, tugas akademis dan kemampuan mengatasi kecemasan dan depresi, ditingkatkan melalui perasaan yang kuat akan efikasi diri. Pada umumnya, orang akan bertindak untuk mencapai tujuan, jika is merasa akan mendapatkan hasil dan tindakannya tersebut. Misalnya dosen yang bersemangat dan berusaha untuk membuat proposal penelitian, sebagai sebuah kewajiban untuk menjalankan salah satu tridharma perguruan tinggi sekaligus juga kebutuhan untuk memperluas kajian keilmuannya, memiliki keyakinan yang kuat tentang peluang dapat diterimanya proposal tersebut diikuti dengan pendanaan yang memadai. Jadi keyakinan disini diperoleh dan dua sisi, pertama motivasi untuk menjalankan kewajiban dan kedua, motivasi untuk mempertahankan eksistensi bidang keilmuannya sekaligus memperoleh dana penelitian yang memadai. Sebaliknya, jika dosen yang bersangkutan tidak yakin bahwa tindakannya akan berhasil dan proposal penelitiannya tidak dapat diterima, misalnya karena tingginya persaingan sesama dosen yang juga mengajukan proposal, maka tindakannya cenderung tidak ada atau relatif hanya sedikit.
Jika kita yakin dapat melakukan sesuatu, itulah efikasi diri. Sedangkan jika kita menyukai diri kita secara keseluruhan maka itulah harga diri. Jika kita ingin memberi semangat kepada seseorang fokuslah kepada efikasi dirinya bukan pada harga dirinya. Sejauhmana orang merasakan hasil sebagai sesuatu yang dikendalikan secara internal oleh usaha mereka sendiri atau eksternal oleh kebetulan atau kekuatan di luar dirinya, disebut sebagai pusat kendali (locus of control).
Ketika berhadapan dengan rintangan, orang-orang yang berhasil cenderung melihat rintangan sebagai keuntungan. Menjadi optimis dan merasa di dalam kendali atau kontrol dapat memberi berbagai manfaat, sekalipun kita akan mendapatkan masalah yang tidak dapat kita hindari (misalnya mengalami sakit, dipecat'dari pekerjaan dan sebagainya).

Manfaat dari perasaan kontrol ini adalah adanya "learned helplessness" yaitu rasa dan pembelajaran ketidakberdayaan dan menyerah saat manusia tidak memiliki kendali atas kejadian buruk yang terus berulang. 

B. Self-Serving Bias
Sebagaimana kita memproses informasi diri yang relevan, sebuah potensi bias yang tidak kita inginkan akan hadir. Kita siap memaafkan kegagalan kita, menerima kebanggaan akan kesuksesan kita dan dalam banyak cara melihat diri kita lebih baik dan rata-rata. Kebanyakan dan kita memiliki reputasi yang baik dengan diri sendiri. Hal ini disebut sebagai self-serving bias yaitu tendensi untuk melihat diri lebih baik.
Bentuk dari self-serving bias ini adalah self-serving attributions yaitu kecenderungan untuk atribut hasil yang positif untuk diri sendiri dan basil yang negatif dari faktor-faktor lain. Sebagai contoh kita menyalahkan orang lain atas kecelakaan yang kita alami, memuji diri sendiri kalau mendapat nilai A di matakuliah tertentu dan menyalahkan dosen yang memberi nilai C, dan sebagainya. Self - serving bias menjadi adaptif yang membuat kita menikmati hal-hal yang baik dalam kehidupan kita. Walaupun pada saat hal-hal buruk terjadi, self-serving bias dapat memiliki  engaruh maladaptif yang menjadi penyebab kita menyalahkan orang lain atau merasa dicurangi oleh sesuatu yang "patut kita dapatkan". 

1 comment:

  1. kecenderungan menilai negative orang lain di namakan apa ya?

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget